1

44.7K 563 10
                                    


>> ketika seseorang yang kau panggil 'Bapak', bukan menjadi malaikat pelindungmu lagi dan malah ingin menerkam dan memakanmu hidup-hidup. Pantaskah masih di sebut 'Bapak?' >>

♥♥♥

PLAKK!!

Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Pedih dan panas rasanya, hingga telingaku sedikit berdengung.

"Anak tidak berguna! Setelah Ibumu mati harusnya kamu bisa menggantikan peran Ibumu menjadi pelampias nafsuku. Setidaknya kamu bisa berguna tinggal di rumah ini. Kemari kau!!" Dengan wajah memerah dan bau alkohol yang menyengat dari mulutnya, Bapak hendak menggapai tubuhku.

Aku terus beringsut mundur. Suara tangisku sudah hilang, berganti sesenggukan yang tiada henti. Untuk berteriak pun aku tak mampu. Suaraku sudah hilang.

Sedari tadi aku sudah memohon agar Bapak sadar dengan kelakuannya. Tapi pengaruh alkohol sialan itu tak mampu menyadarkan Bapak.

Semasa Ibu hidup, Bapak memang seorang pemabuk dan suka main tangan. Tak jarang Ibu dan kami anak-anaknya menjadi korban. Setiap malam tidak pernah alfa untuk meminum minuman haram itu. Bahkan Ibu meninggal pun karena sudah tak kuat demgan perlakuan Bapak.

Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakakku yang pertama cewek dan sudah menikah. Sedangkan Adikku di urus orang lain dan disekolahkan. Ia ikut keluarga barunya yang kaya. Dan kudengar ia kini menjadi seorang polisi. Betapa bangganya aku sebagai seorang kakak yang miskin ini, memiliki adik seseorang yang mempunyai pangkat.

Tinggalah aku berdua di rumah bersama Ibu. Dari sejak kecil aku sudah berjualan untuk mencukupi kebutuhan dan membantu pekerjaan Ibu di rumah.

Bapak yang seharusnya mengayomi, melindungi, dan memberi nafkah, tidak satu pun melaksanakan kewajibannya. Hanya luka dan air mata yang ia berikan.

Hingga Ibu pun pergi meninggalkanku untuk selamanya. Meninggalkanku bersama seseorang bermental melebihi binatang. Bahkan binatang buas pun tak pernah memperlakukan anaknya dengan begitu biadab seperti lelaki tua ini.

Aku benci Bapak.

Hingga puncaknya malam ini. Ia berusaha memperkosaku, anak kandungnya sendiri. Seseorang yang seharusnya menjadi pelindung dan pahlawan yang menjagaku bukan malah sebaliknya, merusak.

"Hei, seharusnya kamu jangan melawan. Sebagai anak kamu harus nurut apa kata orang tua. Sini kamu!!" Dengan sedikit sempoyongan Bapak terus mencoba meraih tubuh kecilku.

Aku berusaha menghalau Bapak dengan cara apapun. Melemparkan barang yang terjangkau olehku. Aku hanya berharap ada seseorang yang akan menolongku.

Atau mungkin hanya diri ini yang mampu menolong.

Aku sudah muak dengan semua perlakuan Bapak. Sudah sering lelaki tua itu melecehkan dan aku hanya bisa diam. Tapi untuk kali ini aku sudah tidak bisa berdiam diri lagi. Sampai mati aku akan pertahankan kehormatanku.

"Siapapun tolong aku ....," ucapku pilu dengan suara sedikit serak. Saat melirik ke arah nakas, aku melihat ponselku tergeletak di sana.

'Aku harus bisa mengambilnya dan menghubungi seseorang.'

Aku mengedarkan pandangan mencari sesuatu untuk melumpuhkan Bapak. Kulihat kondisinya semakin melemah. Kesempatan bagus untuk bisa kabur.

Hap!

Hampir saja aku tertangkap. Beruntung tubuh kecilku bisa berkelit. Dengan sekuat tenaga aku mendorong Lelaki tua yang sudah sempoyongan itu.

Bruk!

Lelaki tua itu terantuk kayu ranjang dan langsung ambruk. Darah segar pun langsung mengucur dari dahinya. Tak menyiakan kesempatan aku pun segera berlari keluar kamar. Tak lupa juga mengambil ponsel. Rumah ini sudah tak aman. Aku harus segera pergi.

Cinta Terlarang (Buku Stock Ready)Where stories live. Discover now