the first meet

180 17 1
                                    

Hari ini adalah hari senin tentu hari paling melelahkan apalagi ditambah aku lupa membawa jaket musim dinginku karena sekarang memang menuju winter.

Aku sedang mengejar kelulusanku di saint mary's high school dan aku pun berharap aku bisa menjadi dokter karena jujur saja aku malu dengan keadaan kakakku yang sering mabuk-mabukan, bermain judi. Orang tuaku sering marah marah saat kakakku pulang ke rumah. Ia sering terlilit hutang sehingga Ia sering pinjam sana sini ataupun Ia akan menggadaikan barang barangnya. Aku ingin mengembalikan martabat keluargaku.

Pelajaran sekolah memang tidak pernah menyenangkan apalagi jam pelajaran terahkirku matematika. aku tidak peduli. Waktu pulang sekolah sudah berdering, aku cepat cepat keluar dari kelas langsung keluar gerbang sekolah harus dibilang aku hanya memiliki sangat sedikit teman.

Rumahku agak jauh dari sekolah namun kukira masih bisa ditempuh dengan jalan kaki. Aku melewati jalan setapak penuh dengan batu batu juga kerikil yang dekat dengan jalan raya lalu berbelok ke arah timur yang jalanannya agak rusak tidak terawat. Aku sedang melihat sekelilingku lalu pandanganku tertuju pada seorang pemuda tinggi jangkung, rambutnya pun curly tampak sedang menuju hutan. Pemuda itu tampan namun kelihatan depresi, seorang yang introvert.

Aku ikuti pemuda itu dari belakang, mengendap endap pada pohon dan semak semak pada jalan besar. Baru kusadari dia menuju ke hulu sungai, awalnya dia mau bunuh diri tapi dia punya semangat hidup dari sikapnya. Sampailah kami di hulu sungai, aliran sungai cukup deras, badanku mulai menggigil karena kedinginan.

Pemuda itu tiba tiba hilang sangat misterius mungkin dia tau keberadaanku. Aku cepat cepat memandang sekeliling secepat itu suasana menjadi mencekam. kemana dia? apa dia - ahhh tidak tidak tidak mungkin. mungkin dia hanya ingin jalan jalan hanya saja, langkah jalannya memang cepat sekali.

badanku seolah dihajar dari belakang aku merespon memukulnya bagian perutnya tapi gagal dia menangkisnya. dia menyekap hidung dan mulutku. Kakinya kutendang sekuat tenaga Ia terjatuh tapi Ia memegang pundak dan lenganku. Mau tak mau aku juga jatuh dan Ia memukul bagian kepalaku. Pandanganku samar, semua menjadi gelap.

"kamu siapa eii?? mau apa kamu? Apa kamu pengutitku dari mycroft kan? BILANG CEPATT MAU TAK HAJAR LAGI???" Pandanganku masih samar seperti tadi. Kulihat dia mengeluarkan minuman dari coatnya lalu menegukkan itu di mulutku. Aku sudah bisa melihat dengan jelas wajahnya "boleh kutau kenapa kamu pergi ke tempat sepi seperti ini dan juga aku bukan pengutit mycrort. Apa kamu sedang terancam? Seolah kamu ingin bunuh diri jadi aku mengikutimu."

Dia memandangkan sangat tajam selama 1 menit tanpa melepaskannya dan kepalaku sangat sakit, baru sadar hidungku berdarah mengenai baju sekolahku. Pemuda itu memberiku sapu tangannya "ini. bersandarlah di pohon itu nanti pendarahanmu berhenti. eh- kukira kau disuruh oleh kakakku jadi aku minta maaf" Dia mengambil botol winenya lalu meneguknya dan melepas coatnya lalu memakaikan padaku juga memijati kepalaku. "Kita belum kenalan ya, namaku Sherlock Holmes, aku tinggal di Baker Street 221 B. Aku bisa mengantarmu pulang"

"Ah namaku John Watson, Baker Street bukannya kontrakan ya kan? aku perlu nyari kontrakan disitu."

"Aku juga perlu teman kontrakan. mungkin kita bisa tinggal berdua disitu? biaya sewa disana agak mahal jadi kita bisa membagi dua biayanya"

"Wahh terimakasih ya"

"Kuharap kau tidak keberatan dengan suara biola dan aku sering berdiam diri"

"tidak jika permainanmu bagus"

"Baguss sekali kau bisa langsung pindah ke sana mau pendaftaran mahasiswa ya?"

"iya, tapi -" Dia langsung membantuku berdiri. Secara spontan memegang kepalaku dengan kedua tangan di samping telinga dan mengacak rambutku

"Mr. Holmes - kenapa?"

"apa kau masih pusing? matamu agak tidak fokus, badanmu agak hangat,mukamu pucat begini. Aku akan mengantarmu pulang. Kau bisa memanggilku Sherlock "

"Sherlock aku cukup oke"

"Okeyyy yess aku punya flatmate"

"Apa? Kita pulang aja rumah masing masing lebih baik"

"Kita bisa berjalan jalan sebentar disini. mungkin ada yang mau diomongkan. Ini kartu namaku"

Dia menyuruhku jalan terlebih dulu, jadi dia ada dibelakangku, langkah jalannya cepat jadi dia menyimbangiku. Nyatanya tidak ada yang diomongkan bahkan dia sendiri melamun seperti melayang ke tempat lain. Aku tetap membiarkan dan mencari alasan jika ditanyai orang tuaku nanti sesampai di rumah.

"Di dunia ini, aku tidak punya teman sama sekali, mereka datang dan pergi tanpa tau apa artinya persahabatan itu sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Di dunia ini, aku tidak punya teman sama sekali, mereka datang dan pergi tanpa tau apa artinya persahabatan itu sendiri. Lebih baik aku hidup sendiri karena aku sendiri membenci kakakku laki lakiku itu mycroft"

"Eh manusia kan makhluk sosial jadi-"

"Kebanyakan dari mereka penghianat , tapi aku percaya masih ada beberapa dari mereka yang baik"

"Aku sendiri hanya punya beberapa teman mungkin kita bisa jadi te .... man."

Dia menatapku dengan wajah yang polos matanya menunjukan kegembiraan dan dia agak memainkan mulutnya. Dia tersenyum dan langsung memelukku.

"Kamu tau? kamu satu satunya orang yang mau berteman padaku. Orang orang menanggapku anak aneh ada yang bilang aku anak autis. Eh aku seorang pecandu rokok dan morfin."

"Pecandu rokok masih wajar ya tapi pecandu morfin kan astagaa, kamu tau efek sampingnya ya kan? Kenapa kamu jadi - tolong jangan pakai itu lagi"

"Itu membantuku sebenarnya, sebagai pemacu kinerja otak"

Aku syok. Syok sejadi jadinya. Dia orang baik baik ternyata seorang pecandu morfin.

"Aku sudah lama pakai itu dan aku menikmatinya mungkin kamu mau coba sensasinya entar kamu juga suka"
Dia berbicara seolah olah tidak ada apa apanya hanya seperti makan permen natal.

"Aku bisa dimarahi orang tuaku nanti. Memang orangtuamu tidak tau jika kamu itu seorang pecandu?"

"Ah aku sembunyi saat pakai itu hanya Mycroft bresek itu yang tau. Kita saling menyembunyikan itu karena dia pecandu rokok berat juga sama seperti aku. Kita sudah didekat jalan raya, lebih baik kita langsung berpencar saja sebelum ada orang yang melihat"

"Lohh kenapa?"

"Kapan kapan aku akan beritahu"

Justru aku yang mengantarnya malah aku sendiri lupa jalan rumahku tadi jadi aku asal jalan saja, aku tidak akan menceritakan pada siapapun tentang kejadian tadi. Barusan itu cukup luar biasa dengan diberi judul "cara membuat teman yang unik dan tak terduga" jika dijadikan sebuah artikel. Ada kemungkinan dia akan kembali ke daerah ini tapi aku tidak yakin juga yang pasti secara luar dugaan aku membuat dia senang. mungkin saja cerita ini berlanjut di buku harianku karena ini akan menjadi petualangan dua pemuda yang aneh karena mereka sendiri sesama introvert, aku sudah sampai dirumahku untung saja tidak ada orang tuaku. Mereka pergi ada panggilan universitas dari kakakku. Dia berbuat ceroboh lagi.

his adolescence (sherlock fanfict)Where stories live. Discover now