H.7

1.9K 256 26
                                    

**

Bismillahirrahmanirrahim

**

         SETELAH acara khitbah selesai. Bunda Ully mengajak Ali dan Mama Resi untuk bersantap makan malam bersama. Ali dan Mama Resi pun menerima tawaran dari Bunda Ully untuk makan malam bersama.

Terasa suasana canggung, diantara Ali maupun Prilly. Mungkin, dikarenakan keduanya sudah mengetahui batasan-batasan antara laki-laki dan perempuan.

Makan malam pun selesai. Mereka pun, membahas perihal tanggal akan dilangsungkannya pernikahan antara Ali dan Prilly.

Bukankah, lebih cepat lebih baik?

"Umm.. jadi, gimana? Kira-kira kapan nih kalian berdua akan melaksanakan acara pernikahannya?"

"Kalau saya, gimana anaknya aja ya, Jeng Ully. Orang tuanya cukup ngikutin aja."

"Iya bener, Jeng Resi. Kecuali, kalau mereka mau ketemu, atau fitting baju ditemenin biar ada mahram nya."ucap Bunda Ully, Prilly yang mendengarnya tersenyum, sang Mama sudah mengerti dengan perubahan dirinya kini.

"Nahiya bener, Jeng. Jadi, gimana nih? Kalian berdua kok diem aja.. biasanya kalau ketemu pencicilan."ucap Mama Resi berusaha menggoda calon pasangan suami istri ini.

"Umm- Engga Ma. Ali bahagia ma, saking bahagianya jadi diem. Hehe."ucap Ali dengan diiringi kekehan dibelakangnya.

"Emang ya, mantu.. kalau yang biasanya iseng, kalem tuh agak susah ya, nak? Hahaha."ucap Bunda Ully tertawa melihat keisengan Ali.

Prilly yang mendengarnya hanya berkata dalam hati. "Duh, Li. Seriusan deh. Itu receh. MasyaaAllah."

"Umm-- kalau Prilly insyaaAllah, mengikuti Ali saja. InsyaaAllah, kapanpun.. Prilly siap,"ucap Prilly sembari menunduk.

"MasyaaAllah, putri Mama.."ucap Bunda Ully sembari memegang tangan Prilly.

"Nah, Alhamdulillah.. Jadi, untuk kapan-kapannya itu sudah diserahkan sepenuhnya ke kamu ya, Nak Ali."ucap Papa Rizal.

"Kalau Ali, boleh minta jika dilaksanakan 2 minggu lagi?"ucap Ali dengan ragu, ia takut jika calon mertuanya tidak menyetujui.

Ucapan Ali, tak ada yang merespon. Namun, hanya senyuman lah yang merekah diwajah Bunda Ully dan Papa Rizal.. Prilly pun tersenyum, dan mengangguk setuju.

"Papa setuju. Nah, untuk konsep pernikahan itu sendiri mau seperti apa, Nak?"

"Kalau Ali, ingin sesuai dengan syariat, Pa. Seperti, ketika Akad tamu undangan tidak disatukan dalam satu ruangan. Namun, berbeda ruangan."

"Nah, Prilly setuju."

"Untuk resepsi sendiri. Ali ingin menyediakan banyak kursi, agar tamu undangan tidak makan sambil berdiri, seperti undangan biasanya."

"Dan, pelaminan dipisahkan dengan tirai. Antara laki-laki dan perempuan, agar tidak terjadi ikhtilat."

* Ikhtilat = bercampur baur, antara laki-laki dan perempuan.

[3] Hijrah | On Going (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang