“Istri saja aku belum punya malah kau tanyai bagaimana rasanya menjadi ayah! Tidak sekalian kau tanya bagaimana rasanya melihat anak perempuanku menikah?” omel Seokjin berapi-api. Kini ganti Hoseok yang mengernyit tak terima.

“Kau bilang jika butuh solusi aku bisa datang menemuimu! Sekarang kenapa malah kau yang protes!”

“Memangnya kau butuh solusi tentang apa?” Hoseok diam, pura-pura mengalihkan pandangan. “Istrimu hamil? Kau bingung bagaimana memperlakukannya?”

Tanpa memandang Seokjin, Hoseok mengangguk samar. Seokjin mendengus kesal melihatnya.

“Selamat kalau begitu. Tentang kegelisahanmu, kurasa kau lebih paham bagaimana cara memperlakukan perempuan dengan baik. Deretan mantanmu kan lebih banyak daripada aku!”

“Hyung!” protes Hoseok sekali lagi. “Ini berbeda!”

“Bagian mana yang berbeda? Mantanmu perempuan, istrimu juga perempuan.”

“Ah sudahlah, Hyung. Sepertinya aku salah menceritakannya padamu.”

Bukannya merasa terbantu Hoseok malah semakin pusing. Dengan kesal Hoseok mengangkat cangkir dan kembali meminum kopinya. Lantas mengumpat keras dan menjauhkan cangkir dari tubuh.

“Hyung! Lain kali tolong jangan terlalu panas!”

***

Entah efek hari libur atau karena belakangan memang dia terlalu lelah, hari ini Jihye bangun sedikit terlambat. Perempuan itu membuka mata perlahan, memperjelas pandangan dan tidak menemukan Hoseok di sebelahnya. Beberapa waktu yang lalu pemandangan seperti ini memang bukan hal yang tidak biasa, tapi … tunggu, sudah jam berapa sekarang?

Jihye turun dari ranjang dan mengikat rambutnya asal. Aroma masakan langsung menyapa indra penciumannya begitu ia melangkahkan kakinya ke dapur. Samar-samar didengarnya percakapan dari dua orang yang suaranya begitu ia kenal.

Hoseok dan …?

“Kau sudah bangun, Sayang?”

Jihye tersenyum senang. Bergegas masuk dapur dan memeluk orang yang baru saja menyapanya.

“Kapan ibu datang?” sapanya riang pada perempuan paruh baya yang tengah menyelesaikan masakan. “Kenapa bisa sepagi ini sudah di sini?”

“Kau ini!” Nyonya Han mematikan kompor. “Memangnya tidak boleh ibu mengunjungi anaknya? Pagi-pagi begini malah lebih bagus. Ibu bisa menyiapkan sarapan untukmu. Lagipula kalau bukan suamimu yang menghubungi ibu memberi kabar gembira, kau pasti tidak ingat untuk menelepon orang tua ini!”

Jihye menoleh ke arah Hoseok, tersenyum sebagai ucapan terima kasih. Ternyata laki-laki itu tengah berbincang di ruang tengah dengan Jungkook. Lihat saja setelah ini, mulut sepupunya itu pasti sudah gatal ingin menggodanya.

“Bukan seperti itu, Ibu. Aku hanya tidak ingin ibu terlalu khawatir nantinya,” rayu Jihye.

“Siapa juga yang mau mengkhawatirkan anak durhaka sepertimu?”

“Ibuuu!”

“Pasti selama ini menantuku kerepotan menghadapi sikap keras kepalamu!”

Huh? Yang Benar Saja. Jihye memilih tidak membalas dan membantu Nyonya Han menyiapkan sarapan.

“Heh Noona!  Baru beberapa waktu yang lalu aku minta dibuatkan ponakan, kau langsung mengabulkannya. Kau memang baik!” Jihye hanya memutar bola matanya mendengar itu. Sebenarnya dia cukup merindukan Jungkook belakangan, tapi mulut jahilnya itu benar-benar membuat Jihye gemas. “Dan lagi, kakak ipar memang terbukti unggul!”

“Jungkook!” protes Jihye. Namun, Jungkook malah terkekeh. Dia mengajak tos Hoseok yang disambut kakak iparnya itu dengan mantap. Membuat Jihye kesal.

Benar-benar pembicaraan yang menggelikan dan Nyonya Han hanya tersenyum maklum. Hoseok juga. Kenapa pria itu banyak tersenyum pagi ini? Bisa bercanda dengan Jungkook pula. Padahal jika sedang bersama Jihye auranya selalu serius. Mungkin hanya Jihye saja yang belum begitu mengenal Hoseok. Hoseok juga begitu, kan? Belum begitu mengenal Jihye

“Sudah berapa bulan?”

“Hm?” Jihye yang tengah menata piring di meja makan menoleh mendengar pertanyaan ibunya.

“Sudah berapa bulan kandunganmu?”

“Aerin bilang baru delapan minggu, masih begitu muda.”

“Kau tidak menginginkan sesuatu?”

“Sesuatu?” Jihye mengernyit, tidak paham dengan pertanyaan ibunya.

“Masa begitu saja Noona tidak tahu!” Jungkook tiba-tiba duduk di meja makan, sementara Hoseok mengikuti di belakangnya. “Biasanya orang hamil akan menginginkan hal yang aneh-aneh.”

“Benarkah begitu?” kali ini Hoseok menimpali.

“Iya, Hyung! Temanku bilang saat kakak perempuannya hamil dia diminta memakai selendang dan menari India. Padahal dia laki-laki.” Jungkook bercerita dengan hebohnya. “Jadi kau Han Jihye, jangan punya pikiran menyuruhku melakukan hal-hal tidak masuk akal. Aku tidak akan pernah melakukannya!”

Hoseok sedikit meringis mendengarnya, tapi tak urung juga dia terkekeh geli.

“Siapa juga yang mau menyuruhmu. Lagipula bukankah kata orang keinginan itu bukan murni keinginan ibunya, tapi keinginan si bayi?”

“Kalau begitu aku tetap tidak mau menurutinya sekalipun kau membawa-bawa nama bayimu!”

“He sudah-sudah!” lerai Nyonya Han. “Kalian ini belum sarapan saja sudah punya tenaga lebih untuk berdebat.”

“Jungkook yang memulainya Ibu! Kenapa juga dia tiba-tiba ikut muncul di sini,” cibir Jihye. Dia mulai mengambil tempat duduk di samping ibunya. Di hadapan Jungkook yang mengejeknya dengan juluran lidah.

“Kalau bukan denganku memangnya Bibi bisa menyetir sendiri heh?” timpal Jungkook tidak mau kalah.

Nyonya Han hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan keduanya yang masih seperti anak kecil. Lalu berpaling memandang Hoseok yang masih berdiri memperhatikan interaksi Jungkook dan Jihye.

“Duduklah Hoseok-ah!” tawarnya ramah. Hoseok menurutinya dengan canggung. Ini bukan kali pertama tentunya Hoseok bertemu dengan Ibu Jihye, tapi tetap saja laki-laki itu salah tingkah.  “Jungkook dan Jihye memang seperti itu. Jihye anak tunggal begitu juga Jungkook, jadi mereka dekat sejak kecil.”

Hoseok mengangguk sebagai tanggapan. “Aku juga dengan kakakku dulu seperti itu.”

“Siapa juga yang suka dekat-dekat dengan bocah nakal seperti Jungkook.”

“Sekarang kau berkata seperti itu, dulu jika ada yang menganggu kau pasti mengadu padaku! Mentang-mentang sudah ada suami yang siap sedia menjaga.”

Jihye memilih tidak menimpali yang terakhir. Dia saja tidak yakin jika Hoseok bersungguh-sungguh akan menjaganya. Lagipula dia perempuan kuat, dia cukup bisa menjaga diri sendiri.

Dasar tsundere! gerutu Jihye dalam hati. Jika bertemu saja selalu membuat Jihye kesal, tapi jika sedang jauh perhatiannya tidak main-main. Dasar Jungkook!

“Ibu senang mendengar kabar kehamilanmu, Jihye,” ucap Nyonya Han tiba-tiba. Mengalihkan atensi Jihye. Namun, perempuan paruh baya itu malah menatap Hoseok serius, membuat Hoseok  mendadak gugup. Diraihnya gelas air mineral yang ada di sampingnya.

“Hoseok-ah,” panggil Nyonya Han lembut.

“Ya, Bu?” Hoseok urung meminum airnya.

“Mengingat pertemuan kalian yang awalnya tidak begitu baik dan mengetahui keadaan Jihye sekarang ini. Ibu rasa, Ibu bisa tenang menitipkan Jihye padamu. Tolong jaga Jihye ya.”

Beruntung Hoseok tidak tersedak. Jadi, dia bisa membalas perkataan Ibu Jihye dengan senyum dan anggukan. Dalam hati muncul satu pertanyaan yang menghantuinya.

Menjaga Jihye dengan baik, apakah Hoseok sanggup?


xxxx
Kurang panjang, Bby?
Terima kasih sudah sampai sini💜
Dydte, 19 Juni 2019

House of Cards✓Where stories live. Discover now