Akhir

447 19 7
                                    


FLASHBACK 4 TAHUN LALU......



Langit cerah membingkai momen berdua mereka di Pantai Kumala, tempat favorit mereka. Raihan dan Naura memang saling mencintai, tapi mereka tidak berpacaran. Mereka duduk menatap laut yang tak Nampak ujungnya. Keheningan membuat mereka berpikir.

"Han, aku mau Tanya, deh?" pertanyaan Naura menghentikan keheningan itu.

"Hmm..."

"Kenapa kamu suka sama aku?"

"Memang suka butuh alasan?"

"Ya gak juga sih! Tapi, kan, aku gak masuk kriteria kamu. Akhlaq ku ya begitu-begitu aja. Aku gak cantik ya tapi gak jelek juga, sih! Hmm... aku keluarga sederhana dan agamaku ya masih belajar. Jauh banget lah dari kriteria yang kamu bilang," jelas Naura sambil memandang laut.


Kembali hening. Hanya suara deru ombak yang berisik. Pertanyaan Naura sebenarnya juga ditujukan untuk dirinya, sampai sekarang belum ditemukan alasan Naura mencintai Raihan. Rasa itu hadir begitu saja tanpa diminta.

"Ra. Aku mau kuliah di luar negeri." Naura terkejut. Dia mendengar dengan jelas ucapan Raihan tadi.

"kamu pasti bohong. Ini Cuma alasan kamu menghindar dari aku, kan?" kata Naura mengingat bahwa seringkali Raihan menghindari Naura.

"Aku serius."

"Aku tahu aku memang mengganggu kamu. Pematah prinsipmu yang lebih kuat dari aku. Aku tahu yang kita lakuin ini salah. Aku tahu, Han! Aku tahu!" Naura berdiri memaki Raihan. Raihan ikut berdiri memandang sedih perempuan yang dicintainya itu. Naura menangis. Sejujurnya Raihan tidak ingin mengatakannya, tapi Naura harus tahu.


Naura marah. Dibiarkannya gadis itu mengeluarkan semuanya, bahkan Raihan rela dipukul untuknya.

"Kamu jahat! Aku gak mau pisah sama kamu," Naura mulai tenang. Raihan menarik dalam pelukannya. Tangis Naura semakin pecah. Sungguh Raihan tidak tega melihat Naura seperti ini.



Berduaan seperti ini, kontak fisik seperti ini, bahkan menyimpan rasa seperti ini tentunya sudah salah. Raihan dan Naura sama-sama tahu, malaikat mencatat dosa mereka. Tapi, rasanya susah sekali menghindarinya.

"Nikahin aku! Aku mohon..." pinta Naura mengejutkan Raihan hingga Raihan melepaskan pelukannya. Naura menatap Raihan penuh harap.

"Kamu yakin? Kamu siap?" Tanya Raihan meyakinkan Naura.

"Aku yakin!"



******



Umat muslim tahu dimana tempat mengadu dan memohon pertolongan, tentu hanya kepada Allah Subhanallahu Wa Ta'ala. Raihan berdoa, memohon petunjuk kepadaNYA, memantapkan hatinya.


Raihan takut. Ketakutan akan cintaku pada Naura lebih besar daripada kepada Sang Pemilik Hati sesungguhnya. Ketakutanakan cinta yang diselimuti dosa. Ketakutan akan cinta yang ternyata hanya hawa nafsu semata. Ketakutan bahwa pertahanannya diruntuhkan Syaithon. Allah mengetahui segalanya. Disinilah Raihan, di atas sajah dirinya menangis dalam doa yang dipanjatkannya. Memohon kepada Allah atas petunjukNYA.


Setelah semalaman Raihan terus memantapkan hati hingga dia yakin kepada pilihannya. Rahan sudah menghubungi Haekal, Ayah Naura. Rencananya Raihan akan menemui Haekal di masjid Al-Ikhlas.


Laki-laki paruh baya itu menyambut Raihan dengan senyuman. Dengan santun Raihan mencium tangan Haekal.

"Assalamu 'alaikum, Pak."

"Wa 'alaikumussalam. Tumben Nak mau bertemu bapak. Ada yang bisa bapak bantu?"

"Begini, Pak. Ada yang ingin saya bicarakan. Saya Raihan ingin menikahi putri Bapak, Naura Syarifah Amalia. Saya mencintai Naura dan ingin menikahinya." Haekal terkejut mendengar pernyataan Raihan. Haekal tahu Raihan anak yang sholeh dan dia yakin Raihan bisa menjadi imam untuk Naura.

"Sebelumnya maaf, Nak Raihan. Bapak bukan tidak merestui. Bapak tahu kamu anak yang baik yang Insyaa Allah pantas buat jadi imam dan juga pemimpin dalam keluarga. Tapi, kamu tahu kalau Naura harus lanjut kuliah. Kalian juga masih terlalu muda. Jika memang Naura jodoh Nak Raihan, pasti Allah akan menyatukan kalian," Jelas Haekal sambil memegang bahu Raihan. Raihan mengerti. Ia memahami apa yang dibicarakan Ayah Naura.

"Alhamdulillah. Terimakasih, Pak. Saya mengerti. Insyaa Allah saya juga akan melanjutkan kuliah di Mesir. Mohon doanya, Pak." Raihan mencium tangan Haekal.

"Alhamdulillah. Bapak pasti mendoakan."



******



Sudah lama Raihan tidak menghubungi Naura sejak hari itu. Sampai sehari sebelum berangkat, Raihan menelpon Naura. Menjelaskan keberangkatannya ke Mesir.


Naura: kamu beneran jadi berangkat?

Raihan: Iya

Naura: Aku akan nunggu kamu.

Raihan: Jangan menungguku apalagi berharap.

Naura: Aku akan tetap menunggu.

Raihan: Yasudah. Tandanya kamu siap untuk kecewa.

Naura: Aku benci kamu!


Naura mematikan telponnya. Naura menangis. Setelah sekian lama, benarkan hubungannya berakhir seperti ini?



***********************************************************************************************

Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh. ada lanjutannya nih! makin penasaran kan sama kelanjutan kisah cinta Naura. Sabar ya... Nikmatin aja jalan ceritanya :D jangan lupa tinggalkan jejak vote and comment biar gak jadi pembaca gelap!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Takdirku MemilihmuWhere stories live. Discover now