VIII. First Meet

2.7K 635 99
                                    

jam tangan wonjin menunjuk angka 4 sore kala kelima bersaudara itu sampai di area pemakaman. hyeongjun menggenggam erat tangan jungmo saat langkah membawa mereka pada sebuah makam yang terlihat dirawat dengan baik. rumput di atas makam itu dipangkas dan nisan keramik bertuliskan nama sang papa begitu mengkilap.

jungmo berjongkok di samping makam itu diikuti keempat saudaranya. wonjin dan hyunbin meletakan bunga yang mereka bawa khusus untuk sang papa.

baby's breath.

papa pernah bercerita, ada sosok yang sangat papanya cintai dulu. sosok itu sangat menyukai bunga ini, jadilah papa ikut menyukai bunga cantik yang sering menghiasi pekarangan rumah istirahat milik keluarga mereka.

"maaf pa, kita lama gak kesini," ucap hyunbin sembari menatap nisan keramik sang papa. "jungmo sama hyunbin sekarang udah bisa mimpin perusahaan. mungkin gak sehebat papa, tapi kita akan usaha yang terbaik"

kelima saudara itu bergiliran menceritakan apa saja yang mereka alami akhir-akhir ini. layaknya ketika sang papa masih berada di antara mereka, cerita kelima saudara itu mengalir begitu saja. hyeongjun yang sejak berangkat hanya diam saja pun akhirnya sedikit demi sedikit kembali ceria, terlebih saat menceritakan kegiatannya di sekolah.

tak terasa 90 menit terlewat begitu saja. rasanya masih banyak yang ingin diceritakan pada sang papa, namun hari semakin gelap dan mereka memutuskan untuk berangkat ke rumah istirahat di pinggir kota.

"pa, kita pergi dulu ya. jungmo sama hyunbin janji akan jagain semua jerih payah papa,"

"dan jagain wonjin, minhee sama hyeongjun juga" ucap jungmo terakhir kali lalu kelimanya pun melangkah pergi dari area pemakaman.

○○○

"hyeongjun mau di mobil kak hyunbin aja"

sosok termuda di antara mereka kini duduk manis di bangku penumpang mobil hyunbin. jungmo yang melihatnya hanya menggeleng, gemas dengan sang adik. minhee pun akhirnya pergi bersama hyunbin yang akan pergi ke swalayan terlebih dahulu.

tersisa jungmo dan wonjin yang akan lebih dulu pergi ke rumah istirahat. dua mobil mewah itu meninggalkan area parkir pemakaman dengan arah yang berbeda. setelah cukup jauh dari area parkir, wonjin masih tak juga bersuara. jungmo melirik sekilas pada wonjin yang duduk di sebelahnya.

"hey are you okay?"

wonjin menoleh lalu tersenyum tipis pada jungmo yang duduk di belakang kemudi mobil.

"gapapa, kak"

"cerita aja, ada yang lagi lu pikirin kan?"

wonjin menatap deretan lampu jalan yang menyala. langit di luar menggelap dan awan mendung memenuhi angkasa perlahan-lahan. kemungkinan besar hujan akan turun di malam hari.

"gua tiba-tiba inget pertama kali kita ketemu," ucap wonjin sembari membayangkan peristiwa yang terjadi beberapa tahun lalu.

wonjin kala itu menarik koper kecilnya memasuki sebuah rumah megah bersama orang tua barunya. tak ia sangka, ada anak laki-laki yang terlihat sebaya dengannya di dalam rumah itu. jungmo kecil tersenyum senang sembari berjalan mendekati wonjin.

"gua seneng banget waktu itu," ucap jungmo. "papa bilang mau bawa hadiah abis pulang kerja, ternyata lu hadiahnya"

"muka lu kayak dapet lotre tau, kak. gua sampe mikir waktu itu pipi lu gak pegel apa senyum mulu tiap liat gua" sahut wonjin sembari tertawa.

"lu gak tau aja, gua yang paling pertama ada di rumah. abis itu papa bawa hyeongjun. dulu dia takut ketemu orang baru. kayaknya juga trauma. lu tau lah soal kebakaran itu,"

"iya gua udah denger soal itu"

tatapan wonjin beralih pada rintik hujan yang perlahan turun membasahi jalan. ingatan tentang pertemuan pertama wonjin dengan keluarganya kini memenuhi pikirannya. sosok jungmo kecil yang kala itu tersenyum menyambutnya membuat wonjin tau bahwa ia diterima di bawah atap rumah besar itu.

lalu bayangan sosok manis dengan tatapan was-was yang memegangi lengan baju jungmo saat itu juga muncul.

tubuhnya tak lebih tinggi dari jungmo dan ia memakai tongkat untuk menahan tubuhnya. saat itu wonjin meringis tanpa disadari kedua sosok yang sebaya dengannya itu.

sosok itu terlihat rapuh, bak boneka porselen yang sewaktu-waktu bisa pecah jika terjatuh ke lantai.

aneh.

wonjin ingin melindunginya.

tangan si manis terulur dengan ragu dan wonjin menggenggamnya dengan perlahan, takut menyakitinya.

ternyata itu si bungsu. hyeongjun yang disayangi papa dan 4 saudaranya. sosok manis dengan trauma akibat kebakaran yang menghanguskan rumah serta orang tua kandungnya.

hyeongjun, adik yang wonjin sayangi.

cinta pertamanya.

.

.

.

tbc

-godfelx

• b r o t h e r • starship/pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang