XXVI. Unforgettable Memories

976 225 64
                                    

sepi.

kata yang mendeskripsikan dengan jelas keadaan meja makan pagi itu. empat kepala di sana fokus dengan makanan mereka masing-masing. hanya bunyi alat makan yang saling bertubrukan kadang mengisi hening meradang di sana. aktivitas mereka kembali di mulai, tiga hari setelah prosesi pemakaman. selama itu mereka memilih untuk mengistirahatkan pikiran yang kacau dan tubuh yang lelah.

"nanti mau dijemput gak?" tanya jungmo pada si bungsu yang duduk di seberangnya.

hyeongjin menggeleng halus tanpa menatap mata jungmo. makanan mereka hampir habis. minhee lebih dulu meletakan alat makannya dan menenggak habis air meneral dalam gelas. hari ini ia masih perlu istirahat pasca luka tusuk yang cukup dalam.

"kak,"

suara minhee menarik atensi yang lain. matanya menatap lurus sosok sulung yang duduk persis di seberangnya. hyunbin mendongak, mengalihkan pandangannya dari makanan yang tersaji pagi itu.

rasanya kalimat itu sudah ada di ujung lidahnya. namun, saat melihat raut sedih karena duka yang masih kentara di wajah saudaranya yang lain, minhee mengurungkan niatnya.

justru senyum yang minhee berikan pada si sulung, hyunbin.

"semoga hari lu menyenangkan, kak,"

tatapan mata jungmo tak lepas dari minhee. ia mengetahui dengan jelas apa yang minhee rasakan dan ingin sampaikan, tapi sosok hyeongjun yang duduk bersama mereka di sana menjadi alasan kuat minhee tetap bungkam sampai adiknya itu menemukan waktu yang tepat.

sarapan pagi berakhir dan jungmo, hyunbin, serta si bungsu hyeongjun meninggalkan rumah untuk memulai aktivitas mereka.

rumah besar itu terasa lenggang. hanya ada minhee dan bibi yang membantu keluarga mereka membersihkan rumah. minhee berjalan menuju sebuah kamar di lantai atas, kamar dengan pintu tertutup rapat dengan kunci menggantung di bawah gagang pintunya.

minhee memegang gagang pintu yang terasa dingin digenggam. perlahan ia membuka pintu itu, hingga bagian dalam kamar yang familiar masuk dalam pandangannya. semuanya masih sama seperti terakhir kali. aroma khas pemilik kamar masih dapat tercium oleh minhee.

rindu.

minhee rindu sosok kakaknya.

langkah kaki minhee membawanya duduk di atas ranjang dalam kamar itu. rasanya dingin dan hampa. ranjang ini mungkin tak akan pernah sehangat dulu, saat pemilik kamar berada di sana dengan memangku laptop kesayangannya.

mata minhee memejam sesaat, berusaha memunculkan kebersamaan mereka yang saat ini hanya akan ada dalam ingatan. saat itu terasa menyenangkan. sayang, waktu terasa begitu cepat berjalan hingga kini yang tersisa hanya memori tentangnya.

tak akan ada lagi wonjin yang pulang larut malam dengan membawa maketnya,
tak akan ada lagi wonjin yang bangun lebih pagi dari antara mereka,
tak akan ada lagi wonjin yang membantunya mengerjakan tugas, menemani hyeongjun nonton film,

wonjin tidak ada lagi untuk melakukan semua itu, tapi minhee tau wonjin selalu ada di sana.

dalam hati dan pikiran mereka,

wonjin tak akan pernah hilang.





minhee membuka matanya untuk menemukan sosok familiar itu berdiri bermandikan cahaya matahari pagi di tepi balkon kamar.

ia menoleh, menatap minhee dengan senyum di wajah.

minhee ikut tersenyum walau tak lama sosok itu kembali berpendar dan memudar.

• b r o t h e r • starship/pdx101Où les histoires vivent. Découvrez maintenant