Part 9

9 0 0
                                    

Beberapa hari ini aku begitu takut, setiap hari deg – degan menunggu keputusan dari pak john. Minggu ini pembayaran sks untuk semester berikutnya. Aku takut sekali, kalau ternyata nggak di terima bagaimana?

Selain masalah ini, ternyata sifat ashton nggak berubah. Dia sering terlihat bersama cewek – cewek di manapun ia berada. Ben sudah berpacaran dengan cewek yang bernama lina. Aku kangen dengan kata – kata ' how's your day so far?' nya yang dulu setiap hari ia ucapkan. Ia sudah sibuk dengan pacarnya. Tapi untungnya ia tak begitu saja melupakan sahabatnya ini. Kadang ia datang ke rumahku sekedar mengobrol denganku.

Aku semakin suka berada di kafe. Selesai kuliah aku langsung ke kafe sampai jam tujuh malam, mama mengomel. Aku bekerja lebih dari lima jam, jadi aku mendapat uang lembur. Lumayan untuk membantu mama membeli bahan – bahan untuk memasak.

Merrin nggak terima dengan keputusan bulat dari mama dan papa , Ia menangis di kamarku selama 1 jam.

hari ini aku pulang lebih awal, jam enam sore. Mama sedang memasak di dapur, jadi aku langsung membantunya begitu aku melihatnya. Rasanya sudah lama nggak ngobrol seperti ini dengan mama. Dan yang membuatku sangat bahagia, malam ini kami sekeluarga makan malam bersama sambil ngobrol dan tertawa bersama. Aku tak ingat kapan terakhir kami melakukan hal ini.

merrin sedang berusaha menyelesaikan skripsinya cepat – cepat agar bisa melangsungkan pernikahannya. Aku senang akhirnya ia bisa serius dengan kuliah ekonominya yang sudah seabad belum selesai juga. Ia bilang, ia pasti menyelesaikannya tahun ini. Aku mendukungnya dengan mengatakan, aku akan membantunya jika ia membutuhkanku.

Aku dan mama mencuci piring setelah makan malam. Merrin tak pernah mau, katanya ia takut tangannya kasar. Menyebalkan. Tapi ya sudahlah, karena ia sedang serius dengan skripsinya, kali ini aku berbaik hati tak memarahinya.

Saat aku masuk kamar, handphoneku sedang berbunyi. Cepat – cepat ku angkat tanpa melihat siapa yang menelepon. "halo. Saya pak john." Nafasku tertahan saat aku mengetahui orang di seberang sana adalah pak john. " apa kabar pak john..." aku gugup sekali sampai sulit memikirkan kata – kata apa yang seharusnya kuucapkan.

" baik.. saya mau memberitahukan tentang proyek yang kalian buat. Bagus, desain gedung yang kalian buat unik." Aku menarik nafas dalam – dalam, menunggu pak john melanjutkan perkataannya.

" proyek yang bagus, desain kalian di trima. Kira – kira empat bulan dari sekarang miniature itu akan di pamerkan untuk memasarkan apartemen ini. Nanti pastinya ada beberapa revisi dari team kami. Target kami, apartemen ini akan dikerjakan selama kurang lebih tiga tahun." Mulutku menganga lebar saking bahagianya. Ingin sekali rasanya berteriak, tapi kurasa tidak di depan pak john, jadi kutahan saja teriakanku.

" benar pak?! Trima kasih banyak pak, trima kasih..." aku berulang – ulang mengucapkannya. Pak john hanya tertawa dan memberi selamat padaku. Setelah mematikan handphone, hal yang teringat olehku adalah memberitahukan kabar baik ini pada ashton. Aku memutar tubuhku ke arah jendela, tapi ternyata ashton sudah berada di depan jendelaku, bersandar di pinggiran jendelaku dan tersenyum padaku.

" lu udah tau?" tanyaku sambil berjalan mendekatinya. Ia mengangguk dengan masih tersenyum. " dia bilang proyek kita bagus!!! Proyek kita di trima!! Tiga taun lagi apartemen bikinan kita bakal dibangun!! Bayangin, gedung – gedung tingkat tiga puluh yang kita bikin-"

" tamannya jangan lupa! jembatan panjang yang kita buat di tengah kolam kecil, jembatannya kita bikin rerumputan, tanaman jalar di pegangan jembatan, semuanya!" aku mengangguk – angguk membayangkan apartemen itu benar – benar akan ada tiga tahun lagi.

Am I a CinderelaWhere stories live. Discover now