"Ini sudah sore, Ou-chan. Ayo kita pulang" Ucap Dazai setelah mereka lama saling memeluk satu sama lain demi menguatkan.
"Aku gak mau pulang, aku merasa gak bakal ketemu Nii-sama lagi kalau pulang" Ucap Ouka kecil merengut. Dazai kembali memeluk adiknya.
"Mou,, ngomong apa sih? Nii-chan akan selalu ada, gak bakal ninggalin Ou-chan kok" Ucap Dazai menghibur adiknya agar mau pulang. Tanpa mereka tahu itu adalah hari terakhir mereka bersama sama.
--
Mata itu terbuka menampilkan iris coklat gelap yang memandang sekeliling dengan pandangan teramat datar, hanya mimpi. pikir Ouka. Kenangan pahit masa kecil sebelum keduanya berpisah karena perceraian kedua orang tua mereka. Gara gara mimpi itu, mood Ouka pagi ini benar benar hancur. untunglah hari tugas minggu ini sudah selesai, jadi dirinya tak perlu bekerja dan memperparah suasana hati yang sedang tidak bagus ini.
Menyibakkan gorden dengan sedikit kasar, dan membuka Jendela agar udara segar masuk ke kamarnya. Silau matahari menelisik masuk begitu gorden disibakkan. menerpa wajah yang sedikit pucat dari biasanya. Matanya masih datar menatap keluar jendela, menelisik setiap sudut yang dapat dilihatnya.
Terdiam sejenak dalam posisinya sebelum tubuhnya otomatis bergerak menuju kamar mandi. otomatis menggerakan tubuh dalam ritual pagi hingga selesai sarapan. Sepertinya ia tidak memiliki jadwal lain, mungkin sedikit berjalan jalan dapat mengembalikan mood yang tidak kunjung membaik.
Setelah memutuskan tujuannya, Ouka mengambil handphone dan dompetnya. Pakaian sederhananya yang berupa black shirt lengan panjang dengan celana jeans pendek, dengan penampilan seperti itu Ouka meninggalkan apartementnya menuju kemana pun langkah kaki membawanya. Poninya ia miringkan ke Kiri semua, dengan perubahan poni ia berharap tidak terlalu mirip dengan kakaknya, Dazai untuk saat ini saja.
Langkah kaki itu menuntunnya, melewati pertokoan, Jalan ramai yang kemudian sedikit sedikit sepi hingga sampailah Ouka pada tempat ini. pinggiran laut Yokohama, dekat jembatan besar yang menghubungkan antar wilayah. Langkah kakinya terus mendekati laut sebelum berhenti tepat di ujung. Tempat ini, hampir sama dengan tempat yang nantinya akan jatuh mobydick.
Angin sepoi sepoi membelainya, menerbangkan beberapa helai rambutnya hingga sedikit acak acakan. Dari semua itu, Ouka hanya memejamkan matanya menikmati sensasu menyejukan pagi ini.
Untuk beberapa saat Ouka tetap dalam posisinya sebelum akhirnya membuka matanya kembali lalu menatap langit biru tanpa awan sedikitpun. Raut wajah datarnya susah dari tadi terganti oleh kehangatan, tapi semua itu tak berjalan lama karena matanya kembali memicing saat kilasan memory kemarin terlintas di benaknya.
-- Flashback --
Matanya menatap layar komputer ganda yang kini menampilkan biodata yanh ia cari. raut wajahnya berpikir keras untuk ini.
1. Nama: Edogawa Eru
Age: 22
Gender: Male
Bloodtype: O
Like: Games, BL, Music, Sleeping
Dislike: Noise
Relate: Ranpo Brother
Special Ability: World of Lie
2. Nama: Akutagawa Maria
Age: 18
Gender: Female
Bloodtype: A
Like: Sweet, Cat, Tea, Books
Dislike: Spicy food, Loud Noise
Relate: Gin older twin, Ryuunosuke Sister.
Special Ability: All Available
-- end --
Biodata 2 orang yang seharusnya tidak pernah ada dalam cerita, muncul seperti dirinya. Apakah mereka sama? Apakah mereka musuh? Tidak ada yang tahu. Terlebih lagi kekuatan kedua orang tersebut sepertinya cukup berbahaya.
"Keep act, if they bother just show they place" Gumam Diana dengan sangat serius. Kemudian Diana kembali menutup matanya, menikmati sensasi yang ia rasakan saat ini.
Lama ia terdiam sampai ia merasakan ada seseorang yang berjalan mendekat, hal itu membuatnya membuka mata perlahan sambil menoleh kearah datangnya. matanya sedikit terbelalak saat melihat siapa yang datang, mungkin hanya lewat saja. tapi tunggu––
Itu AKUTAGAWA RYUUNOSUKE. tidak bukan hanya itu, tapi ada juga AKUTAGAWA GIN dan AKUTAGAWA MARIA. mereka berjalan dengan pakaian santai, berarti saat ini belum ada tugas untuk mereka. Jalan jalan keluarga kah? Seketika Ouka mengingat percakapan singkat kedua adik-kakak yang ia curi dengar di caffe kemarin pagi. Rupanya mereka berhasil mengajak atau mungkin menarik Akutagawa Ryuunosuke untuk berjalan hari ini. Terlihat mereka mengenakan pakaian santai, Ryuunosuke bahkan mengenakan kaos V-neck abu yang memberikan kesan santai, sangat jauh dengan image garang mematikan yang dia miliki ketika bekerja.
Akutagawa Ryuunosuke –akan mulai dipanggil Ryuu– tampak menyadari lebih dulu karena ia berhenti begitu saja, yang Ouka hanya dengar hanya pertanyaan 'Ada apa?' dari Maria karena suaranya lebih nyaring dari Gin. Ouka tak mau repot repot melirik untuk melihat ekspresi memicing terkejut dari Ryuu sendiri, ia bahkan berlagak tidak mengenali karena memang pada dasarnya mereka tidak pernah bertemu dan bercengkrama secara langsung, walaupun Ouka sangat mengenali latar belakang ketiga saudara tersebut.
"D-Dazai-san!" dengan sedikit berteriak tertahan, Ryuu menyuarakannya. Astaga padahal pakaian Ouka berbeda jauh dengan pakaian coklat Dazai yang serba panjang itu, apa Ryuu tidak peka? #plak Jangan lupakan rambut panjang Ouka yang ia gerai begitu saja, sudah sangat jelas ia cukup berbeda dengan Kakaknya, Dazai Osamu.
"D-Dazai-san" Lagi, Ryuu menyuarakan itu lalu mulai menghampiri. Ouka tak mau repot repot untuk berbalik toh bukan namanya yang di panggil.
"Ryuu-Nii~ Matte" itu suara Gin yang berusaha untuk mencegah Ryuu diikuti langkah gadis kembar yang mengikuti kakaknya menghampiri Ouka.
"Dazai——san?" Kali ini Ryuu sudah sampai didekat Ouka, saat menepuknya seakan Ryuu tidak yakin dengan dirinya sendiri. Ouka menoleh dengan tatapan bingungnya, akting tentu saja.
"huh? Ada yang bisa saya bantu?" hanya itu yang dapat Ouka katakan, walau sebenarnya enggan. tapi untungnya bukan Chuuya yang datang, lebih menyebalkan lagi kalau yang datang si ceb—Chuuya.
"Ara, Gomen nee.. Ryuu-Nii sepertinya salah orang" Ucap Maria sambil membungkuk maaf, Ouka hanya memiringkan kepalanya membuat dirinya seakan bingung apa yang dimaksud oleh Maria, namun tetap mengangguk sebagai responnya.
"Siapa kau? kenapa kau mirip sekali dengan Dazai-san" tapi tak lama kebingungan Ryuu menghilang, digantikan dengan raut waspada penuh dengan bahaya seakan akan dia bisa saja membunuh Ouka begitu saja. Ia ingin menjitak Ryuu rasanya, Dazai juga merupakan bagian dari namanya. Tapi Ouka tidak bisa, karena beberapa alasan, yang pertama jika ia mengaku maka akan giveaway sekali, yang kedua karena dirinya masih cukup sayang nyawanya. Walaupun Ouka bisa menggunakan kemampuannya bila Ryuu menyerang.
"Mou~ Nii-san!" mau tak mau Maria sedikit meninggikan suaranya, kakaknya memang sangat protektif tapi kadang kadang kelewat batas seperti sekarang ini.
"Err.. gomen, aku sama sekali tak paham maksudmu" ucap Ouka dengan nada maaf, bohong sih karena dia paham maksud Ryuu, hanya saja situasi tidak memungkinkan untuk mengaku.
"Tsk, jangan pura-pura!" Kali ini nada menekan yang Ryuu keluarkan, seakan dia tengah mengintrogasi tersangka. Ouka sedikit terkejut dan menjauh, pura-pura kaget dan takut.
"A-ano~" cicit Ouka sedikit ketakutan, ada beberapa hal yang membuatnya sedikit ketakutan juga kagum dengan Ryuu, ia cukup takut bahwa aktingnya tidak cukup meyakinkan hingga memberikan celah, kagum karena Ryuu sangat mengetahui Dazai Osamu sampai sebegitunya.
"Konno Onna, Rashoumon" Ryuu tampaknya kesal sampai sampai ia mengeluarkan Rashoumon, Special ability miliknya.
TBC
YOU ARE READING
Osamu Twins || DISCONNECTED
FanfictionNarukami Ouka, 23 tahun. Mahasiswa yang baru saja selesai selesai Skripsi dan berleha leha membaca manga favoritenya yang baru saja tamat tiba tiba terbangun di tubuh bayi baru lahir, dengan segala kebingungannya menghadapi yang terjadi, kala menyad...
Part 6 (Edited)
Start from the beginning
