Biar saja, Soojung akan memberitahunya ketika status 'ayah-anak' itu berubah menjadi 'kekasih'. Biarlah waktu yang akan mengaturnya.



Yoona masih senang dengan kata-kata penyemangat yang di lontarkan Soojung. Sehingga ia belum berhenti tersenyum walau sudah berada di dalam mobil dengan Sehun, "Ada hal yang menyenangkan hari ini? Kau terlihat senang?"

Yoona menatap Sehun tanpa melunturkan senyuman dari bibirnya, "Ra.ha.si.a,"

Sehun terkekeh. Kemarin, Yoona bersikap aneh. Namun hari ini, Yoona terlihat lebih bersemangat. Apa ada hal yang menyenangkan? Atau perasaannya telah tersambut dengan pria yang Yoona sukai?

Sehun menghentikan senyumannya dan kembali berwajah dingin serta kaku, khas seorang Oh Sehun, "Syukurlah," jawabnya acuh.

Yoona menyadarinya, "Dad, apa harimu buruk?" Sehun tetap bungkam walau Yoona menanyakannya berkali-kali. Membayangkan Yoona tidak membutuhkannya, setiap hari pria yang Yoona sukai berkunjung ke rumahnya, atau berkenalan dengannya sebagai kekasih Yoona, membuat Sehun ingin memukul karung boxing yang berada di ruang gym.

Ia harus menahannya hingga sampai di kediamannya, dan ia akan berlari menuju ruang gym, mengunci dari dalam, dan memukul karunh boxing sekuat-kuatnya, membayangkan karung boxing itu adalah kekasih Yoona.

"Dad?" Yoona kembali menyadarkan Sehun dari lamunannya tentang memukul karung boxing. Sehun hanya menjawab dengan sebuah gumaman, "Kau marah padaku?"

"Tidak,"

Yoona menghela nafasnya pelan, "Kau bersikap aneh sedari kemarin,"

"Contohnya?"

"Kau menolak ci—" Yoona dengan cepat memberhentikan kata-katanya dan membuang pandangannya ke luar jendela mobil. Wajahnya memerah ketika ia sadar, ia selalu memberikan Sehun sebuah kecupan ringan di pipi ketika mereka akan berpisah dan menjalani aktivitas masing-masing.

Sehun mengerutkan keningnya karena tifak mengerti dengan kata-kata Yoona yang terpotong, "Menolak ci?"

"T-Tidak ada. Lupakan,"

Sehun mengangkat bahunya acuh, "Lalu, apa yang aneh dari sikap daddy kemarin? Apa membuatmu tersinggung?"

TENTU SAJA!!!

Yeah, Yoona ingin meneriakkan kata-kata itu. Tetapi kontrol dirinya untuk tidak meneriakkan kata-kata itu sangatlah baik, "Daddy tidak banyak bicara," hanya itu yang bisa Yoona sampaikan. Ia tidak mungkin membicarakan tentang ciuman pipi yang Sehun tolak ketika mengantarkannya.

"Bukankah itu memang sifat daddy?"

Yoona menunduk, "Tidak. Kau berbeda dari biasanya,"

Sehun melirik Yoona dari sudut matanya. Ia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Yoona, "Maaf jika daddy bersikap seperti itu,"

Yoona masih menundukkan wajahnya dan memainkan jari jemarinya. Ia sangat gugup ketika telapak tangan Sehun mengusap kepalanya, "Tidak apa," ia menggigit bibir dalamnya agar tidak terlihat tegang, "Jika kau memiliki masalah, atau aku melakukan kesalahan, kau hanya perlu mengatakannya padaku, dad,"

Sehun tersenyum lembut, yang tidak di sadari Yoona karena masih menundukkan kepalanya dalam-dalam, "Akan daddy usahakan,"



Setelah sampai di rumah, Yoona membanting tubuhnya di atas ranjang. Hari ini sangat melelahkan. Kelas yang kemarin kosong, dengan mudahnya di kumpulkan pada hari ini oleh dosen. Sehingga untuk hari ini, penuh dengan jadwal pengganti kelas yang kosong.

Yoona menghela nafasnya lelah. Ia harus menyelesaikan tugas dari dosennya. Seberat ini kah masuk ke dalam universitas yang di minati banyak pihak? Tentu saja, banyaknya aktivitas dan tugas, menunjang nama universitas semakin tinggi. Karena hanya dengan hal itu, pihak universitas dapat mengetahui mahasiswa yang bertalenta lebih atau hanya standar. Mungkin saja, bisa di ikut-sertakan dalam sebuah olimpiade.

Ia teringat pembicaraan dengan Soojung saat di taman. Sahabatnya itu akan di masukkan dalam sebuah olimpiade. Tentu saja banyak persyaratan dari pihak kampus. Terutama, para dosen yang terus mengasah kemampuan Soojung agar menjadi kebanggaan dari pihak kampus. Yoona bahkan tidak percaya, jika Soojung sudah memiliki pencapaian pada passion-nya.

Yeah, Yoona paham. Jika seseorang sudah mengetahui bidang yang di minatinya, mereka akan menjadi seseorang yang berhasil. Dan jujur saja, Yoona sedikit mendekati. Ia sudah mendapatkan tawaran dari pihak penerbit yang belum memiliki nama. Penerbit itu meminta Yoona untuk bergabung dengan perusahaan sebagai penulis. Tetapi, Yoona belum menyetujuinya. Ia ragu, karena perusahaan penerbit itu tergolong kecil. Di sisi lain, ia ingin membuat nama perusahaan kecil itu mencapai puncak tertinggi karena keberadaannya sebagai penulis di perusahaan itu.

Namun, bagaimana jika Yoona gagal? Apakah ia bermimpi terlalu tinggi? Bukankah, bermimpi tinggi itu tidak ada yang salah?

Hatinya menjadi ragu untuk menerima tawaran itu. Ia terus berguling di ranjangnya. Selain ia harus memikirkan tentang cintanya, ia pun harus berfikir tentang masa depannya. Pilihan yang sulit jika harus memilih salah satu.



Berbeda dengan Yoona yang bergelung di ranjang hangatnya, Sehun memilih untuk melakukan keinginannya yang sedaritadi ia tahan. Sehun berganti pakaian, dari pakaian formal, menjadi pakaian sport. Ia berjalan tegas ke ruang gym, dan menguncinya dari dalam. Tujuannya, agar tidak ada seorang pun yang menganggu sampai ia puas menghancurkan karung boxingnya.

Pertama, ia melakukan pemanasan ringan, dengan gerakan ringan seperti peregangan. Setelah itu, Sehun berdiri tepat di hadapan karung boxing berwarna merah dengan sedikit warna hitam yang menghiasi.

Sehun memberikan pukulan pertama, yang membuat karung boxing itu bergerak. Lalu di lanjut pukulan ke dua dan ketiga. Seperti itu seterusnya hingga membuat karung boxing bergerak tak tentu arah. Sebelum karungnya berhenti bergerak, Sehun sudah memberikan pukulan dan tendangan kembali. Hingga keringat pun mulai bermunculan dan membasahi wajah dan tubuh atletisnya.

Sehun melakukannya selama 45 menit. Waktunya sudah membuat Sehun merasa puas. Karung boxingnya pun yang sudah usang, bertambah usang. Partikel-partikel kecil yang berada di dalam karung boxing itu sedikit demi sedikit keluar menunjukkan dirinya yang terjatuh ke lantai.

Sehun menghela nafas melihatnya. Ia menyeka keringat dengan handuk kecil yang sudah disediakan di ruang gym, "Aku harus menggantinya dengan yang baru," lalu Sehun bergegas meninggalkan ruang gym untuk membersihkan dirinya.

Setidaknya, untuk saat ini hatinya sudah puas karena telah memukul sesuatu. Mungkin, jika kekasih Yoona muncul di hadapannya, ia akan mengganti karung boxingnya dengan pria yang menyandang sebagai kekasih Yoona.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now