Setelah Jongin pergi, Sehun menyandarkan tubuhnya. Kepalanya saat ini terasa penuh. Ternyata, cinta itu lebih sulit dari dokumen-dokumen yang pernah ia kerjakan.



"Daddy menghindariku," Yoona hanya mengaduk makanannya tanpa selera. Ia sedang berada di kantin universitasnya bersama Soojung.

Soojung yang sedang membaca buku serta menyesap americano-nya berhenti sejenak dan memilih menatap Yoona, "Kau melakukan kesalahan?"

Yoona mengangkat bahunya acuh, "Aku bahkan tidak tahu apa kesalahanku," Yoona menggigit bibir bawahnya, "Atau daddy marah padaku karena aku menempati ranjangnya?"

Kening Soojung berkerut, "Maksudmu?"

"Semalam aku menunggu daddy di kamarnya karena hendak menanyakan tugas yang tidak kumengerti. Tetapi bodohnya, aku tertidur di tempat tidur daddy,"

"Lalu, dimana Paman Sehun tidur malam itu?"

Yoona mengingat kembali. Ketika ia membuka mata, ia melihat Sehun tertidur di sofa. Mungkin saja, Sehun marah karena hal itu, "Daddy tidur di sofa. Apa karena itu dia marah dan menghindariku?" tanya Yoona pada Soojung dengan wajah penasarannya.

"Atau mungkin, Paman Sehun.." Soojung berhasil menahan bicaranya.

Kening Yoona mengerut, "Apa?" ia bertanya kembali karena Soojung belum menyelesaikan kata-katanya.

Soojung menggeleng, "Tidak. Bukan apa-apa. Lebih baik kau tanyakan pada Paman Sehun," ia kembali membaca buku untuk menghindari tatapan Yoona. Ia hampir saja melepaskan kata-kata, jika mungkin saja Sehun kesal karena menahan gairahnya dari Yoona yang tanpa sengaja menggodanya dengan tertidur di ranjangnya.

"Kau tidak ingin memberitahuku?" mata Yoona memicing tajam menatap Soojung, hingga membuat wanita yang berwajah dingin itu salah tingkah mencoba membuang pandangannya menghindari tatapan tajam dari Yoona.

Yoona membuang nafas beratnya, "Baiklah jika kau tidak ingin memberitahuku," diam-diam Soojung bernafas lega karena sahabatnya tidak memaksa untuk memberitahukan apa yang sedang ada di fikirannya.

"Lebih cepat jika kau bertanya pada Paman Sehun. Aku tidak ingin menebak-nebak dan membuatmu salah paham dengan Paman Sehun," Yoona hanya menjawab dengan anggukan, walau ia masih di landa rasa penasaran.



Malamnya, makan malam mereka berdua hanya berbunyikan dentingan sendok dan garpu. Yoona meletakkan sendok dan garpunya, "Dad, apa kau mempunyai kekasih?"

Huk!

Sehun tersedak dan terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Yoona. Ia mengambil gelas di depannya dan meminum air yang ada di dalamnya, "Kau baik-baik saja, dad?" Yoona panik dan menuangkan kembali air mineral ke gelas yang sudah Sehun tegak habis isinya.

Yoona menyerahkan gelas yang sudah berisikan air mineral pada Sehun. Ia menerimanya, tetapi bukan untuk di teguk, ia hanya meletakkan gelasnya, "Apa maksud dari pertanyaanmu, Yoona?"

Yoona membuang wajahnya, tak punya nyali untuk menatap wajah Sehun, "Maaf tentang kemarin malam, dad,"

Sehun menyuruh para pelayannya untuk meninggalkan mereka berdua, termasuk San dan Veronica. Karena jika hanya mereka berdua, mereka bebas berbicara tanpa takut untuk menjadi bahan gosip para pekerja yang ada di rumahnya.

"Kenapa kau meminta maaf?"

Yoona menundukkan wajahnya, "Mungkin daddy merasa terganggu saat aku tertidur di kamar daddy. Atau mungkin daddy marah padaku karena tubuh daddy sakit akibat tidur di sofa. Atau—"

"Stop!" jika Yoona mengatakan bahwa ia terganggu, jelas sekali ia terganggu. Seorang wanita muda tertidur di ranjangnya dengan pakaian yang menggoda. Ia hanya pria yang normal. Bahkan ia mendapatkan mimpi basahnya yang kedua karena mimpi vulgar itu.

"Kau bertanya tidak pada topik pembicaraan, Yoona. Apa maksudmu menanyakan tentang kekasih?"

Yoona memainkan jari jemarinya, "K-Karena mungkin saja—"

"Aku merasa bersalah dengan kekasihku karena tidur di kamar yang sama denganmu?" Sehun memotong kata-kata Yoona dengan satu alisnya yang terangkat. Yoona hanya menganggukkan kepalanya, "Tidak. Daddy tidak memiliki kekasih dan daddy tidak marah padamu,"

Yoona mengangkat wajah dan menatap sanksi pada Sehun, "Lalu, mengapa daddy menghindariku?"

Sehun memijat pangkal hidungnya. Gadis ini benar-benar menguji kesabarannya. Sudah seharian ini Sehun memikirkan pembicaraannya dengan Jongin siang tadi. Kini, ia mencoba memberanikan dirinya. Ia beranjak dan mendekat Yoona. Mata Yoona hanya mengikuti pergerakan Sehun yang mendekat ke arahnya. Hingga mata Yoona membulat karena Sehun mengangkat wajah Yoona dengan jari terlunjuknya.

"Karena daddy seorang pria normal. Apakah seorang pria bisa bersikap biasa ketika ada seorang gadis yang tertidur di ranjangnya?" Yoona membisu. Jantung berdegup cepat. Ia menutup matanya ketika wajah Sehun semakin mendekat memotong jarak di antara mereka. Yoona meletakkan satu tangannya pada sisi lengan Sehun. Ia mencengkeram kemeja yang dikenakan Sehun hingga membuat kerutan pada kemeja itu. Sehun jelas memperhatikan pegangan tangan Yoona di kemejanya.

Sehun mendekatkan bibirnya pada telinga Yoona, "Katakan padaku. Apa yang harus kulakukan dengan perasaan ini," Yoona membuka matanya dan menatap mata Sehun. Saat ini, jarak wajah mereka sangatlah dekat. Sehun tersenyum sendu, dan itu membuat Yoona di landa rasa penasaran yang luar biasa. Sehun mengecup pipi Yoona lembut, "Selamat malam, Yoona," dan pergi meninggalkan Yoona sendiri di meja makan.

Yoona membuang nafasnya yang sejak tadi ia coba tahan. Yoona memegang dadanya, karena jantungnya berdetak tak normal, "Nona? Apa yang terjadi?" Yoona menoleh dan menemukan Ver menatapnya khawatir, "Wajah Nona memerah. Apa Nona demam?" Ver menempelkan telapak tangannya pada kening Yoona, dan Yoona menyingkirkan tangan Ver dengan lembut.

Yoona tersenyum kikuk, "Aku tidak apa-apa, Ver. Aku akan tidur cepat malam ini. Selamat malam dan terima kasih atas makanannya," Yoona bergegas pergi dari ruang makan. Sedangkan Ver menatap kepergian Yoona dengan tetap memasang wajah khawatir. Takut-takut jika majikan kecilnya terserang demam. Karena wajah majikan kecilnya begitu merah.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now