Arman yang sedang menyandar santai di sofa langsung terlonjak kaget. Dia menatap Natasha dengan tatapan protesnya.

"Tidak! Kamu jangan ngambek begitu dong, honey. Jangan potong jatah makan siangku!"

"Aku tidak memotong jatah makan siangmu, Gio. Aku hanya menghentikan pekerjaan membuatkanmu makan siang,"

"No! Itu juga tidak boleh. Kalau kamu tidak membawakan aku makan siang, aku tidak mau makan!"

Bolehkan Natasha tertawa? Sungguh Natasha tidak menyangka Arman akan mengeluarkan tanggapan seperti itu. Sangat bukan Arman sekali. Lihat saja! Arman bahkan sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat menggemaskan. Tangan Natasha sampai dengan refleks mencubit pipi Arman karena terlalu gemas.

"Awha hwang hwahwu hwahwuhwan?" Ujar Arman dengan tidak jelas.

Natasha melepaskan cubitannya dan saat itu Arman langsung mengusap kedua pipinya yang lumayan terasa panas.

"Apa yang kamu lakukan? Ini sakit!" Protes Arman.

"Maaf,"

Arman membuang wajah ke arah lain. Natasha mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Arman yang memerah akibat cubitannya yang tidak bisa dibilang pelan.

"Maafkan aku,"

Arman melirik Natasha dari ekor matanya. Akhirnya, dia mengangguk kecil dan memilih meminum jus mangga yang tersisa di gelasnya.

"Aku buatkan sandwich ayam dengan saus mangga besok," ujar Natasha membuat Arman menoleh.

Astaga! Seorang Gio Armano disogok hanya dengan sebuah sandwich saus mangga dan dia tidak marah? Dunia sudah akan terbalik sepertinya. Dunia Arman maksudnya, bukan dunia kita.

Natasha tersenyum saat melihat wajah Arman cerah dan sumringah. Natasha merapikan kotak makan yangsudha tidak terpakai lalu, dia pamit keluar. Masih ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.

"Asha,"

"Hm?"

"Nanti pulang kita makan di luar?"

"Tumben sekali,"

"Mau menonton?"

"Boleh juga,"

Arman mengangguk dan Natasha keluar. Natasha melanjutkan pekerjaannya. Selesai dengan pekerjaannya, Natasha mengerjakan tugas kuliahnya. Arman memang tidak melarangnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Terlebih Arman sendiri yang menyuruh Natasha agar mengerjakan tugas atau pun belajar di kantor saja. Asalkan, pekerjaan Natasha di kantor sudah selesai tentu saja.

St. Moritz XXI, 7 pm,

"Mau beli sesuatu dulu?"

"Tidak. Kamu mau?"

Arman membeli popcorn ukuran sedang dengan dua rasa berbeda. Dia juga menbeli softdrink dan dua botol air mineral. Arman yakin, Natasha akan kelaparan di dalam nanti sebab, sejak tadi siang dia belum melihat Natasha makan.

"Ayo masuk!" Ajak Arman.

Arman dan Natasha duduk di bangku yang pas. Tidak terlalu pinggir, tidak terlalu tengah, tidak terlalu di atas dan juga tidak terlalu di bawah. Arman meletakan air minum di sisinya dan juga di sisi Natasha. Dia membuka kota popcorn dan meletakan kotak itu di tengah-tengah mereka.

"Jadi, besok kamu menjemput, atau aku berangkat sendiri?"

"Aku jemput. Lagi pula kamu juga hanya ujian saja, kan?"

"Iya,"

"Aku tunggu kalau begitu,"

"Menunggu? Apa tidak salah?"

"Tidak. Nanti Alesha akan masuk disana juga?"

"Iya. Alesha bilang dia mau masuk disana,"

"Kenapa?"

"Tidak ada alasan khusus sih. Dia hanya mau bersama denganku katanya,"

Arman mengangguk. Dia menghentikan percakapan mereka saat lampu bioskop mulai meredup. Arman dan Natasha mulai terfokus pada film yang mereka tonton. Sesekali mereka memakan popcorn yang berada di tengah mereka.

"Ish!" Natasha menggerutu.

Arman yang heran langsung menoleh. Dia melihat ada dua orang di sebelah Natasha. Awalnya dia biasa saja. Akan tetapi, dia menjadi penasaran saat Natasha terus menggumam dan menunjukkan kalau dia tidak nyaman.

Arman kembali menoleh. Bertepatan saat itu adegan dari film yang mereka tonton memberikan cahaya yang lumayan terang hingga Arman bisa melihat apa yang kedua orang di sebelahnya lakukan. Arman mendesis. Dia menunduk dan melihat Natasha merapat ke sisi di sebelahnya. Langsung saja, Arman menutup kotak popcorn mereka dan meminta Natasha berdiri sejenak.

Arman berpindah tempat. Dia menduduki kursi Natasha dan dia menyuruh Natasha duduk di kursinya. Arman memberikan kotak popcornnya ke pangkuan Natasha. Tangan Arman menepis tangan dari pemilik kursi sebelah dengan kuat. Orang itu menoleh dan terkejut saat melihat Arman yang duduk di sebelahnya. Arman sendiri hanya menoleh menatap orang di sebelahnya.

"Kalau mau make out di dalam bioskop, pastikan tanganmu berada di badan wanitamu, bukan di badan gadis orang lain!" Ujar Arman dengan suara yang bisa di dengar orang di depannya dan juga kekasihnya.

Arman kembali menoleh ke arah layar. Dia tidak peduli dengan orang di sebelahnya yang sedang dimaki-maki oleh wanitanya. Yang Arman tahu, tidak ada satu pria pun yang boleh menyentuh kulit mulus Natasha. Apalagi sampai mengusapnya! Siap-siap saja kalau mereka berani!

Arman melihat Natasha sudah kembali terfokus pada film dan dia pun ikut kembali menonton. Dua jam setelahnya film selesai. Lampu kembali dinyalakan. Saat itu Arman sengaja duduk dulu dan memainkan ponselnya sejenak selagi dirinya menunggu Natasha selesai merapikan tisu yang tadi dia keluarkan dari tasnya.

"Sudah?" Tanya Arman.

Natasha mengangguk. Arman berdiri dan saat itu pria di bangku sebelahnya tercengang melihat badan Arman yang menjulang. Arman membawa kotak popcorn yang masih lumayan banyak isinya, sementara Natasha membawa kantung berisi gelas kertas bekas soft drink dan botol air mineral kosong yang mereka minum tadi.

"Ayo, honey! Kita makan malam," ajak Arman.

Pasangan di bangku sebelahnya masih menatapinya. Arman sendiri tidak mau ambil pusing. Dia tidak peduli dengan orang lain jika dia sudah bersama Natasha. Natasha berjalan keluar dari kursi dan memberikan kantung berisi sampah itu pada petugas. Setelahnya dia sengaja merangkulkan tangannya di pinggang Arman. Arman sendiri tidak keberatan dan langsung merangkul bahu Natasha. Mereka berjalan keluar dari bioskop dengan santai.

"Mau ke toilet dulu?" Tawar Arman.

"Tidak. Aku mau makan,"

"Ayo!"

Arman dan Natasha memilih makan di salah satu restoran di tingkat LG. Semua tempat makan lumayan penuh sampai mereka harus menunggu. Natasha dan Arman sibuk dengan ponsel mereka. Kepala Natasha menyandar di lengan Arman. Arman mendongak saat mendengar suara yang tadi terdengar olehnya. Saat Arman mengangkat kepalanya. Dia menemukan pasangan yang tadi duduk di sebelah mereka sedang menunggu di tempat yang sama.

Arman menyimpan ponselnya saat badan Natasha merapat padanya.

"Apa dia tadi macam-macam padamu?" Tanya Arman dengan nada datarnya yang cukup mengintimidasi pria di sebelahnya.

"Kalau maksudmu, tangannya yang dengan nakal mengusap-usap rok yang aku pakai, iya. Dia melakukannya,"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang