7. Matt marah

8K 560 41
                                    

"Kamu mau menggadaikan apartemen kamu?"

Jisell yang masih kaget karna mendapati Mattew duduk manis di kasur nya, kini tambah kaget lagi karna tau niat nekatnya yang ingin mengungsi ke tempat Jennie dan menggadaikan apartemen. Jisell tidak tau bagaimana lelaki itu tau rencana nya, tapi melihat Mattew yang menatapnya tajam membuat Jisell hanya bisa meneguk salivanya.

"Bukan urusan kamu, lebih baik nih apartemen tergadai dari pada keperawanan yang tergadai" Jisell menjawab

"Apa susahnya kamu minta sesuatu dengan ku?" Mattew membentak, membuat Jisell menatapnya kaget. Baru kali ini Jisell merasa menciut karna di bentak, bahkan di bentak keluarganya saja ia tidak pernah merasa berkecil hati.

Mattew mendengus lalu berjalan perlahan dan menarik Jisell duduk di tempat tidur, Jisell yang baru selesai mandi membuat Mattew mati-matian menahan hasratnya.

"Jisella, jangan membantah ku!.Kamu tidak perlu memikirkan masalah uang" Mattew mulai mengeluarkan dompetnya dan memberikan satu kartu  kreditnya.

Jisell menahan nafasnya, Jisell bukan gadis munafik layaknya di novel-novel yang tidak tergiur dengan uang. Tapi hidup di kota yang keras dengan uang yang hampir habis membuatnya juga harus berpikir realistis. Lagi pula kata neneknya dulu rezeky enggak boleh di tolak.
Jadi jangan sebut Jisell gold digger dan sejenisnya, Jisell hanya realistis.

"Enggak, makasih" Jisell menjawab tapi matanya terus menatap kartu kredit yang di letakkan Mattew.

"Tidak perlu jual mahal kalau mata kamu sangat menginginkannya" Mattew membalas.

"Oke." Jisell menarik kartu kredit itu dari tangan Mattew. "Sekarang keluar!, Aku mau ganti baju"

"Ganti saja disini, aku sudah sering melihat kamu telanjang" Mattew menjawab dengan santai, membuat Jisell menatapnya horror.

"Oke, tapi nanti siang kamu harus menghubungi ku dan makan siang dengan ku!"

Mattew bangun dari duduknya dan mengecup bibir Jisell sebelum pergi dan meninggalkan Jisell yang mematung.

"MATTEW.." Jisell berteriak marah sesaat setelah dia sadar kalau ia diam mematung layaknya orang bodoh karna tetangga nya itu.

***

Jisell bisa menghela nafasnya lega, semua urusan biaya kuliah dan magang nya selesai hari ini karna kartu kredit yang tadi pagi di berikan Mattew padanya.

Oke, Jisell menegaskan kalau sekali lagi dia tidak matre tapi hanya realistis. Lagi pula rezeky kan pamali kalau di tolak.

"Widih, happy banget mukanya"

Jisell menoleh ke arah Jennie yang baru datang dengan segelas kopi di tangannya.

"Oh iya Jis, gue nelpon lo mau bahas masalah apartemen lo yang mau di sewain itu, tapi yang angkat malah cowok. Lo sama tetangga super seksi lo itu udah nganu ya?"

Jisell memukul lengan Jennie, gadis dengan gummy smile itu kadang membuat Jisell kesal karna ucapan prontal nya yang terkesan agak polos.

"Enggak lah. Gue tuh sebenarnya enggak ngerti juga gimana dia bisa masuk dengan bebas ke apartemen gue padahal gue sudah ganti pasword nya"

"Jangan-jangan dia bukan manusia"

"Kebanyakan baca novel fantasi nih, jadi otak lo agak geser"

"Ya kali aja gitu, lo bilang dia bisa masuk terus"

"Tadi pagi Mattew ngasih ATM nya sama gue-" belum sempat Jisell menyelesaikan kalimatnya Jennie langsung bangun dari duduknya.

"Jis, jangan sok polos deh. Ransel Chanel yang lo taksir kemaren sisa satu" Jennie berkata, membuat Jisell ikut bangun dari duduk nya.

Sexy Man Next doorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang