XV. CEO

2.2K 552 21
                                    

jungmo menatap meja kerja yang sudah ditata oleh sekertaris pribadinya. hari ini ia punya setumpuk perkejaan yang harus diselesaikan ditambah beberapa meeting. jam masih menunjukan pukul sebelas lewat lima menit dan ia harus memulai meeting dengan bagian marketing dua puluh menit lagi.

jungmo beristirahat sejenak. kepalanya didera nyeri sejak pagi dan itu menurunkan performanya hari ini. tapi jungmo tetaplah jungmo. ia tidak ingin terlihat lemah di depan karyawannya. mungkin orang lain akan berpikir bahwa jungmo terlalu keras pada dirinya sendiri, namun lagi-lagi jungmo dan prinsipnya tak bisa dibantah. apa yang sudah ia tanamkan dalam dirinya itulah yang akan ia lakukan.

mata jungmo terpejam sembari memijat pelipisnya perlahan, berharap sakit kepala itu mereda.

"sakit kak?"

jungmo berjengit sedikit terkejut dengan kehadiran sosok lain di dalam ruangannya. bahkan jungmo tak mendengar suara pintu diketuk atau dibuka sebelumnya. sosok itu memasang ekspresi terkejut yang membuat jungmo menjadi bingung.

tissue di atas meja jungmo diambil dan sosok itu memberikannya pada jungmo sembari menunjuk wajah jungmo.

"lap sebelum netes ke kemeja lu,"

jungmo secara otomatis mengambil tissue itu ketika merasakan liquid turun dari hidungnya. jungmo melihat tissue yang kini ada di tangannya menyerap darah segar. ia mengembus napas berat.

"dari kampus?" tanya jungmo sembari membuang tissue itu ke dalam tempat sampah di bawah mejanya.

"dari galeri, jam 1 baru ke kampus" jawab sosok itu.

"duduk aja," ucap jungmo pada sosok itu.

akhirnya mingyu duduk dan dengan santai memberikan sebuah map berisi beberapa lembar kertas. jungmo membukanya dan mendapati beberapa berkas penting dan beberapa lembar foto ada di dalamnya. di dalam foto itu ada orang-orang yang jungmo kenal. bibinya, yang merupakan ibu kandung mingyu dan beberapa petinggi perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaannya.

"nyokap gua bikin rencana dan ini berhubungan sama sahamnya di perusahaan ini. lu tau kan perusahaan ini dibangun gak cuma sama papa lu, tapi juga nyokap gua," ucap mingyu. "dan dari yang gua liat, kemungkinannya ada dua, dia ambil alih posisi lu atau perusahaan ini bisa bangkrut karna saham nyokap hampir 30%"

jungmo tau hari ini akan tiba. hari dimana ia benar-benar menghadapi bibinya, bukan hanya gertakan yang selama ini dilakukan keduanya. untuk itu jungmo telah menyiapkan diri. tak akan ia biarkan wasiat papanya dinodai oleh ketamakan bibinya.

namun ada yang mengganjal dalam benak jungmo dan untuk itu ia harus menanyakannya pada sang sepupu.

"kenapa lu ngasih ini ke gua?"

jungmo melihat mingyu tersenyum tipis. sepupunya yang terlihat tenang dan tak banyak bicara itu memang tak bisa ditebak. walau hubungan mingyu dan ibunya tak cukup baik, namun jungmo tau ada alasan lain dibalik itu semua. mingyu menyimpan sesuatu yang tak diketahui olehnya, dan karena itu berkas penting ini bisa sampai ke tangan jungmo.

mingyu berdiri dari tempatnya duduk. ia menyandang kembali ranselnya, siap untuk pergi.

"anggap aja ini ucapan terima kasih," ucap mingyu lalu beranjak dari ruangan itu, namun sebelum benar-benar pergi ia kembali bicara.

"tapi bukan berarti gua ada di pihak lu, kak"

ia tersenyum lalu meninggalkan jungmo di dalam ruangan besar itu.

.

.

.

tbc

-godfelx

• b r o t h e r • starship/pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang