APP - 1

88.9K 5.9K 1.4K
                                    

Kim Taeri

Aku tidak tahu harus cerita dari mana. Pertama, harusnya hari ini adalah pernikahanku. Ketika Jimin mengatakan sesuatu, dia tak pernah main-main. Dia memang hendak melakukan pernikahan hari ini. Tak masalah untuk Park Jimin si kaya raya itu untuk menyiapkan pernikahan tertutup ataupun secara besar-besaran sekalian. Dia hanya perlu merogoh kantung dan memerintah ini dan itu. Tentu untuk Park Jimin, pernikahan diam-diam bukanlah hal yang dia inginkan. Apalagi mengingat tujuannya adalah menyenangkan Sang Nenek, dia pasti akan membuatnya semeriah mungkin.

Namun pernikahan hari ini gagal—diundur lebih tepatnya. Alasan utamanya adalah Kim Taehyung yang mencak-mencak tidak setuju. Bahkan dia berniat memakai pengacara kalau perlu, katanya. Gila. Namun tidak aneh karena memang selalu begitu.

Taehyung protes—merengek tidak terima. Katanya selama ini yang jatuh cinta padaku adalah dirinya. Padahal paling yang dia maksud jatuh cinta adalah dijadikan fantasi diam-diam atau mampir ke mimpi kotornya. Protes mengapa aku tidak menikah saja dengannya padahal dia tak kalah kaya dari Jimin. Itu benar dan aku setuju. Hanya saja kalau Taehyung, bisa-bisa aku tak akan bercerai dan dijadikan istri sungguhan dengan jumlah anak yang sampai lima. Bukan itulah yang aku mau.

Tetapi masalah awal sekalipun bukan yang utama, sebenarnya bahkan sebelum Taehyung melontarkan protes. Masalahnya adalah—Jeon Jungkook.

Setelah tawaran dadakan, Jimin harus bertemu dengan Sang Nenek yang sedang sakit. Aku bukan tipe wanita manja yang harus diantar ke mana-mana mengingat dia juga memiliki mobil. Tidak masalah pulang sendiri terlebih masih ingin di rumah Jimin menyicipi minuman-minuman mewah yang lezat. Aku, Jimin dan Taehyung selalu bersama dan tidak pernah masalah dengan itu. Aku sering berada di rumah salah satu dari dua penyamun itu seorang diri bahkan ketika mereka tidak ada di tempat. Namun kali ini adik tiri Jimin yang biasanya di luar negri untuk kuliah, sedang berada di rumah.

Harusnya suasana menjadi awkward, tetapi aku tidak melihat Jungkook sebagai ancaman atau sesuatu yang membuat berdebar. Bagiku Jungkook hanya pria yang lebih muda dariku. Bedanya adalah Jungkook sangat tampan. Aku suka sekali menggoda Jungkook sejak dulu dengan pujian, kerap membuat pria itu malu yang membuatku malah semakin gemas. Tetapi jika Jungkook mau bersamaku, aku akan menerima dengan senang hati. Serius, Jungkook itu tipeku sekali.

"Tidak mau berenang juga?" tanya Jungkook tiba-tiba padaku yang sedang minum di tempat sebelumnya. Hanya saja kali ini aku sendiri tanpa Jimin.

Aku cukup terkejut karena keberanian Jungkook. Jarang-jarang bocah itu seperti ini. Berani. Taeri tersenyum asimetris—licik. "Tergantung, nanti di kolam renang, noona, Koo sentuh tidak?" godaku.

Wajah Jungkook memerah malu. Aku menahan diri agar tidak terkikik. Dia benar-benar menggemaskan. Selalu begitu. Tampan dan lucu. Kemudian aku memutar-mutar gelas dan kembali meneguk minumannya. Park Jimin memang terbaik masalah alkohol. Paling bisa dipercaya.

"Kim Taeri," panggil Jungkook tiba-tiba.

Aku menoleh dan terkejut karena menemukan wajah juga tubuh Jungkook yang sangat dekat denganku. "Ya, akan kusentuh," ujarnya tiba-tiba dan melumat bibirku.

----

Ini gila. Sangat gila. Tapi Jungkook begitu luar biasa. Padahal dia mendengar jelas dari mulut Jimin bahwa kami akan menikah, dan dia tidak tahu bahwa itu hanya pernikahan pura-pura (sebuah rencana). Jungkook seakan tidak peduli, sama sepertiku yang memang sudah tahu sebenarnya. Sekarang dia sedang mengangkat rokku dan menurunkan celana dalamku, sama seperti celananya yang sudah turun sampai paha. Seharusnya dia kembali berenang dan menenggelamkan diri di dalam air, namun yang terjadi dia menenggelamkan kelaminnya di dalam milikku.

Jungkook menghentak begitu dalam liangku hingga aku mendesah dan mengerang hebat. Dia sama sekai tidak mengurangi temponya dan semakin cepat. "Ini bukan yang kau inginkan? Menikahlah dengan kakakku dan kau akan kusetubuhi setiap hari diam-diam."

Aku merinding. Seluruh tubuhku mengelijang. Rasanya luar biasa. Rangsangan yang dia berikan membuatku semakin menggila. Aku menangis karena dia bermain agak sedikit kasar. Tentu saja karena dia melakukannya tidak dengan cinta, tetapi nafsu. Hanya saja aku tak masalah karena rasanya semakin nikmat. Nyeri dan pilu seperti dihancurkan. "J-jung—Kook."

"Ehm, terus panggil namaku honey. Terus merengek seperti minta dilecehkan terus. Ya Tuhan Kim Taeri, kau ini cantik sekali tahu. Sadar tidak sih? Aku sering menjadikanmu fantasi masturbasiku. Taruhan pria di luar sana juga begitu. Berikan foto-foto telanjangmu habis ini ya."

Benar-benar dirty talk yang sangat hebat karena dia membawaku sampai ke puncak Basah keluar begitu saja. Beberapa saat kemudian, Jungkook juga keluar namun buru-buru menariknya. Memutar tubuhku dan mengeluarkan di pahaku dengan sengaja.

"Indah sekali..." bisiknya menyaksikan beberapa bagian tubuhku yang penuh cairannya. Aku hanya bisa terdiam lemas. Jungkook kemudian mengangkatku dan mendudukan tubuhku di atas meja.

"Cepatlah menikah dengan hyung agar kita bisa satu rumah," bisiknya sambil mengecupi tubuhku.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya dalam hidupku.

[]

A Perfect Plan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang