Prolog

203 6 0
                                        

---

“Mau mimpi tapi nggak berani bangun? Mimpi kayak gitu cuma akan jadi bunga tidur.”

Kalimat itu kutemukan di pojok halaman buku catatan Bahasa Indonesiaku, tanpa nama penulis. Tapi siapa pun yang menulisnya, terima kasih. Kalimat itu menjadi pengingat paling jujur—bahwa mimpi bukan sekadar angan, tapi janji yang harus ditepati dengan usaha.

Aku pernah menjadi orang yang hanya berani membayangkan. Menulis diam-diam, lalu menyembunyikannya dalam laci. Takut ditertawakan, takut dibilang sok tahu, takut… tak cukup bagus. Dunia kadang terlalu bising untuk seseorang yang hanya ingin menuangkan isi hatinya lewat kata.

Tapi hari ini, aku membuktikannya. Cerpenku lahir ke dunia. Bukan karena aku berani bermimpi saja, tapi karena aku tak berhenti memperjuangkannya. Lewat ragu, lewat malam-malam penuh coretan yang tak selesai, lewat rasa ingin menyerah—aku terus menulis.

Mungkin ini bukan karya terbaik di dunia. Tapi ini adalah bagian dari diriku. Dan itu sudah cukup.

---

InsecureDonde viven las historias. Descúbrelo ahora