Sampai di bagian barnya, Chanyeol segera menyapa seorang bartender yang telah dikenalnya sejak debut. Itu kira-kira 8 tahun yang lalu. Chanyeol memulai aktivitasnya di dunia hiburan ketika usianya 20 tahun.

"Seperti biasa?" Tanya Henry--si bartender yang memiliki sebuah tindik di bibir bawahnya itu.

Chanyeol mengangguk sebelum menambahkan. "Buat sedikit lebih keras."

Henry mendengus. "Rough day?"

"More like, tiring day." Kata Chanyeol sambil meraih saku bagian dalam jasnya untuk mengeluarkan ponsel.

Pemuda itu menekan tombol 'panggil' setelah membuka kontak dengan nama 'Wonhoney ❤' di ponselnya itu.

Tidak ada jawaban. Mungkin kekasihnya itu sedang bekerja. Chanyeol menyimpan kembali ponselnya.

"Dia sudah datang sejak tadi. Tumben sekali kalian tidak datang bersama." Kata Henry sambil menyodorkan minuman campur itu.

Chanyeol mengernyit karena tidak mengerti dengan apa yang Henry bicarakan. "Siapa?"

"Uh, siapa lagi? Kekasihmu. Kalian janjian di sini, kan?" Kali ini Henry terlihat menyesal ketika kerutan di dahi Chanyeol semakin dalam.

"Aku pesan satu gelas penuh wine lagi. Ambilkan yang warnanya paling gelap." Kata Chanyeol sambil menenggak minumannya tadi.

Rasa pahit sekaligus terbakar meledak-ledak di mulutnya. Moodnya tiba-tiba menjadi buruk. Jika dugaannya itu benar, habislah kekasihnya itu.

"Di mana kau terakhir kali melihatnya?" Tanya Chanyeol sambil meraih segelas penuh wine berwarna merah kehitaman itu.

Henry menunjuk sebuah tempat yang kemudian Chanyeol ikuti dengan perasaan was-was.

.
.
.
.
.

Hubungan Chanyeol dengan kekasihnya Wonho, sudah berjalan selama hampir 1,5 tahun ini. Keduanya saling jatuh cinta ketika menyelesaikan sebuah projek bersama waktu itu. Chanyeol tidak mengelak bahwa hubungannya dengan Wonho selama ini tidak terlalu berjalan mulus. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang, lalu ditambah dengan kesetiaan Wonho yang patut dipertanyakan. Sudah beberapa kali pemuda yang usianya satu tahun di atas Chanyeol itu ketahuan mengkhianati kekasihnya, tapi karena Chanyeol masih begitu mencintainya, ia memaafkan pemuda itu begitu saja.

Tapi kali ini sepertinya giliran kesabaran Chanyeol yang sudah habis. Jika mengatakan tentang cinta, pemuda itu tentu mencintai kekasihnya, tapi Chanyeol bukanlah laki-laki bodoh yang akan berdiam diri begitu saja ketika kekasihnya itu tega berbohong padanya.

"Jadi Macau adalah sebutan lain untuk tempat ini?" Chanyeol menyandarkan punggungnya di tembok ketika ia menghampiri sepasang laki-laki dan perempuan yang tengah bercumbu di sudut klub itu. Penerangan yang hanya remang-remang membuat tempat itu begitu sempurna untuk making out.

"Oppa!" Perempuan yang rupanya hoobaenya sendiri itu terlihat begitu terkejut ketika melihat Chanyeol sudah berdiri di samping mereka.

"Oppa, huh?" Chanyeol mengumpat di antara sela nafasnya sebelum menatap Wonho yang justru salah tingkah.

"Aku bisa jelaskan, Chanyeol." Wonho berusaha menenangkan kekasihnya. Ia sudah hafal betul dengan sikap Chanyeol yang siap meledak pada saat itu juga.

"Beruntung sekali kau memakai kemeja putih itu sekarang." Komentar Chanyeol sebelum mengguyurkan wine yang dibawanya tadi pada wajah dan pakaian kekasihnya. Ia tahu pakaian itu adalah bagian dari sponsor dan harganya tidak murah.

Sementara pada perempuan tadi, Chanyeol hanya meliriknya tajam dan berpikir kira-kira pelajaran seperti apa yang pantas untuk ia terima.

"Kau sedang mengerjakan proyek dengan produser kan? Kita lihat apakah produser itu masih mau bekerja sama dengan jalang sepertimu." Kata Chanyeol sebelum meludah di hadapan mereka berdua.

SAFE HAVENWhere stories live. Discover now