[vol. 1] 26. Debaran Aneh

Mulai dari awal
                                    

"Kalau main tutupan mata Caca ikutan dong!"

"Ingga juga-Ingga juga!"

Langsung melepas barbie dari genggaman masing-masing, Ingga dan Caca langsung berlari. Hingga akhirnya semua sepakat untuk setuju memainkan permainan yang diusulkan Ungga.

Bermain tutupan mata sebetulnya bukan permainan yang sulit. Hanya saja kadang kala kita membutuhkan insting yang kuat untuk terbebas dari kekalahan. Karena siapapun yang kalah, harus siap untuk ditutup matanya dengan menggunakan kain panjang yang diikat, lalu mencari dan menangkap seseorang, setelah itu juga harus bisa menebak yang ditangkap dengan tebakan yang tepat agar bisa menang. Namun untuk mengecoh, semua tidak diperbolehkan untuk berpindah-pindah tempat. Begitulah aturannya.

"Hom pim pa alaihum gamreng!"

Semua membentangkan salah satu tangan masing-masing di detik yang sama. Dan entah bagaimana bisa, mereka semua kompak menelentangkan tangan mereka yang mana biasa disebut 'putih', terkecuali hanya Sakura seorang yang menulungkupkan tangannya sendirian yang mana hal itu biasa disebut 'hitam'.

"Kak Sakura kalah! Kak Sakura jaga!" Lagi-lagi anak-anak berseru heboh.

"Kok kalian bisa samaan gitu, sih? Pasti curang, ya?" tuding Sakura yang seketika dibuat bingung dengan kekompakan Galen dan anak-anak.

Sementara Galen yang memegang kain penutup mata, sudah bersiap untuk mengikatkannya pada Sakura. "Kalau kalah, jangan nuduh orang, ya. Sini aku tutup mata kamu," ucap Galen sambil menahan tawa.

"Hm, ntar dulu. Jangan bilang Kak Galen, ya, yang nyuruh anak-anak pada putih, biar aku kalah karena hitam sendirian? Hayo ngaku!" cecar Sakura pada Galen yang ia duga menjadi dalang dari kekalahannya.

"Udah-udah, jangan banyak protes." Galen yang tidak bisa menahan tawa lagi karena kebohongan yang direncanakannya sendiri dengan anak-anak tanpa Sakura sadari, langsung menutup mata Sakura dengan mengikatkan kain yang cukup panjang di kepala gadis itu, sejajar dengan sepasang matanya.

Setelah diputar sebanyak tiga kali, dan semua memperkenalkan diri satu-persatu dengan nama samaran mereka masing-masing, barulah Sakura diperbolehkan untuk melakukan pencariannya.

"Batesnya cuma sampai halaman panti aja, ya. Awas kalau sampai ada yang lari ke luar-luar." Walau matanya sudah ditutup, yang namanya Sakura masih saja bisa mengancam.

Dengan kedua tangan yang bergerak ke sana-ke mari mencoba untuk mencari siapapun agar bisa ia tangkap, Sakura berjalan persis layaknya orang tunanetra. Sedangkan Galen dan anak-anak sedang berusaha keras untuk menjauh dari jangkauannya.

"Chiko awas!"

Sampai tiba-tiba Sakura mendengar desisan, yang secara tak langsung justru memberi petunjuk baginya. Sehingga cepat-cepat tangan Sakura langsung bergerak dan berhasil menarik ujung bagian bawah baju seseorang.

"Nah, dapet! Nggak boleh kabur, ya!"

Akan tetapi tidak tahunya itu bukan baju Chiko. Tidak ingin dirinya tertangkap, beruntunglah ketika Sakura menjulurkan tangannya, Chiko sempat menghindar lebih cepat. Membuat Galen yang kebetulan berada di sebelahnya seketika malah menjadi korban, setelah anak itu berhasil menyelamatkan diri terlebih dahulu.

Untuk mengecoh Sakura, pelan-pelan Galen mengambil posisi jongkok demi menyamarkan tinggi badannya. Membuat Sakura tanpa sadar jadi ikut membungkukkan setengah badannya.

"Hayooo, tebak itu siapa?" Teriakan Caca yang secara spontan, seketika membuat Galen memosisikan jari telunjuknya di tengah bibir. Mengisyaratkan agar tidak ada yang bersuara, jaga-jaga biar Sakura tidak mendapat petunjuk apa-apa.

Dari ujung bagian bawah baju, tangan Sakura langsung naik ke bagian wajah seseorang yang berhasil ditangkapnya. Dibantu dengan salah satu tangannya yang lain, Sakura meraba-raba wajah Galen. Lalu menangkup kedua pipi Galen, sampai-sampai tanpa ia disadari, hal itu malah mempersempit jarak antara wajahnya dengan wajah Galen.

"Siapa, yaa?"

Di saat Sakura masih bergumam sembari mengira-ngira dengan memegangi wajahnya, seketika Galen malah terpaku memandangi wajah Sakura yang untuk pertama kalinya ia lihat dengan jarak sedekat ini. Yang membuatnya tanpa sadar merasa nyaman dengan sentuhan lembut tangan Sakura, juga telapak tangan gadis itu yang terasa hangat di pipinya. Bukan hanya menghangatkan, sentuhan demi sentuhan itu juga entah kenapa membuat dada Galen tiba-tiba berdebar aneh tidak keruan.

"Cookies cokelaattt, siapa yang mauuuu?"

"Aku mau-aku mau-aku mau!"

Dengan membawa sebuah piring berisikan kue cokelat buatannya, Bunda keluar menginterupsi anak-anak membuat mereka seketika berlari dan saling bersahutan. Lari, berlomba-lomba untuk menyerobot satu sama lain. Sampai mereka tidak sadar kalau sikap mereka yang saling mendorong itu, tanpa sengaja menyenggol punggung Sakura, menyebabkan Sakura hilang keseimbangan dan langsung menubruk Galen.

"Aduh!" Gadis itu mengeluh dengan kedua matanya masih tertutup. Sehingga ia belum tahu kalau seberapa dekat jarak antara wajahnya dengan wajah Galen saat itu. Seberapa dekat jarak antara bibirnya dengan bibir Galen. Kali ini lebih dekat dari yang sebelumnya.

Galen membungkam. Galen tidak menyangka kalau melihat bibir Sakura dari jarak yang sedekat ini mampu membuat napasnya tertahan seketika. Mampu memunculkan hasrat lain, yang seketika muncul dalam benaknya. Hasrat yang rasanya jarak sedekat ini saja tidak cukup untuk bibirnya dan bibir Sakura. Terlebih ketika tahu kalau anak-anak sudah sibuk dengan kue cokelat buatan bunda, yang artinya ini ia tidak perlu cemas lagi dirinya dan Sakura akan dijadikan tontonan oleh mereka. Sehingga pilihannya sekarang, haruskah ia menuruti apa yang menjadi hasratnya tersebut?

Dengan perlahan Galen mendekatkan bibirnya. Membuat sedikit demi sedikit jarak antara bibirnya dengan bibir Sakura semakin menipis....

===

To be continue...

a/n: jangan lupa vote dan komentarnya ya:)

bonus foto

bonus foto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang