Bab 7. Because it's My First Love

Mulai dari awal
                                    

Honey hanya manggut-manggut mengerti, tidak menyangka kalau Galuh pernah mengalami kejadian buruk.

"Kalau begitu, traktir aku es krim," pinta Honey.

"Kenapa?"

"Karena kamu yang mengajakku berkencan."

"Baiklah."Dia menyanggupi membuat Honey kegirangan.

"Mau rasa apa?" tanya Galuh saat mereka sudah berdiri di penjual es krim yang berada di depan XXI.

Honey tampak melihat menu. Berpikir sejenak sebelum memutuskan.

"Itu," ujar Honey sambil menunjuk rasa yang diinginkan.

"Satu, Kak," pesan Galuh.

"Kok, cuma beli satu? Kamu nggak beli?" Honey heran

"Nggak, gigiku sensitif," jawabnya membuat Honey mengangguk-nganggukkan kepalan, baru tahu kalau gigi F sensitif. Di deskripsi situs tidak tertulis tentang itu.

"Jadi, apa saja yang kamu suka?" Honey mencoba mengenal pacar sewaannya lebih jauh.

"Uang."

Honey menahan napas, mencoba bersabar.

"Tinggal di mana?"

"Bumi."

Honey mengelus dada. Masih berusaha tetap sabar.

"Kampusnya?"

"Masih berdiri dan belum kena tsunami."

Honey merapatkan gigi, berusaha untuk tidak menancapkan taring di leher F.

Gadis itu mengembungkan pipi. Kesal. Bahkan melahap es krimnya dalam beberapa kali suapan saja. Melihat itu Galuh hanya mengulas senyuman tipis. Geli. Tak menyangka Honey bisa selucu itu. Dia jadi teringat tentang ucapan Leo, sahabatnya, kalau patokan imut kakeknya seperti Hamtaro. Dia merasa Honey sedikit mirip tokoh kartun itu.

"Kita mau kemana, nih? Dari tadi cuma muter-muter nggak jelas," keluh Honey.

Galuh mengajak Honey ketemuan di mal. Namun,tidak memberikan tujuan pasti. Mereka hanya melewati XXI, dia sama sekali tidak mengajaknya menonton, hanya jalan-jalan dalam arti denotatif.

"Kamu lapar?" Galuh mengartikan keluhan Honey sebagai tanda kelaparan.

"Iya, saking laparnya pengen makan orang," jawab Honey sedikit sewot.

"Waduh, gawat, dong," responsnya tidak peka.

"Gawat kenapa? Kamu nggak bawa uang?"

"Bukan, kalau kamu ingin makan orang, ntar kamu berubah jadi ular piton, dong," ujarnya membuat Honey memasang ekspresi datar.

"Nggak, bukan ular piton," bantah Honey.

"Apa? Zombie?"

"Bukan."

"Terus?"

"Anakonda."

Galuh terbahak membuat mata sipitnya tenggelam. Walau begitu, ketampanannya sama sekali tidak berkurang. Hal itu membuat Honey kesal. Kini dia tahu mengapa laki-laki tampan bebas melakukan apa saja.

"Jangan menatapku begitu, kamu terlihat seperti orang hamil sedang memandangi mangga muda," tegur Galuhmembuat Honey segera mengalihkan pandangannya.

"Si-siapa juga yang lihat kamu," bantah Honey lalu berdeham dan berjalan cepat.

"Hei, Bee. Tunggu, dong."

Galuh segera mengejar Honey, mencoba menyamakan langkah kaki mereka. Honey yang merasa pipinya mendadak panas hanya berusaha berjalan lebih cepat, tidak ingin Galuh salah paham. Kalau jatuh cinta, seluruh hartanya akan lenyap seperti daun tertiup angin. Gadis itu tidak mau itu terjadi. Bahkan sekadar memikirkannya saja membuat bulu kuduk Honey berdiri. Merinding.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang