Untitled Part 5

5.2K 795 234
                                    

[Author Pov]

Dering ponsel terus berbunyi sejak tadi. Tapi si pemilik ponsel terlihat tak berminat menjawab panggilan. Ia masih betah di balik selimutnya. Setelah berhenti beberapa detik, dering ponsel kembali terdengar.

"Shit! Siapa sih yang rese pagi-pagi gini? Nggak tau apa orang ngantuk?" Ia mengumpat. Dengan malas diraihnya ponsel yang tergeletak di atas kasur.

"Hallo, Cindy, kamu kenapa lama banget angkat telpon Mami?" Serbu suara di sebrang tanpa menunggu begitu Cindy menswipe layar.

Cindy menghela napas, memutar bola matanya. "Ngantuk, Mam."

"Ngantuk? Kamu pulang jam berapa semalam?"

"Mam, this is Indonesia, bukan New York. So you don't need to be worry, ok." Cindy menghela napas lagi. Setiap menelpon, selalu saja mereka bertengkar. Harusnya saling melepas rindu. Tapi mungkin cara melepas rindu mereka memang berbeda dengan orang-orang.

Terdengar helaan napas dari sebrang. Sepertinya si penelepon mulai melunak. "Gimana di sana? Semua baik-baik aja?"

"Hm, yeah, i guess.."

"Kamu," Fani menjeda. "Udah ketemu Papi?"

Mata Cindy terbuka sepenuhnya menatap langit-langit kamar. Dia enggan membahas ini. "Mam, Cindy harus ke kampus. Udah dulu ya, nanti Cindy telpon lagi."

Sebelum Fani selesai mengucap salam penutup, Cindy sudah lebih dulu memutuskan sambungan. Ia kemudian meletakkan ponsel asal. Ia pejamkan mata sesaat, kemudian menghembuskan napas kasar.

...

"Baiklah, tunggu sebentar ya.." laki-laki paruh baya itu bangkit, meninggalkan Cindy sendirian di dalam ruangannya. Perempuan itu mengedarkan pandangan. Tak banyak yang bisa dilihat karena ruangan ini memang tertutup. Hanya ada jendela tidak terlalu besar yang Cindy yakin pun tak akan menyuguhkan pemandangan yang indah.

Ia memainkan kukunya. Sesaat ia teringat tentang kejadian kemarin. Rasanya sehari kemarin kesialan berpihak dengan baik padanya. Cindy tak menyangka ia akan menabrak mobil orang pagi-pagi. Mungkin efek kelelahan karena dia memang belum tidur sama sekali. Siangnya terjadi hal yang sama. Jika pagi ia menabrak mobil, maka siangnya orangnya yang ia tabrak.

Yang membuat Cindy amat sangat kesal adalah respon yang orang tersebut berikan.
Ia ingat betul bagaimana laki-laki itu menolak ganti rugi yang ia tawarkan. Padahal jarang-jarang ia baik bahkan sampai mau ganti rugi.

"Yaudahlah, ngapain juga gue pikirin? Bagus deh nggak ngerepotin.." tapi tetap saja ada kesal di hatinya. Semacam harga diri yang terluka. Hmm, atau sebenarnya hanya ego.

Tak lama laki-laki paruh baya yang tak lain adalah Dekan Fakultas Kedokteran tadi kembali. Ia dan Cindy bercakap-cakap sebentar. Sepertinya urusan mereka sudah selesai karena setelahnya Cindy pamit meninggalkan ruangan.

"Ok, selesai." Ia bernapas lega. Untung saja ada nama kakek yang bisa ia gunakan sehingga urusannya tidak akan berbelit-belit. Tapi sebenarnya tidak juga. Harusnya Universitas ini yang berterimakasih padanya karena dia sudah bersedia menerima tawaran ini. Yap, selama beberapa waktu ia harus belajar di Universitas ini, ATTAIR University. Sebenarnya Cindy malas membahas alasan kenapa ia sampai berakhir di Universitas ini.

Pulang ke Indonesia setelah sekian lama. Hm, sebenarnya tak pernah ada di dalam benaknya. Jika boleh memilih, Cindy tak pernah ingin kembali. Tak pernah ingin menginjak Indonesia lagi. Kenapa? Karena Indonesia punya luka sendiri baginya. Luka masa kecil yang tak akan pernah bisa ia lupakan. Tapi sudahlah, toh dia sudah di sini. Nikmati saja selama satu tahun ini.

LEMONADE | [ 02 ] #peppermintseries Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang