Chapter 1

4K 214 1
                                    

“Apa kau gila?” tanya Jayden Martin—suamiku—dengan suara menggelegar.

“Aku masih waras,” sahutku tenang. Setenang air di permukaan danau.

“Kau tahu apa artinya ini?” Jay mendorong beberapa lembar surat perjanjian di atas meja ke depanku. Dia menggeram, lalu berdecak.

“Aku tahu, itu artinya kau akan menyetujui keinginanku untuk memiliki dua orang suami.” Melipat kedua tangan di depan dada, aku tersenyum sekilas. “Tanda tangan saja. Ini akan baik untuk kita berdua. Jika ingin, kau juga bisa melakukannya.”

Seketika, Jay mendelik marah padaku, “Jangan samakan aku denganmu, Ava!”

“Ya, kau benar. Aku dan kau tidak sama. Kau memilih untuk berselingkuh dengan beberapa wanita sekaligus, sedangkan aku ingin menikahi hanya satu orang pria lagi saja,” jelasku, tersenyum sinis.

“Apa ini bentuk balas dendammu padaku?”

“Oh, tidak, tidak.” Kugeleng-gelengkan kepala dengan tawa kecil. “Kita sama-sama tahu seperti apa pernikahan konyol ini berjalan selama lebih dari dua tahun, Jay. Jadi mari lakukan segala yang ingin kita lakukan, tanpa saling mencampuri urusan masing-masing. Seperti biasanya.”

“Kau benar-benar gila, Ravabia Vigor!” desis Jay, mengepalkan satu tangannya di atas meja.

Aku tidak peduli. Sungguh tidak peduli. “Selama kedua tua bangka itu masih hidup, kita akan terus terjebak dalam pernikahan gila ini. Jadi sungguh Jay, aku sudah tidak tahan lagi.” Kuraih bolpoin di samping tangan Jay yang mengepal, meletakkannya tepat di atas kertas berisikan berbagai perjanjian untuk aku dan Jay, yang bersangkutan dengan pernikahan keduaku dan perselingkuhan Jay selama hampir dua tahun terakhir. “Cepat tanda tangan!”

“Akan kupikir—”

“Tidak ada waktu lagi. Aku akan menikah dalam minggu ini. Jadi segera tanda tangan,” selaku cepat. Aku memang senang terburu-buru.

Jay hanya memegang bolpoin di tangannya, tanpa menggerakkan benda itu untuk mengukir tanda tangannya di sana. Dia mematung dan aku siap meledak kapan saja.

“Apa yang kau tunggu? Cepat tanda tangan sebelum aku melaporkan perselingkuhanmu pada Kakek Hamlet Martin!” ancamku sambil berbisik, membungkuk di samping telinga Jay, menempatkan bibirku di sana.

“Berengsek kau, Ava!”

“Kau jelas tahu, kau lebih berengsek dariku, Jay.”

***

Neil Cedric Harrison, dialah pemicu hasrat hatiku yang membeku, untuk mencintainya dengan tulus melalui sebuah pernikahan.

Jujur saja, meski aku bukan wanita yang menjunjung tinggi perilaku baik penuh tata krama, tapi aku membenci perzinahan. Persis seperti yang dilakukan Jay sejak dua bulan kami menikah.

“Bia!” 

Aku menoleh untuk kemudian tersenyum lebar pada sosok pria yang memanggil dari arah belakangku, dan hanya dia yang memanggilku dengan nama itu.

“Hei, sudah lama?” tanyaku ramah. Aku menyambut tangannya yang sudah terulur ke hadapanku. Kami saling berbagi kehangatan, lewat genggaman jari jemari yang saling bertaut.

“Tidak.” Dia tersenyum, mengecup pipi kananku tanpa ragu, apalagi malu-malu.

“Sungguh?” Kutatap dia yang tampak menahan dan melawan hawa dingin. Aku tahu, dia sering merasa baik-baik saja meski tidak tampak seperti itu di mataku.

𝐀𝐦𝐛𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧𝐜𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang