• 27 •

2.4K 459 253
                                    

Hari bagai di neraka itu pun akhirnya selesai. Yoona sudah resmi menyandang status sebagai mahasiswi Art University of US. Walau kemarin sempat terjadi masalah, karena Sehun menjemputnya, dan berjabat tangan langsung dengan Chanyeol, Sehun menampilkan ekspresi ketidak-sukaannya. Selama perjalanan, mereka berdua pun di terpa keheningan yang cukup lama. Sampai akhirnya, Yoona mencoba menjelaskannya secara perlahan, dan Sehun pun mengerti.

Sulit membuat seorang Oh Se-Hoon mengerti. Entah apa yang di fikirkan dalam kepala pria mapan tersebut. Yoona bahkan tidak mengerti jalan fikiran Sehun. Akhir-akhir ini, pria itu terlihat lebih posesif di bandingkan sebelum-sebelumnya. Yoona selalu membuat otaknya bekerja, apakah ia melakukan kesalahan fatal yang membuat Sehun seperti itu?

Yoona yang sedang mengerjakan tugas pertamanya harus berhenti ketika Sehun menginterupsinya, "Yoona? Makan malam sudah siap,"

"Mm.. Lima menit lagi, dad,"

Yoona fikir, Sehun sudah menghilang dan membiarkannya untuk semakin terhanyut dalam mengerjakan tugasnya. Ia bahkan tidak mengetahui jika Sehun melangkahkan kakinya mendekat pada Yoona. Sehun memperhatikan tiap rangkaian kata yang di tulis oleh Yoona, "Apa yang sedang kau kerjakan?"

Yoona membuang pensilnya karena terkejut. Ia memegang dadanya dan nafasnya naik-turun, "Kau mengagetkanku, dad,"

Satu alis Sehun mengangkat karena bingung, "Kau tidak sadar daddy masih disini?" Yoona menggeleng lebih dulu dan membungkuk untuk mengambil pensilnya yang terjatuh.

Sehun berjongkok. Saat ini, posisi mereka sejajar, dan membuat mereka saling bertatapan satu sama lain. Yoona menatap mata Sehun, dan Sehun menatap mata Yoona. Karena tatapan Sehun —yang menurut Yoona tatapan Sehun sangatlah dalam hingga menembus jantungnya, Yoona lebih dulu memutus kontak mata itu.

Yoona kembali duduk di meja belajarnya. Jantungnya berdegup tak normal. Ia diam-diam menggigit bibir bawahnya karena suasana yang canggung ini. Beruntung, rambut hitamnya yang terurai jatuh dan menutupi wajahnya.

Sehun beranjak. Ia menepuk pelan puncak kepala Yoona, "Segeralah turun untuk makan malam. Jangan membuat daddy menunggu," Yoona hanya mengangguk kaku.

Setelah ia melirik pintu dari sudut pandangnya, dan memastikan Sehun sudah keluar, Yoona menghembuskan nafasnya lega. Yoona memegang jantungnya yang berdegup cepat, "Kenapa jantungku berdetak tak normal seperti ini.."



Makan pagi ini rasanya terlalu canggung. Selain Sehun memilih untuk bungkam, Yoona pun tidak kalah bungkam karena teringat kejadian semalam yang membuat jantungnya berdetak tak wajar. Keheningan mereka hanya di isi oleh dentingan piring, sendok dan garpu. Yoona sibuk dengan fikirannya sendiri, hingga ia tak sadar jika tangannya sudah berhenti bergerak. Hal itu tak lepas dari pandangan Sehun.

"Ada yang mengganggu fikiranmu, Yoona?" sebaliknya, yang di tanya belum kembali pada kesadarannya. Sehun harus berdeham dan kembali memanggil namanya, "Yoona?" ia baru sadar ketika Sehun sedikit meninggi dan mempertegas suaranya. Menatap Sehun dengan tatapan penuh tanya. Sehun meletakkan sendok dan garpunya, "Ada yang mengganggu fikiranmu?"

Yoona menggeleng cepat. Dan Sehun paham, jika gadisnya ini tengah berbohong padanya. Hidup bertahun-tahun dengan Yoona, membuatnya sedikit demi sedikit paham dengan prilaku Yoona. Bahkan ketika gadis itu berbohong.

Tetapi Sehun memakluminya. Jika Yoona memilih untuk tidak bercerita, mungkin hal itu terlalu privasi hingga tidak bisa diberitahukan pada Sehun. Seperti ketika ia datang bulan, Yoona memilih menyembunyikannya pada Sehun. Kecuali, jika Yoona meminta Sehun untuk membelikan pembalut dalam keadaan terdesak.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now