Bagian 2

19 2 0
                                        

Seperti chapter sebelumnya, aku hanya minta 5 votes di chapter ini:)

•••

Saran Somi menurutku benar-benar gila! Jika saja aku sedari dulu dekat dengan Jeno, aku pasti sudah meminta nomor Jaemin darinya. Berbicara dengan Jeno saja aku tidak pernah, bagaimana aku bisa meminta nomor Jaemin darinya? Aku tak habis pikir dengan ide Somi itu.

Hari ini, Somi sudah boleh bersekolah. Lukanya memang tidak begitu parah, maka pemulihannya pun hanya sebentar.

"Hana!"

Oh, tidak. Pagi ini aku sial sekali. Tadi aku sempat hampir ditabrak oleh mobil saat menyeberang, kemudian aku tersandung karena tak melihat ada batu di depanku, lalu sekarang Nancy?

Apakah dia mau menjadikanku pembantunya sepagi ini?

Aku bahkan tak sempat sarapan! Tenagaku tak seberapa untuk naik turun tangga jika ia ingin menyuruh-nyuruhku.

Aku menoleh ke belakang dan pada saat itu pula rasanya aku ingin pulang saja! Bagaimana tidak? Nancy bersama kedua temannya—Gowon dan Sei, berjalan ke arahku dengan senyum yang mengerikan. Seperti senyuman nenek sihir? Ya, sekiranya begitulah.

"Hei, kamu sudah sarapan?" tanya Nancy dengan senyum sok ramah. Aku meneguk salivaku. Ingin mengatakan belum, aku takut dia memberiku makanan yang tidak-tidak. Bagaimana jika nanti di dalam makanan itu dia menaruh sianida? Aku tak ingin mati sebelum bisa menjadi pacar Na Jaemin!

"Sudah." aku menjawab dengan singkat. Dia menaikkan alisnya, lalu tersenyum remeh. "Oh, baguslah. Tadinya, aku ingin mentraktirmu sarapan di kantin. Karena kamu sudah makan, ya tidak jadi.  Setidaknya, uangku tidak jadi berkurang karena ingin mentraktirmu,"

Cih, jika tidak ikhlas, kenapa menawari? Dasar, nenek sihir. 

"Heh, anak bau got! Jangan lupa saat jam istirahat tugasmu adalah membelikan kita makanan di kantin. Jangan lupa juga untuk—"

"Sudahlah Gowon, dia pasti ingat dengan tugas rutinnya. Kamu gak perlu menceramahinya panjang lebar sepagi ini. Biarin dia menikmati awal harinya dengan baik," ujar Nancy dengan senyum palsunya. Oh Tuhan, aku sangat membencinya!

Setelah Nancy dan kedua temannya pergi, aku menghela napas lega. Baguslah jika ia tidak menggangguku sepagi ini.

Karena aku belum sempat sarapan, jadi aku akan pergi ke kantin sebentar membeli beberapa makanan untuk mengganjal perutku.

Tetapi, entah ini sebuah keberuntungan atau kesialan bagiku, aku melihat Jaemin dari arah berlawanan sedang berjalan beriringan dengan Jeno sembari tertawa-tawa.

Aku tidak ingin Jaemin melihatku karena—ah, sudahlah. Kujelaskan lain kali saja. Sekarang aku harus bersembunyi.

Dan sialnya tak ada tempat yang bagus untuk bersembunyi!

"Hana?"

Mampus. Jeno berhenti melangkah bersama Jaemin. Keduanya memusatkan perhatiannya padaku yang sedang gugup setengah mati.

Kupegang erat tali tasku sembari menggigit bibir bawah. Aku menoleh pada mereka. Menatap pada Jeno, namun sesekali mencuri pandang ke arah Jaemin. "O-oh. Jeno, hai," sapaku dengan kaku.

Jeno melangkah mendekat ke arahku. Disusul oleh Jaemin. Hei, ada apa sebenarnya? Apa... Apa penampilanku aneh? Atau... Aku terlihat pucat karena belum sarapan? Atau—

"Aku kira kamu sudah di kelas, soalnya Somi tadi lagi di kelas sambil salin tugas matematika," ucap Jeno. Aku tak berani menatap keduanya, terutama Jaemin yang sekarang jaraknya sangat dekat denganku. Tuhan, kumohon kuatkan jantungku!

"Oh, benarkah?" hanya itu yang bisa kujawab. Aku ingin sekali menyapa Jaemin, tapi aku rasa dia tidak mengenaliku.

"Iya. Kamu mau kemana?" tanya Jeno. Sebelum menjawabnya, aku melirik ke arah Jaemin yang ternyata sedang memperhatikanku juga. Tidak, aku harus sebisa mungkin terlihat tak tertarik padanya. Aku takut nantinya dia menjadi ilfeel padaku.

"Aku mau ke kantin,"

"Belum sarapan?"

Aku menggeleng. Perutku meronta ingin diisi, tapi saat ini ada Jeno dan Jaemin yang kehadirannya sangat langka bagiku karena bisa berdiri sedekat ini. Ups, maaf. Tidak dengan Jeno. Karena aku dengannya teman sekelas dan kami cukup sering mengobrol. Berbeda dengan Jaemin yang tak sekelas denganku.

"Aku mau ke kan—" belum selesai aku berbicara, Jaemin memotong perkataanku sembari mengangkat tangan kanannya. "Tunggu,"

Aku terdiam. Mengamati gerak-geriknya yang sedang mengobrak-abrik isi tasnya. Seperti mencari sesuatu.

Ah, aku baru sadar jika Jaemin masih mengenakan tasnya. Mungkin, ia baru saja datang ke sekolah sepertiku dan bertemu dengan Jeno lalu pergi ke suatu tempat lebih dulu.

"Makan ini. Tadi aku membelinya di kantin. Oh, jangan lupa juga minum susunya. Susu itu sangat enak, kamu harus cobain," dia menyodorkanku sebungkus roti dan sekotak susu. Aku menerimanya dengan ragu. "Hmm.. Makasih," ujarku sembari menunduk.

"Ya, sama-sama,"

Aku... Aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan berteriak sekeras-kerasnya di kamar! Hei, Jaemin memberiku roti dan susu untuk sarapan?! Ini tidak mimpi, kan?

Di saat aku sedang berteriak keras bahagia di dalam hati, tiba-tiba saja tangannya terulur di depanku. Dia... Dia ingin mengajakku berkenalan? Benarkah?

"Aku Na Jaemin. Namamu Cho Hana, kan?"

•••

Lee Seungri (Nancy Momoland)

Lee Seungri (Nancy Momoland)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Park Chaewon (Gowon Loona)

Lee Seojeong (Sei Weki Meki)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Lee Seojeong (Sei Weki Meki)

Lee Seojeong (Sei Weki Meki)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Needed | Na JaeminWhere stories live. Discover now