2

25.4K 505 11
                                    

>> Jika biasa diperlakukan buruk lalu ada yang bersikap baik, bagaimana perasaanmu? >>

"Yuk, Kak." Adikku sudah bersiap dengan kemeja slim fit dan celana jeans hitam. Membuat penampilannya semakin memukau. Wajahnya pun terlihat segar dengan rambut sedikit basah.

Sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan pemandangan ini.

Aku melirik bajuku sendiri. Duh, kalau jalan sama dia bisa-bisa aku dikira pembantunya.

"Kenapa, Kak? Kok diem?"

"Kakak nggak usah ikut deh. Maluu," ucapku sambil menunduk.

Ia mendekatiku dan memangkas jarak. Aroma maskulinnya terasa menusuk hidung. Mengangkat daguku hingga netra kami bertubrukan. "Kenapa harus malu, Hemm?"

Dengan jarak sedekat ini membuatku sedikit tergagap. Aku hanya sebatas bahunya sehingga harus mendongak untuk menatapnya. "Penampilan Kakak jelek begini ...."

"Makanya kita belanja. Kakak pilih baju apapun yang kakak mau. Yuk." Jemariku digenggamnya lembut lalu menarikku masuk ke mobil. Memasangkan safety belt dan mulai menjalankan mobil. Aku hanya pasrah saja akan di bawa ke mana. Berdebat pun percuma.

Setelah berjibaku dengan jalanan? akhirnya kami sampai di tempat yang dituju. Adikku menuntunku dengan jemari kami yang masih terpaut. Perlakuannya membuat darahku berdesir. Tak pernah ada lelaki yang memperlakukanku seperti ini. Membuatku merasa tersanjung.

Kami memasuki sebuah butiq yang saat melihat harganya cukup membuatku terbelalak. Satu baju cukup untuk biaya makanku berbulan-bulan.

"Kakak pilih saja baju mana yang disuka. Gih."

Ia mendorongku untuk masuk lebih dalam dan dengan santainya ia malah duduk di sofa. Ck.

Aku yang baru pertama ke tempat seperti ini jadi merasa kikuk. Bingung harus melakukan apa. Mana setiap ada baju yang kusuka dan melihat harga selalu membuatku terlonjak kaget. Sehingga tak ada satu pun barang yang bisa aku ambil. Takut si adik tidak bisa membayar. Kan kasihan.

"Loh, mana hasil pilihannya? Emang nggak ada yang disuka?" Tiba-tiba lelaki muda ini sudah berdiri dihadapanku sehingga membuat jantungku serasa copot.

"Astaga! Kamu ngagetin, ih."

"Mana hasilnya?" tanyanya mengulang pertanyaan yang belum sempat kujawab.

Aku meringis dan menggaruk rambut yang tak gatal. "Hemm, anu ... itu."

Ia hanya menggelengkan kepala dengan tingkahku. "Yaudah kakak duduk manis saja. Biar aku yang carikan."

Ia pun mulai mencari dan mengambil satu-satu baju yang ada di sana. Aku hanya terduduk diam sambil memperhatikan. Ia terlihat luwes sekali. Sepertinya memang sudah terbiasa ke tempat ini. Dalam sekejap tangannya sudah penuh dengan baju yang menumpuk.

Saat pembayaran di kasir, lagi-lagi aku hanya bisa mengelus dada dengan nominalnya. Coba kalau beli di pasar atau di tanah abang, bisa berkodi-kodi baju yang aku dapatkan.

"Dek, kenapa nggak beli di pasar biasa saja? Kan sayang itu duitnya," ucapku saat kami sudah memasuki mobil.

"Baju dengan harga sedikit mahal bahannya juga beda, Kak. Lebih nyaman di pakai dan tahan lama. Buat penampilan sendiri masa hitungan," ucapnya santai.

Bahkan aku dibelikan beberapa sepatu dan tas. Dari mana bisa tahu ukuran kakiku coba ni bocah. Ck.

"Sekarang kita ke salon," ucapnya sambil tersenyum manis.

***

Setelah berbelanja, ke salon dan makan, kami pun sampai di rumah lepas isya. Penat juga rasanya setelah berkeliling.

Rambutku dipotong sebahu agar terlihat fresh dan lebih muda. Bahkan sedari keluar salon adikku mencuri-curi pandang terus. Katanya aku makin cantik setelah dipotong pendek. Ucapannya membuatku malu saja.

"Makasih, ya untuk hari ini," ucapku sambil tersenyum. Lelaki muda itu sempat mengerjap beberapa kali sehingga membuatku heran.

Aku berbalik dan memutar kenop pintu kamar. Saat hendak memasuki kamar, ia berseru, "Kak!"

Aku menoleh daan ...

Cup!

Bibirku dikecup. Kejadiannya begitu cepat sehingga aku tidak bisa menghindar. Pelakunya saja sudah kabur memasuki kamarnya sendiri.

Alih-alih marah, aku mengusap bibirku dan malah tersenyum kecil.

Manis sekali dia.

***

Ehhemm

Cinta Terlarang (Buku Stock Ready)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ