Bab 1: The King

3.6K 341 22
                                    

Dahulu sekali, ketika Bumi baru diciptakan, daratannya masih menjadi satu, hamparan tanahnya masih tinggi, Tuhan telah menurunkan jin sebagai khalifah di dunia. Mereka mengemban misi untuk mendiami dan menjaga bumi sebagai bukti rasa syukur terhadap Sang Pencipta. Mereka hidup saling berdampingan dengan makhluk yang nantinya dikenang sebagai makhluk mitologi pada peradaban modern.

Kaum Jin tersebar dalam berbagai macam suku. Mereka mendiami lautan, dataran tinggi, gurun pasir, hutan, dan pegunungan merapi. Menguasai tanah, air, api, tumbuhan, maupun luasnya langit.

Dari sekian banyak jin yang menempati tanah bumi, ada satu jin yang paling berkuasa.

Dialah Leik Rakmaronk

Sang Raja dari tanah Rugyan. Gelarnya Cowa Astramaya, raja dari kaum jin yang menguasai setengah dari daratan di bumi.

"Berikan sukma kalian padaku! Kita serang Kerajaan Luho! Rampas dan hancurkan istananya! Hahahaha!" tawa Raja Rugyan sebelum memulai perang.

Suara sangkakala mengaum lagi. Berpuluh-puluh terompet ditiup. Suaranya menggema di Tanah Rugyan. Seorang pria berbadan tinggi besar duduk di atas kuda hitam bersayap. Batu permata di dahi kudanya mengilat setiap kendaraannya meringkih.

Tiupan terompet menjadi tanda dimulainya peperangan. Dalam kecepatan kilat, pasukan Raja Rugyan pergi menuju Kerajaan Luho.

Begitu pasukan Raja Rugyan tiba, penghuni Kerajaan Luho putus asa. Bagaimana bisa kerajaan kecil mereka mengalahkan pasukan Rugyan yang berjumlah banyak dan kuat? Walau sempat melakukan perlawanan, tetap saja mereka kalah. Mereka harus rela tanahnya dijarah dan rumah mereka dibakar. Raja Rugyan bahkan tidak segan-segan memerintahkan pasukannya untuk menghabisi nyawa penduduk Luho. Mereka pun menangisi tanah mereka yang harus jatuh ke tangah Raja Rugyan.

"Hancurkan! Hancurkan semua! Tanah ini jadi milikku! Hahaha!" tawa Raja menggema dari atas kudanya. Pria itu mengangkat pedang tinggi-tinggi penuh keangkuhan. Rasa senang itu membuncah. Sang Raja gembira karena kekuasaannya bertambah luas dan dia semakin kaya raya. Semakin kaum itu tertindas, dia semakin senang. Bahagia tak terlukiskan.

"Rasakan. Rasakan kebencian yang ada dalam darahku," desis Raja.

DUK

"Ampun ... ampun," rintihan salah seorang penduduk memasuki pendengaran Raja. Dilihatnya jin itu diseret oleh salah satu dari lima panglima jin-nya.

"Berisik sekali dia. Kenapa kau tidak menghabisinya?"

"Maaf, Prabu, dia kutemukan saat sedang bersembunyi di dalam rumahnya. Di rumahnya ada banyak batu permata, mungkin dia seorang pedagang."

"Kalau begitu ambil permatanya dan bawa dia padaku!"

Panglima Raja menyeret jin itu ke hadapan Raja Rugyan. Dia meringis begitu rahangnya dicengkram kuat dan bergetar ketakutan. Kedua matanya terpejam karena tak berani melihat mata Raja yang bengis serta bola mata hitam seperti kabut kegelapan.

"Wajahmu tampak muda dan menarik. Cocok bila jadi pemuas napsuku di ranjang," lantas Raja menghempaskan wajah jin tak berdaya itu. "Bawa dia ke istana untuk jadi salah satu anggota Wadya Seseliran!"

"Baik, Prabu."

Dalam satu jam, tanah Luho luluh lantak. Asap mengepul di mana-mana. Raja Rugyan bukan hanya merampas kekayaanya, tapi juga menghabisi nyawa penduduk hingga jadi uap. Kecuali, jika kebetulan ada jin laki-laki berparas menarik, maka Raja akan membawanya ke istana untuk dijadikan budak napsunya.

****

Di sudut berbeda tanah bumi, sosok jin lainnya duduk menunggangi seekor naga merah. Dia Pangeran Alingga, bergelar Sir Me'ir. Dia pangeran dari Kerajaan Merapi yang mendiami tanah Acalapati di kaki gunung merapi sekaligus anak bungsu dari Raja Merapi, Reitalungga Sir Me'ir.

Wedding Proposal The King Of RugyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang