28. the birthday gift

1.4K 256 78
                                    




"Hanbin, ada apa? Kenapa kau mengusirnya seperti itu? Apa karena aku?"

Hanbin melihat Hayi yang kini melihatnya dengan tatapan was-was. Hanbin menggeleng dan tersenyum. Tangannya terjulur untuk mengelus rambut gadis itu. "Tidak. Bukan kok."

Hayi terdiam. "Kau benar-benar suka ya dengannya?"

Hanbin berhenti. "Apa maksudmu?"

"Tidak, hanya bertanya saja." ucapnya. "Hanya saja, aku berpikir kau masih memiliki perasaan yang sama denganku. Tapi ternyata tidak."

Hanbin mengernyit. "Kau menyukaiku?"

Hayi menoleh dan tersenyum. "Kau tidak sadar huh?"

Hanbin terdiam. Entah kenapa, perasaannya biasa saja. Seharusnya ia senang karena perempuan yang ia sukai juga menyukainya. Tapi kenapa dia biasa saja? Kenapa dia tidak bahagia?

"Hanbin?"

"O..Oh.."

"Aku memperhatikanmu dengan pacarmu, dan kau—kalian berdua terlihat tidak.... akrab, seakan-akan kalian hanya berpura-pura."


Deg.


Hanbin membeku.

"Aku hanya ingin bertanya. Apa kau masih punya perasaan padaku?"

Hanbin melebarkan matanya. Matanya menatap lurus ke manik obsidian milik gadis itu. Tidak ada yang berbicara, hanya ada suara ac dan monitor di ruangan itu.

Lelaki itu berpikir sejenak. Entah untuk apa padahal dari dulu dia memang masih menyukai Hayi. Dia memang sering berbicara menyukai anggota girlband kesana kemari tapi hatinya selalu kembali untuk gadis manis ini. Tapi kenapa dia tidak bisa langsung menjawabnya?

"Jika aku menjawab ya memang apa yang akan kau lakukan?"

Hayi melebarkan matanya. "Kau masih menyukaiku?"

"Aku tidak menjawab seperti itu." sanggah Hanbin. "Aku hanya bertanya."

Hayi termenung sejenak. "Aku akan merebutmu kembali."

"Jika kau memiliki perasaan padaku kenapa kau menolakku sewaktu itu?"

"Itu karena aku belum menyukaimu."

Lelaki itu membisu. Lalu mengacak rambutnya kesal. "Pulanglah ini sudah malam."

"Han—"

"Pulanglah Hayi."

Hayi mengatupkan mulutnya lalu mengangguk. Ia beranjak dari kursinya. Terdiam sejenak sebelum mencium pipi Hanbin. "Jangan pulang terlalu malam."

Hanbin tidak menjawab dan gadis itu keluar dari ruangan ditandai bunyi pintu yang ditutup. Setelahnya, ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menghela nafas dan memijit pelan pelipisnya.

Lelaki itu mengutak-atik lagunya sebentar sebelum menyimpan filenya. Ia hendak pergi ke toko untuk membeli minuman.

Belum sempat meraih gagang pintu, Hanbin melihat sebuah kotak yang dibungkus dengan rapi di mejanya. Ia mengambilnya sambil mengerutkan alisnya bingung. Setaunya ia tidak membawa apapun kesini.

Begitu dibuka, ia melihat sebuah kue ulang tahun yang dihias dengan bermacam makaroni. Lelaki itu terdiam sebelum melihat sebuah kertas yang disisipkan disana.


Selamat ulang tahun. Aku membuatkanmu kue, aku bekerja keras untuk ini jadi kuharap kau menyukainya! Awas saja kalau kau buang, akan kudorong kue ini ke wajahmu!

Aku juga minta maaf karena membatalkan janjimu (walau kau juga bersalah) tapi kurasa aku juga tidak suka jika kita terus bermusuhan. Seperti yang kau tau, kita membohongi semua orang, dan kita harus ada untuk melindungi satu sama lain kan?

let's play pretend; hanbin yerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang