0.0

82 8 7
                                    

"Stop thinking about everything so much, you are breaking your own heart."

-acquaintedly

***

-Tahun 2072

Panas yang terik menjalar ke seluruh tubuhku. Tak terhitung, sudah berapa lama aku hidup seperti ini. Mungkin setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detiknya.

Entah sebuah kesialan atau bukan. Aku harus hidup di zaman seperti ini. Zaman di mana aku tak bisa merasakan sejuknya pagi dan dinginnya malam. Bila dideskripsikan, aku seperti hidup dalam sebuah ruangan tanpa ventilasi udara yang dapat membuatku mati secara perlahan.

"Kamu sedang memikirkan apa?" Sebuah pertanyaan berhasil membuyarkan lamunanku. Dia adalah Acacia, sahabatku sejak dipindahkan ke taman kota ini.

"Bukan berpikir, lebih tepatnya mengeluh." Aku tersenyum kecut saat menjawab pertanyaan Acacia itu. "Aku ini memang payah, ya? Dari dulu hanya sibuk mengeluh dan mengeluh."

Acacia tersenyum hangat. "Aku tahu apa yang kamu rasakan. Aku juga tahu betapa sulitnya untuk menjadi 'kita'." Acacia menjeda sebentar ucapannya itu. "Tapi Ficus, bukannya sudah menjadi ketentuan alam, bahwa kita harus tetap menjaga manusia apa pun keadaannya?"

Aku mengembuskan napas kasar. "Entah sudah keberapa kalinya aku mendengar ucapan klise seperti itu."

Tiba-tiba saja, seorang laki-laki dengan vesirent—alat pertahanan manusia pada zaman ini yang berbentuk gelembung transparan—yang membungkus seluruh tubuhnya, berjalan melewati kami berdua. Dia sedang melakukan panggilan video call dengan menggunakan alat komunikasi yang memang telah didesain dalam vesirent itu.

"Kau tahu? Para leacount, akan segera mengumumkan sebuah proyek baru demi kelanjutan peradabaan manusia ke depannya," ucap laki-laki itu. "Bukankah itu berita yang baik?"

Para leacount—para penguasa setiap negara di zaman ini yang mulai ada sejak 20 tahun yang lalu? Mereka akan mengumumkan proyek apa? Ini sangat tiba-tiba.

"Ya. Tentu saja, itu kabar yang bagus," ucap perempuan dalam panggilan itu. "Tapi kau bisa tahu hal itu dari mana?"

"Ini rahasia. Aku mengetahuinya dari temanku, bangsa scielant."

Tentu saja! Dia pasti mengetahuinya dari bangsa scielant—para penemu dan pengembang teknologi dalam 20 tahun belakangan ini.

Sebenarnya laki-laki itu sudah berjalan kurang lebih 10 meter dari tempat 'kami' berada. Aku dan Acacia masih bisa mendengarnya karena kami adalah tumbuhan. Meskipun tak memiliki indra seperti manusia, kami melakukan teknik komunikasi dengan cara yang unik, yakni menggunakan bahasa alam. Kami semua bisa mendengar, melihat, berbicara, dan melakukan hal lainnya melalui seluruh anggota badan yang masih dimiliki. Seperti daun, batang, dan akar. Cara komunikasi ini hanya terbatas oleh seberapa besar kami tumbuh dan berkembang. Seperti halnya tadi, aku dan Acacia mendengarkan obrolan laki-laki itu dengan menggunakan akar panjang kami yang tumbuh di dalam tanah.

"Kau dengar, kan? Mereka mulai melawan takdir lagi," ucapku. "Kalau kau ingat, mereka bisa bertahan sampai saat ini dengan menumpas sebagian dari kita, hanya untuk menciptakan berbagai alat teknologi itu."

"Ficus ... kita hanya harus percaya, bahwa suatu saat nanti, manusia akan membalas apa yang selama ini sudah kita korbankan," ucap Acacia.

Aku tak berbicara lagi setelahnya. Diriku sudah terlanjur kesal untuk membahas hal ini. Kami memang bersahabat sejak dipindahkan ke taman kota ini. Tapi itu tidak akan pernah menutup kemungkinan, bahwa pemikiranku dan pemikirannya akan berbeda.

Menurutku, hidup dikelilingi canggihnya teknologi tak selamanya terlihat indah. Layar-layar super tipis di setiap bangunan bulat, hologram yang membuat risih beberapa orang, roport—alat transportasi bulat terbang—yang bisa membuat pusing kepala, sampai ratusan vesirent yang menghalangi pandangan.

Semua teknologi canggih itu tak akan pernah sebanding dengan keindahan alam yang telah lama hilang. Keindahan yang hanya didambakan oleh beberapa orang di dunia ini yang masih mencintai bumi. Langit biru yang dipenuhi awan, sekelompok hewan terbang yang berlalu lalang, embun yang menetes di pagi hari, rintik hujan yang selalu dinantikan, sampai pemandangan sekelompok tumbuhan yang hidup di kaki gunung.

Aku tak akan pernah lupa pada kenyataan, bahwa 'teknologi itu ada bila alam tercipta'. Vesirent tak akan pernah ada, bila tumbuhan tak diciptakan. Karena pada kenyataanya, mereka mengambil sebagian dari 'kami' untuk dimasukkan ke dalam sebuah mesin pembuat oksigen yang hasilnya akan disatukan dengan teknologi vesirent itu.

Roport pun tak akan pernah ada, bila manusia tak belajar bagaimana caranya burung bisa terbang. Semua manusia itu, pada mulanya bergantung dan belajar dari alam. Namun, sifat keserakahan dan kegoisannya membuat mereka berlaku sewenang-wenang pada alam.

Akibatnya seperti keadaan saat ini. Banyak tumbuhan yang terhalang perkembang biakkannya sehingga menjadi kerdil. Tumbuhan hanya bisa bertahan dengan bantuan berbagai macam vaksin yang diciptakan manusia untuk disuntikkan setiap minggunya. Daratan yang mulai tenggelam, termakan oleh air. Hujan asam yang sering terjadi. Krisis bahan pangan yang setidaknya membuat seperempat atau sebagian penduduk sebuah negara mati kelaparan. Suhu yang setiap beberapa tahunnya bertambah 2° C. Timbulnya berbagai penyakit karena terpapar sinar ultraviolet langsung dari matahari.

Semua manusia bertahan selama kurang lebih 20 tahun dengan mengandalkan teknologi yang diciptakan oleh bangsa scielant.

Sebuah pikiran, tiba-tiba terbesit dalam benakku. "Memangnya siapa yang bisa bertahan hidup di tempat berbahaya seperti ini tanpa adanya teknologi?"

"Ficus ...," ucap Acacia khawatir.

Aku terdiam.

"Berhenti berpikir terlalu jauh," ucap Acacia. "Kamu hanya akan menghancurkan hatimu sendiri."

Aku terdiam sejenak, lalu berkata, "Tapi terkadang, berpikir itu lebih berguna daripada hanya diam dan menunggu sampai semuanya menjadi sebuah penyesalan."

Aku terdiam kembali. Masih banyak sekali hal yang harus aku ceritakan. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, sampai menjadi sebuah cerita. Hingga 'hari' yang telah ditentukan akan tiba.

Inilah cerita tentang keadaan bumi 53 tahun yang akan mendatang. Dengan para 'Penjaga Manusia Terakhir' di dalamnya.

***

To be continued..

Vote and comment if you enjoy this story👉

A/n : Kalian penasaran gak, sih, aku ambil nama 'Ficus' dan 'Acacia' dari mana? Bukan tanpa alasan atau asal-asalan, lho.. Aku ambil nama mereka dari nama depan latin tumbuhan tertentu. Penasaran? Tanya aja ke mbah google:v //peace😆

I purple you💜
-Noya

Human and The Last Guard in The Earth✔Where stories live. Discover now