• 30 •

2.7K 459 121
                                    

Saat ini, pandangan Sehun pada Yoona berubah secara drastis. Jika dulu ia memandang Yoona sebagai puterinya, kini ia memandang sebagai seorang 'wanita'. Ia pun merasa penasaran dengan perasaannya. Itu aneh, karena ia tidak pernah memandang wanita sebagai seorang yang spesial, kecuali sang ibu.

"Bukankah itu aneh, Jongin?" Sehun bertanya pada Jongin yang sebelumnya sudah ia hubungi untuk bersinggah di kantornya.

Jongin hanya memutar mata malas. Mendengarkan pria di hadapannya ini terus membuka mulutnya tanpa memberi jeda untuk Jongin berbicara. Sungguh, Jongin saat ini ingin mencekik Sehun dan mengumpat kasar di depan wajah tampan seorang Oh Se-Hoon. Bagaimana tidak, ia akan melakukan sesi panas dengan Soojung, namun terhenti karena Sehun memaksanya untuk segera datang ke kantor pria itu.

Jongin masih mendengarkan celotehan dari Sehun. Ia menarik kedua satu sudut bibirnya. Ia sudah mengerti jika sahabatnya ini sedang di landa perasaan, yang sebut saja itu 'kasmaran'. Tetapi bodohnya, sahabatnya itu tidak menyadarinya. Entah Jongin harus menyebutnya polos atau bodoh.

"Kau harus menjilat saliva yang sudah kau buang," Sehun terdiam mendengar Jongin menyela ia berbicara. Kening Sehun berkerut, dan Jongin mengerti jika Sehun membutuhkan penjelasan singkat serta jelas, "Kau jatuh cinta,"

Sehun membulatkan matanya, "Omong kosong," ia mencoba menepis apa yang dikatakan Jongin.

Jongin hanya mengangkat bahunya acuh, "Kau bertanya padaku, dan aku hanya menjawab dari apa yang kudengar darimu," Jongin dengan santai meminum kopi pahit yang sudah di siapkan salah satu karyawan Sehun. Ia melihat Sehun yang masih diam seakan mencerna kata-kata Jongin.

Pria berkulit tan itu memilih untuk beranjak. Pekerjaannya telah menunggu untuk di perhatikan. Ia merapihkan jas formalnya dan berjalan menuju Sehun. Ia menepuk pundak lebar milik Sehun, "Kau tidak bisa menyangkalnya. Kau tidak akan bisa lari dari sesuatu yang bernama cinta. Aku sudah mencobanya, tetapi kau lihat?" Jongin membuka tangannya lebar, "Aku jatuh semakin dalam. Semakin kau berlari untuk menjauh, pada akhirnya kau akan terjatuh,"

"Lalu, apa saranmu untuk hal ini?"

Jongin kembali mengangkat bahunya singkat, "Hadapi. Biarkan berjalan seperti air mengalir. Jangan sekali pun kau menepis perasaan seperti itu, atau kau akan menyesalinya,"

"Tetapi dia—"

"Anak angkatmu?" Jongin menyela, "Kau tidak sedarah dengannya, Sehun. Kau tidak perlu terburu-buru. Kau harus menghadapinya dan memikirkan jalan keluarnya. Tentu saja yang terbaik untukmu dan Yoona. Jika kau membutuhkan batuan, aku akan selalu mengulurkan tangan untukmu,"

Sehun mengangguk. Lalu sesaat, ia menaikkan wajahnya menatap Jongin. Sedangkan yang di tatap hanya menaikkan satu alisnya tak mengerti, "Apa?"

"Apa sebelumnya kau pernah bermimpi bercinta dengan Soojung?" Jongin terdiam sesaat. Lalu ia mengeluarkan tawanya dengan keras. Ia tertawa terbahak-bahak, "Aku tidak membutuhkan jawaban seperti itu, Jongin!" Sehun merasa kesal. Karena bukan menjawab, Jongin membalasnya dengan tertawa.

Jongin mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya, dan satu tangannya memegang perutnya yang sakit karena tertawa, "Tentu saja! Bahkan aku bermimpi bercinta dengannya setelah kami memiliki sebelas anak,"

Sehun mengambil bantal yang satu set dengan sofa, lalu melemparnya tepat ke wajah Jongin, "Byuntae Ahjussi,"

Bukan membalas serangan Sehun, Jongin mengangkat bahu singkat, "Itu hal wajar. Bermimpi melakukan percintaan yang panas dengan kekasih yang di cintai dan bermimpi memiliki keluarga yang harmonis," Jongin memasukkan satu tangannya ke dalam saku celananya. Ia berjalan santai menuju pintu keluar dan menekan tuas pintu. Sebelum ia pergi, ia kembali berbicara pada Sehun tanpa membalikkan tubuhnya, "Ingat kata-kataku. Biarkan mengalir, atau kau akan menyesalinya," lalu Jongin berjalan dan menghilang di balik pintu.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now