3

11.4K 534 53
                                    

Aku terbangun karena 2 hal. Yang pertama adalah suara ketukan pintu yang tidak biasa, tak sabar dan tergesa. Yang kedua adalah aroma musk yang asing sekaligus familiar. Linglung. Aku duduk di atas kasurku. Memandang sekeliling dengan rasa kantuk dan lelah yang masih sangat terasa. Ketukan pintu itu semakin keras diiringin dengan suara yang ku kenal. Dengan enggan aku segera membukakan pintu sebelum sahabatku mendobraknya.

“Lama banget sih?” gerutunya. “Kamu baru bangun?” tanyanya heran.

“Iya lah. Masih pagi juga,” ujarku sambil menggosok mata. Aku berjalan ke dapur mengabaikan tamu tak diundang itu. Meneguk air putih banyak-banyak.

“Pagi? Ini udah siang, non. Matahari udah tinggi. Dan gue udah sms, line, whatapp, bbm, telfon dan skype kamu. Tapi nggak satupun ada respon. Aku udah ke resto tadi, dan pegawaimu bilang kamu belom datang. Melati bilang kamu semalam lembur.” Dia bicara panjang lebar sambil mengekor dibelakangku

Gina, take a deep breath. And talk slowly, please?

Dia menghela nafas dalam lalu duduk di kasurku, “I’m sorry.”

“Nope. Gue juga bingung kenapa gue bisa bangun siang. Nggak ada alarm bunyi. Hp juga nggak bunyi tuh,” ujarku kalem. “brunch?” aku mulai menyiapkan bahan makanan untuk dimasak.

“Ini udah waktunya lunch,” cibirnya.

“Buat aku brunch.” Aku mengambil teflon. Setelah cukup panas aku menuangkan kocokan telur.

“Ya ya ya... buruan tapi. Ntar keabisan tiket.”

“Jam berapa sih emangnya?”

“Udah setengah 1 non.”

“Eh? Udah siang banget ya.” dahiku berkerut bingung, sambil memotong-motong wortel untuk salad.

“Hello? Chacha maricha hey hey? baru sadar? Makanya gorden itu dibuka,” ujarnya sambil membuka gorden dan pintu geser menuju balkon. “Noh, keliatkan kan siangnya?”

“Hahaha, iya... iyaa... sabar ya. Abis makan aku langsung siap-siap.”

“Nggak mandi?”

“Ya mandi itu masuk ke bagian siap-siap,” ujarku sibuk mengaduk salad.

“Terserah kau saja lah,” ujarnya acuh. “Eh, ngomong-ngomong, sejak kapan kamu tidur pake kaos kegedean gitu? Kaus siapa, Cha?”

Aku memandangnya bingung. Dia menunjuk kaos yang ku kenakan. Kaos kebesaran warna hitam bergambar burung gagak berwarna abu-abu menjadi kostumku sekarang. Aku memutar otak mengingat kaos ini. Tapi tak satupun hal aku ingat. Hanya saja. Aroma musk ini.

“Kemarin aku liat kaos ini. Kayanya enak gitu buat tidur. Jadi aku beli, hehe,” jawabku asal.

The Forgotten Masquerade [Dalam Perbaikan]Where stories live. Discover now