Prolog

40 11 8
                                    

"Memilikimu itu hanyalah sebuah angan bagiku." — Defaira Cantika Levania.

🌴

Perempuan bernametag 'Defaira Cantika Levania' saat ini tengah berada di kantin bersama kedua temannya, sambil menatap seorang lelaki yang duduk disebrangnya. Karena terus saja menatapnya, ia sampai tidak menghiraukan panggilan dari temannya.

"Defa! Defa!" Panggil Alodya. Alodya Clarita Arnovea, merupakan salah satu sahabat Defaira sejak ia SMP.

Karena panggilan tersebut, Defaira pun langsung tersadar. "Hah! Iya, kenapa Al?" Jawab Defaira kaget.

"Lo dari tadi gue panggil kenapa nggak nyahut hah!"

"Hehe, maaf. Gue nggak denger tadi" Jawab Defaira yang memberikan cengirannya.

Alodya hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu. Sejak SMP sahabatnya memang selalu seperti itu.

"Nggak denger pala Lo." Cerca Alodya.

"Yaudah, iya kenapa?"

"Jadi, Lo mau pesan makanan apa?" Tanya Nada. Nada Alena Jelita, merupakan salah satu sahabat Defaira sejak SMP.

"Oh, gue pesan Ice Green Tea satu. Kalau makanannya...." Ucapannya terhenti sambil berpikir.

"Ayam geprek karamel satu." Lanjut Defaira.

"Okee."

Defaira pun melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda, yaitu menatap seorang lelaki yang duduk disebrangnya.

"Memilikimu itu hanyalah sebuah angan bagiku." Batin Defaira.

Tepat saat itu juga, tiba-tiba lelaki yang barusan ia tatap berbalik arah dan melihat Defaira yang sedang menatap dirinya.

"Mampus gue, kepergok sama orangnya lagi."

Tapi sepertinya lelaki tersebut terlihat biasa-biasa saja. Ia tidak menghampiri Defaira ataupun yang lain. Ia malah melanjutkan aktivitasnya mengobrol dengan temannya.

"Huh! Untung aja dia nggak kesini, bisa malu gue."

Defaira tidak lagi menatap lelaki tersebut. Ia takut kalau lelaki tersebut memergokinya yang sedang menatapnya.

Bisa dibilang Defaira adalah secret admirer. Yap, sejak SMP ia memang telah menjadi secret admirer lelaki tersebut.

Kalau ditanya kenapa nggak mengatakannya langsung kepada lelaki tersebut, Defaira terlalu gengsi untuk mengatakannya. Jadi, ia hanya bisa menjadi secret admirer lelaki tersebut.

"Kenapa susah banget bilang langsung sama Lo."

Defaira tersadar dari lamunannya karena satu panggilan dari seorang lelaki.

"Defa!" Panggil lelaki tersebut sambil berlari menuju meja Defaira. Ia adalah Reno Adrian Wijaya, salah satu teman Defaira sejak SMP.

"Iya, kenapa Ren?" Tanya Defaira.

"Gini, tadi gue liat udah ditempel tuh penempatan kelas. Lo udah liat?"

"Belum sih. Emang beneran udah ada Ren?" Tanya Defaira memastikan.

"Iya bener, buat apa gue bohong."

"Yaudah, iya gue percaya."

"Kalau gitu buruan gih, nanti makin rame yang liat."

"Oke."

Defaira bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya keluar dari kantin menuju papan informasi.

"Al, Nad, gue liat penempatan kelas dulu ya!" Teriak Defaira kepada kedua sahabatnya itu.

"Iya, nanti kita nyusul!!" Balas Nada.

***

"Mana nama gue nih" Pekik Defaira.

Dan akhirnya ia telah menemukan ia berada dikelas berapa. Saat sedang melihat-lihat nama yang berada satu kelas dengannya, ia sangat terkejut dengan satu nama. Ya, lelaki yang ia tatap tadi, berada satu kelas dengannya.

"Mampus gue sekelas sama dia."

"Tapi bagus juga sih."

***

Seorang lelaki saat ini tengah mendatangi papan informasi untuk melihat ia berada dikelas berapa.

Saat sedang mencari namanya, ia melihat satu nama perempuan yang ia kenal. Lelaki tersebut adalah Rafardhan Azka Rivera, lelaki yang terkenal dingin, cuek terhadap apapun.

"Oy, Dhan! Dhan!" Panggil Dimas.

'Dimas Aferro Vraka' biasa disapa Dimas, ia merupakan sahabat Rafardhan sejak kecil.

"Oy Dhan! Lo budek atau tuli?" Cerca Dimas.

"Tuli sama budek apa bedanya bego!!" Ujar Raka. Raka Nandana Pramudya, merupakan sahabat Rafardhan semasa SMP.

"Oh iya ya.." ujar Dimas sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dhan! Dari tadi gue panggil jawab ngapa." Ujar Dimas.

"Hmm." Rafardhan hanya menjawabnya dengan berdeham.

Dimas menggelengkan kepalanya heran. "Kenapa sikap Lo masih terus-terusan begini. Cuman gara-gara masa lalu Lo, Lo sekarang berubah Dhan." Ujar Dimas mulai menceramahi.

Walaupun kelihatannya Rafardhan tidak mendengarkan dan tidak memperdulikan perkataan Dimas. Nyatanya ia menyimak baik-baik perkataan Dimas.

"Gue heran sama Lo, cuma karena hal itu sikap Lo jadi berubah kayak gini."

"Gue juga heran sama Lo Dhan. Coba berubah dikit kek." Ujar Raka.

"Gue saranin, ubah sikap Lo yang kayak gini Dhan. Nantinya bukan banyak teman yang Lo dapat, tapi kebencian dari orang-orang disekitar Lo. Termasuk orang yang Lo sayang." Dimas sengaja menekankan kalimat 'orang yang Lo sayang' karena temannya ini berubah karena masa lalu.

Rafardhan tidak menjawabnya, ia hanya diam mendengarkan perkataan Dimas. Yang dikatakan Dimas memang benar, ia harus mengubah sifatnya. Tapi, ia sudah sangat terbiasa seperti ini. Sangat sulit baginya untuk merubah sifat tersebut.

"Ingat perkataan gue Dhan, jangan sampai Lo melakukan kesalahan yang bakal Lo sesali nantinya."

Lagi-lagi Rafardhan tidak menjawab ucapan Dimas. Ia hanya diam menyimak baik-baik ucapan Dimas.

Mungkin bagi sebagian orang yang berada didekat Rafardhan, tidak akan tahan dengan sikap dingin dan cueknya itu.

Dan menurut sebagian para kaum hawa, itu merupakan hal yang unik. Karena, sulit sekali membuat lelaki satu ini berbicara dengan panjang dan ramah.

Masih belum ada yang bisa mencairkan istana es yang Rafardhan buat dengan kokoh. Dan masih belum ada yang bisa menaklukan perasaannya yang  sangat dingin sampai saat ini.

🍃

UnlikelyWhere stories live. Discover now