23rd Card

281 45 53
                                    

It's been a long long time.
Apa kabar? dari aku yang sudah terlalu lama menghilang.
--------

Sudah hampir satu pekan komunikasi di antara Jihye dan Hoseok kembali memburuk. Jihye masih enggan berbicara dengan Hoseok, sementara Hoseok tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertemu Jihye lantaran urusan restoran yang memang tengah banyak menyita waktunya. Laki-laki itu kerap pulang terlambat, tidak begitu larut tapi selalu setelah Jihye sampai rumah dan mengunci kamar tamu. Kadang Hoseok sudah berusaha memulai percakapan, tapi Jihye seperti belum ingin.

Perempuan itu memilih tidur di kamar tamu beberapa malam ini. Menghindari Hoseok. Dia masih sakit hati, rasanya luka di hatinya masih belum kering. Benaknya terus bertanya-tanya, apakah kehadirannya selama ini memang sebenarnya tidak pernah diharapkan? Lalu kenapa dia harus terlahir di dunia?

Jihye lelah terus merasa tidak berharga.

Pertama ayahnya, lalu mantan ke kekasihnya, sekarang suaminya sendiri. Lama-lama Jihye tidak lagi berpikir bahwa semua laki-laki adalah sosok yang tidak baik. Dia lebih mempercayai bahwa seorang Jihye memang tidak pantas dicintai oleh laki-laki manapun. Tidakkah pemikiran seperti itu sangat melelahkan? Namun Jihye tidak dapat berhenti.

Pemikiran-pemikiran tidak baik terus memenuhi kepalanya. Meski Jihye tahu, hidup masih harus terus berjalan. Setidaknya Jihye masih memiliki seorang adik laki-laki yang bisa diandalkan, Jeon Jungkook.

"Katanya kau tidak akan merepotkanku jika bayimu menginginkan sesuatu," gerutu pemuda tampan itu, sembari dengan sabar melajukan mobilnya. Jihye tersenyum sebelum pada akhirnya menoleh menatap Jungkook. Menyuapkan kentang goreng yang baru dia dapatkan dari sebuah restoran cepat saji. Tidak baik memang, tapi Jihye sedang ingin.

"Padahal aku tadi berencana main game dengan teman-teman," lanjut Jungkook sambil mengunyah. Pasrah saja meski Jihye kembali menyuapkan beberapa buah kentang ke mulutnya.

"Jangan menggerutu, memangnya kau tega membiarkan perempuan hamil sepertiku menyetir sendirian?" balas Jihye sebelum menyuap kentang untuk dirinya sendiri.

"Kau kan punya suami. Harusnya suamimu yang menjemput."

"Suamiku kan di rumah. Apartemenmu lebih dekat dari kantorku dibanding rumahku."

Sebuah fakta yang tidak dapat dibantah. Meski Jungkook sudah sangat curiga bahwa tidak hanya itu alasannya.

"Memangnya apa tadi alasanmu terlambat pulang?"

"Rapat tahunan,” jawab Jihye singkat. Dia sudah menyiapkan alasan tersebut sejak di kantor.

"Tidak percaya. Pasti terlalu asik bergosip dengan Minji Nuna sampai lupa waktu."

"Kau tahu aku bukan orang yang seperti itu."

Jungkook menghela napas; dibuat-buat agar terdengar selelah mungkin. "Orang bilang kau itu pendiam dan tak banyak bicara. Nyatanya jika sedang denganku cerewetmu luar biasa"

Jihye tersenyum sekali lagi dan menepuk sebelah pipi Jungkook pelan. "Karena aku nyaman denganmuuu," ujarnya. Jungkook berdecak, mengejek.

"Nuna bertengkar dengan Hoseok Hyung?" tanya Jungkook, menghentikan mobilnya sebab lampu lalu lintas yang berubah warna. Jalanan tidak terlalu padat. Jihye dapat melihat beberapa kendaraan saling berlomba lalu lalang di hadapan mereka.

Jihye menggeleng. Menjawab usai membuang bungkus makanan ke keranjang sampah pada jok belakang mobil. "Hanya sedang tidak ingin saja melihat wajahnya. Anakku belakangan sedikit banyak tingkah. Heran juga kenapa begitu tidak bersahabat dengan ayahnya." Tawa kecil di akhir kalimatnya terdengar meyakinkan.

House of Cards✓Where stories live. Discover now