File 0.2.1 - Pile of Case Requests

1.8K 447 15
                                    

Watson meminta klub detektif Madoka agar merahasiakan tentangnya jika mereka ditanya-tanya oleh polisi.

"Eh?" Demikian respon Aiden.

"Terutama detektif bernama Deon. Aku yakin dia akan menanyakanku. Beritahu saja padanya kalau kita hanya teman sebangku, dan tarik semua perkataanmu soal aku yang bergabung ke klubmu. Tolong sembunyikan tentang itu. Aku akan sangat berterima kasih kamu mau menjaga identitasku."

"Lho, kenapa, Watson? Bukankah ini kesempatan bagus untuk mencari fans di luar sana?" Jeremy mengernyit.

"Aku hanya tak ingin disorot media."

Yah, Watson ingat memang itu percakapan terakhir kemarin sore.

Tetapi, kenapa pagi harinya pintu ruang klub penuh dengan para wartawan dari berbagai agensi membawa banyak kamera?! Mereka berlebihan! Watson dan yang lain hanya menemukan posisi tubuh korban, bukannya menangkap pelaku.

Murid-murid yang berdatangan saling bisik, bertanya apa yang terjadi sampai-sampai tempat klub misteri dikerubungi begitu.

"Sulit dipercaya," Watson berdecak kagum. Dia menyembulkan sedikit kepala dari balik dinding, bersembunyi. "Padahal kasusnya tidak terlalu besar, kenapa netizen jadi seheboh ini?"

"Itu karena Madoka adalah sekolah menengah paling besar dan terkenal di Kota Moufrobi." Seseorang menyeletuk tiba-tiba.

"Kaget!" cetus Watson terhenyak di tempat seraya elus-elus dada. Wajahnya pucat. Watson kira dia kepergok oleh salah satu wartawan. Rupanya Jeremy.

Jeremy tidak merasa bersalah karena sudah mengejutkan Watson. Tatapannya terpaku pada kerumunan di depan. Hellen, selaku pemegang kunci klub, belum datang. Jadi mereka tidak bisa masuk dan menunggu.

"Apa kamu tahu Child Lover?" Jeremy bertanya, berdiri di depan Watson.

Watson menggeleng. Dia memang ingin menangkap pelaku pembunuh Rachleia, tapi entah kenapa Watson tidak berminat ingin mengetahui identitas pelaku. Dia hanya ingin menangkapnya saja tanpa perlu dibebani jati diri pelaku yang tak senonoh itu. Rasanya tak penting.

"Dia adalah penjahat kelamin di kota ini." Jeremy berkata serius. "Sudah lama para polisi hendak menangkap dan melemparnya ke jeruji besi sampai membusuk di sana. Tetapi, bagai pesulap profesional, dia ahli sekali dalam bersembunyi. Menutup hawa keberadaannya."

"...." Watson diam menyimak, menunggu Jeremy melanjutkan kalimatnya.

"Tindak kriminal CL sudah membengkak, membuat penduduk resah berkepanjangan. Kadang para orangtua melarang putra-putri mereka keluar sendirian tanpa ada pengawal. Mereka tidak tahu kapan CL kembali beraksi," lanjut Jeremy mengernyit akan sesuatu. "Para polisi tentu tidak bisa membiarkan insiden penculikan berkala ini terus berlanjut. Mereka bahkan sampai memanggil detektif-detektif terkemuka yang terkenal karena gaji buta."

"Sebentar," komentar Watson mencerna penjelasan. "Putra? Dia juga nafsu sama laki-laki?" Mimik Watson berubah lagi jadi raut wajah ngeri dan jijik. "Disgusting."

"Seorang pedofil tidak memandang jenis kelamin target asal nafsunya terbayar," jawab Jeremy kalem.

Fuah, CL benar-benar menjijikan. Bulu kudukku berdiri semua, batin Watson meneguk saliva pahit. Tenggorokannya kering demi mendengar penjelasan Jeremy. Ada ya orang seperti itu. Melampiaskan nafsu ke anak-anak. Sudah tidak waras, ya?

"Makanya wartawan heboh soal kasus pohon sakura itu," oceh Jeremy kembali menatap ke depan. "Mereka pasti berpikir akhirnya ada seseorang yang bisa menuntun mereka untuk menangkap Child Lover. Harapan untuk menemukan lokasi CL. Detektif-detektif di kota ini tidak bisa diandalkan asal kamu tahu. Yah, kecuali kami pastinya."

[END] Detective Moufrobi : The Gloomy Detective and Immoral Predatorحيث تعيش القصص. اكتشف الآن