• 34 •

2.3K 456 98
                                    

Sohee membuang nafasnya. Sudah beberapa minggu ia tinggal dan tidur dalam satu ranjang bersama Yoona. Sejak itu pula, hubungan mereka semakin membaik. Yoona sudah semakin terbuka dengannya. Segala kejadian kecil pun yang terjadi padanya, ia ceritakan pada Sohee.

Sohee menatap wajah puterinya yang sedang tertidur. Tanpa seizinnya, air mata pun lolos dari sudut matanya. Melihat malaikat kecilnya yang pernah ia sakiti, baik fisik maupun perasaannya. Mendengar cerita dari Sehun, bahwa Yoona sempat mengalami trauma, membuat hatinya ikut sakit. Ini semua kesalahannya. Sudah lama ia memperbaikinya, tetapi ia hanyalah seorang pengecut dan pecundang. Ia selalu melihat Yoona dari kejauhan, setidaknya agar trauma puterinya tidak bertambah parah karena ia hadir secara tiba-tiba. Ia bersyukur karena sifat pengecutnya itu datang ketika Yoona masih menjalani terapi untuk traumanya. Namun, keberaniannya datang di saat yang tepat, saat Yoona sudah dinyatakan sembuh dari traumanya.

Sohee mengusap rambut halus milik puterinya. Ketika Yoona pergi, Sohee memanfaatkannya untuk mengunjungi rumah sakit. Dokter mengatakan, bahwa ia harus ke Amerika agar cepat mendapatkan penanganan.

Sohee beralih mengambil buku kecil di bawah bantalnya. Ia melihat buku tabungan dengan jumlah saldo yang cukup banyak. Hasil ia menabung selama menjadi pengecut dan tidak berani untuk menemui puterinya. Ia menatap kosong buku tabungannya. Seakan percuma jika dirinya mempunyai tabungan yang banyak, tetapi hanya memiliki waktu sedikit untuk di habiskan bersama puterinya. Sohee memilih tidak menggunakan uangnya untuk mengobati kankernya. Ia sudah menyerah. Lagipula, pria yang ia cintai tidak akan pernah melihatnya, sekali pun ia sudah tidak bernyawa.

Sohee menangis dalam keheningan. Batinnya terus bergumam, "Maafkan ibu, Yoona. Maafkan ibu.." Sohee melihat kembali Yoona dalam tidurnya yang tenang. Bibirnya mendekat dan mengecup kening puterinya.



Pagi hari, Yoona terbangun tanpa ibunya yang biasa selalu ada di sampingnya ketika ia membuka mata. Yoona hanya melihat secarik kertas dengan tinta yang menghiasinya dan sebuah buku yang letaknya di bawa kertas tersebut. Yoona mengambil dan membacanya dengan saksama.

Teruntuk buah hatiku tersayang, Lim Yoon-Ah.

Maaf jika ibu pergi tanpa berpamit. Ibu memutuskan untuk tinggal bersama seseorang di Amerika. Ibu tidak memberitahukanmu, karena ibu sudah menduga, bahwa kau pasti tidak akan mengizinkan ibu untuk tinggal bersama temanku.

Maka dari itu..

Maafkan ibu atas selama ini. Maafkan segala kesalahan ibu yang pernah ibu perbuat. Apakah beberapa minggu ini ibu berperan sebagai ibu yang baik? Kuharap seperti itu. Terima kasih karena kau sudah banyak bercerita pada ibu. Tentang Soojung. Tentang Paman Jongin. Tentang Paman Lay. Dan terutama tentang pria yang kau sukai, Oh Sehun.

Puteriku yang kucintai,
Walau kita terpisah jauh, ingatlah, ibu selalu mencintaimu. Ibu berharap, walau kita terpisah jauh, dan hanya beberapa minggu saja waktu yang kita lalui bersama, ibu harap kau tidak melupakan ibu dan segala kenangan baik tentang ibu.

Kembalilah pada Sehun. Jika kau berjodoh dengannya, dan akan menggelar pesta pernikahan, sebisa mungkin ibu akan menghadirinya. Jika ibu tidak bisa, maafkan ibu.

Ibu berdoa untuk kebahagiaanmu. Berdoa untuk kesehatanmu.

Kau tahu? Ini bukan perpisahan, Yoona. Percayalah, suatu saat kau akan di pertemukan dengan ibu.

Dan.. Ibu memiliki sedikit tabungan. Gunakan sebaik mungkin. Kau bisa menyimpan untuk investasi pendidikan anakmu kelak.

Jika suatu saat kau memiliki anak, jangan menjadi ibu yang buruk sepertiku. Berikan kasih sayang yang penuh padanya. Anggaplah itu sebagai permintaan ibu. Aku percaya, kau akan menjadi seorang ibu yang hebat.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now