[17] The Truth

1.1K 37 0
                                    

Sekarang gw dikamar Galvin sendirian, dan sidoi tiba tiba menghilang pergi ntah kemana. Gw duduk dimeja belajar yang berwarna coklat pastel sambil memegang figura foto Gerry yang sedang tersenyum manis, persis senyum Galvin

Toktoktok

Kegiatan gw memandangi wajah Gerry terjeda karena suara ketukan dari luar. Dan ga lama orang itu masuk kedalam, dan gw reflek berdiri dan mundur sampai mentok kedinding.

"k-kau di-disini?" tanya gw tergagap gagap karena seseorang yang tiba tiba masuk

"iya, aku merindukanmu gladish" ucap cowok tinggi memakai hoodie hitam, sambil berjalan mendekat kearah gw

"pergi!" perintah gw kepada orang tersebut agar tidak mendekat, jujur badan gw udah gemeteran semua

"are you miss me too?" suara bariton cowok tersebut sambil memegang bahu gw

"NO! Kamu sudah pergi, kamu sudah meninggal" teriak gw sambil melepas tangan dia

"apa kau menginginkan aku pergi?"

"iya!!! kau jahat, kau melupakan janjimu dan liatlah apa yang dilakukan adikmu, dialah yang bertanggung jawab atas janjimu!!" jelas gw penuh penekanan hingga orang tersebut mundur beberapa langkah

"jika aku masih hidup, apa yang akan kau lakukan jeje" ucap Gerry dengan menggunakan panggilan 'jeje' yaitu panggilan kesayangan darinya

"aku akan membawamu pulang" jujur gw
"tapi percuma, kau sudah mati" lanjut gw sambil menangis

"hey, dont cry. Aku merindukan Gladish kecil, Gladish yang hangat, ceria dan romantis" ucap Gerry sambil mendekat gw kepelukannya

"Gladish itu sudah mati, sama sepertimu" lirih gw pelan

"tidak. Aku tidak mati sayang, aku selalu disini. disampingmu"

"kau berbohong"

"kau sungguh berharap aku mati hmm? Baiklah aku akan pergi sekarang" ucap Gerry sambil melepas pelukan dan mulai berbalik

"tidak! Aku tidak tau ini asli atau imajinasiku, terserah tapi tolong berikan kenyamanan yang kau berikan waktu dulu kepadaku. Walau hanya sebentar" pinta gw sambil menunduk, menahan air mata.

"all for you, princess jeje"  ucap Gerry sambil menarik tangan gw pergi keluar kamar Galvin

Setelah keluar kamar, kita berada ditaman. Dan kita duduk diayunan kecil yang sedikit tua, hingga sesekali terdengar suara decitan karena sudah berkarat.

"aku berbohong padamu satu hal" kata Gerry tiba tiba sambil menatap mata gw lemah

"apa?"

"..." tidak ada jawaban, dia hanya menundukan kepala sambil memainkan tangannya

"tell me the truth, baby"  ucap gw memaksa agar sidoi menjawab apa yang dia sembunyikan

"aku... awhhh... kepalaku sangat sakitt... gladishhh... Help me..." teriaknya meminta tolong dan gw refleks langsung berdiri dan berteriak mencari orang sekitar

"Gerry bertahan please... MBOKKK ASIHHH BANTUINNNN GLADISHHHH, MANG DADANGGG PLEASE SIAPAPUN BANTU GW" teriak gw memanggil orang sekitar dan tak ada satupun yang datang

"GALVINNNNN LO DIMANA BANGSATTT" umpat gw sambil menenangkan Gerry yang sudah menarik narik rambutnya

Gw berhenti berteriak saat gw meliat rambut Gerry rontok ditangannya. Dan tiba tiba dia menatap gw sayu dan wajahnya sangat pucat seperti mayat.

"aku akan menemuimu lagi suatu saat nanti, jaga dirimu. Dan terimalah adikku, dia tulus mencintaimu, sama seperti aku mencintaimu, bye baby" lirih Gerry sambil memegang tangan gw, dan gw rasain tangannya yang dingin, sangat sangat dingin. Tiba tiba dia jatuh dalam dekapanku dan memejamkan matanya.

Bad Couple Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum