1.Layu Adinata

48 12 9
                                    

Jika sekarang kamu berada di rumahmu yang hangat, ibu dan ayahmu di sana bersamamu, tersenyum dan tertawa bersamamu, memelukmu erat penuh kasih sayang. Bahagialah kamu. Jika ibumu bawel melarangmu pergi keluar, jangan bantah dia apalagi kau bentak. Apabila ayahmu tak membelikan apa yang kau mau, jangan marahi dia apalagi membencinya. Bersyukurlah kamu. Orang lain di belahan dunia sana masih banyak yang tak seberuntung kamu. Kamu beruntung.

Jika sekarang kamu dikelilingi teman yang sangat banyak, yang rela mengorbankan waktunya untuk kamu, tertawa untuk kamu, menangis untuk kamu, yang bersedia menjadi wadah untuk menampung seluruh tangismu. Maka bersyukurlah kamu. Kamu beruntung.

Di sini, di desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Surga di mana tempatnya tumbuhan hijau yang terbentang luas sejauh mata memandang. Minim kendaraan yang berlalu lalang dan tak ada pula gedung-gedung yang menjulang tinggi. Jikalau siang berganti malam, bintang-bintang akan terlukis sempurna dengan indahnya di atas langit sana. Jangkrik yang bernyanyi bersahutan satu dengan yang lainnya siap menemani malam sepi yang dingin. Di sinilah pula gadis yang tak seberuntung dirimu itu dilahirkan.

Gadis kecil itu tak pernah tahu wajah kedua orang tuanya. Mamanya meninggal tepat ketika ia lahir. Setelah Ibunya meninggal, Ayahnya pergi tanpa jejak meninggalkannya sendirian di rumah sakit tempat ia dilahirkan. Untung saja, Tuhan berbaik hati pada gadis malang itu. Tak lama setelah Ayahnya pergi, Bibinya datang ke rumah sakit itu, ia sempat terkejut dan sedih ketika mengetahui bahwa Kakaknya meninggal dan suaminya yang tega meninggalkan anaknya yang baru saja lahir. Namun, ia segera menepis rasa sedih yang menghampirinya dan pikirannya segera terfokus pada gadis kecil yang malang itu.

Setelah itu Bibinya pergi membawa Layu, merawatnya tanpa kasih sayang, karena cinta Bibinya sepenuhnya hanya untuk anak semata wayangnya. Untung saja, rumah dan harta Ayah gadis kecil itu tak dibawa pergi. Sehingga, merekapun menetap di rumah yang sangat megah itu dengan harta yang tak akan habis hingga tujuh turunan pun.

Layu Adinata nama gadis kecil itu. Kini, genap sepuluh tahun umurnya. Ia tumbuh menjadi anak yang cantik dengan wajah yang kaku, ia tak pernah sekalipun menunjukkan senyumannya. Matanya besar dan berbinar-binar dengan rambut panjang nan hitam legam yang tergerai dengan indah. Apalagi pipi nya yang bulat bagaikan bakpao itu, sungguh membuatnya tambah sangat menggemaskan. Ia tak banyak bicara, kecuali pada Mbak Inah, pembantu di rumah itu yang menyayangi Layu lebih dari siapapun. Mbak Inah sudah mengabdi pada keluarga Adinata jauh sebelum Layu dilahirkan.

Sungguh kasihan gadis kecil itu, nasibnya sangat malang. Sesuai namanya 'Layu', kehidupannya pun sangat layu, tak ada yang mau menyiram benih cinta di hatinya. Sehingga, cinta tak tumbuh dalam hatinya.

Layu lebih banyak menyendiri di kamarnya yang cukup besar. Ia menghabiskan waktunya hanya dengan membaca buku atau menulis diary. Ia sangat suka membaca buku, apalagi novel Harry Potter, ia sangat menyukai novel yang satu itu. Di umurnya yang sepuluh tahun ini, ia sudah menamatkan 4 seri novel Harry Potter yang sangat tebal.

Gadis kecil itu sekarang sedang berada di beranda rumahnya yang luas. Tepatnya di bawah pohon besar yang rindang, ia mengenakan kaos putih dengan rok putih belang-belang hitam yang panjang sampai menyentuh tanah. Rupanya, tempat itu telah menjadi salah satu tempat favoritnya untuk membaca. Buktinya, hampir setiap pulang sekolah ia duduk di sana dengan buku di genggamannya. Anak itu sungguh menarik, di usianya yang sangat masih kecil, ia mampu menamatkan satu novel yang tebal hanya dalam beberapa hari saja. Anak-anak seusianya mana ada yang tertarik dengan sebuah novel, paling-paling juga buku bergambar itupun juga jarang. Mereka lebih suka menghabiskan waktu bermain di luar atau bermain gadget di rumahnya ketimbang menghabiskan waktu hanya membaca sebuah novel.

Luka AbadiWhere stories live. Discover now