Bab 12. Possessed

Start from the beginning
                                    

Honey melihat jam di handphone-nya.

"Jam setengah tujuh," ucapnya pelan. F tidak lagi mengirimkannya pesan setelah kata oke.

Mungkin, dia sedang bersiap-siap, Honey mencoba berpikir positif, tidak mau berpikir sebaliknya. Bagaimanapun, dia ingin mempercayai F sampai akhir.

***

Galuh sedang menyisir rambutnya ke belakang, bersiap-siap pergi ke rumah Honey. Sebenarnya hari ini, dia ada urusan lain, tetapi Leo bisa diandalkan untuk mengurus hal itu.

"Mau kemana?" tanya Mafty heran melihat Galuh berpenampilan tidak seperti biasanya.

"Mau ke rumah pacar, Nek," jawab Galuh.

Kening Mafty berkerut. Dalam hitungan detik, wanita tua itu mendekat ke arah Galuh."Galuh bukannya sudah putus sama Rena?"

"Iya, sudah, Nek."

"Balikan?"

"Nggak, kok. Pacar baru Galuh namanya Honey."

"Honey?" Mafty sedikit tidak percaya.

"Iya, kapan-kapan Galuh kenalin sama Nenek," janji Galuh.

Mafty hanya mengangguk kecil.

"Galuh berangkat, Nek," pamit Galuh sembari mencium punggung tangan wanita yang paling berharga untuknya itu.

"Hati-hati!"

"Iya, Nek."

Galuh segera mengambil sepeda motornya lalu pergi ke rumah Honey.

Kemarin Honey bercerita kalau dipaksa melakukan perjodohan. Bahkan, pacarnya itu sempat menangis membuat hati Galuh tersentuh. Dia merasa kalau kekasihnya benar-benar baik sehingga perlu melakukan sesuatu, meski hubungan mereka sebatas pacaran karena jual-beli.

Di hari yang sama, Leo, sahabatnya, juga bercerita hendak dijodohkan. Galuh berpikir orang-orang kaya suka menjodohkan anak-anak mereka dengan yang selevel untuk melanjutkan kekayaan mereka tanpa perlu memikirkan kemungkinan menjadi miskin. Terkadang, Galuh merasa iri. Dia bertanya-tanya, mengapa tidak dilahirkan dari keluarga yang kaya pula. Namun, dia mengenyahkan semua pemikiran itu. Baginya, bisa bertemu dengan Mafty, Leo ataupun Rena, adalah keajaiban yang tidak mungkin bisa dialaminya jika sudah kaya sejak lahir.

Galuh menepikan sepeda motornya di depan sebuah rumah mewah dengan pagar besi yang tinggi. Walau begitu lantai dua rumah itu masih bisa terlihat dari luar.

Galuh mengeluarkan handphone-nya lalu menelepon Honey. Deringan pertama teleponnya diangkat seolah memang sudah ditunggu.

"Halo?" Suara Honey terdengar lebih dulu seolah tidak sabar menunggu kata pertama dari Galuh.

"Aku sudah di depan. Rumahmu nomer 56, kan?"

"Eh? Iya, bentar, aku suruh satpam buka pintu."

Terdengar suara krasak-krusuk, sepertinya Honey segera berlari tanpa mematikan telepon darinya.

Pintu gerbang terbuka. Rumah mewah yang awalnya hanya terlihat bagian atasnya itu kini terlihat sepenuhnya. Galuh tidak tampak terkejut. Rumah Leo seukuran dengan rumah Honey. Walau dekorasi dan bentuknya berbeda. Namun, ada persamaan di antara rumah Honey dan Leo, mewah. Tentu tidak sebanding dengan rumah Galuh. Bahkan, kamar mandi rumah Leo jauh lebih besar daripada kamarnya.

Galuh masuk ketika seorang satpam menyuruhnya masuk lalu memarkirkan sepeda motor dan berjalan mendekati Honey yang menunggunya di depan rumah.

"F!"

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Where stories live. Discover now