3. Bawa Kata Duka

192 26 30
                                    

Setiap manusia punya tujuan dalam hidupnya. Bahkan tidak sedikit yang memiliki ambisi besar untuk mencapainya.

Tentu saja bukan hal yang buruk. Tetapi, bagaimana jika ada tembok besar kokoh yang menghadang jalanmu.

Apa yang akan kau lakukan?

Haruskah kau gunakan tangan orang lain untuk menghancurkan tembok itu setelah tanganmu sendiri koyak-koyak karena berusaha menggempurnya?

Atau menyerah, mencari jalan lain dan memilih tujuan yang berbeda, yang mungkin jauh lebih indah.

Siapa yang tahu.

***

Interstate 405, Long Beach sore itu lengang, tidak banyak mobil dari arah LA bagian barat, padahal ini musim liburan, dan Anaheim sedang ramai-ramainya, mungkin karena cuaca.

Cuacanya memang sedang tidak bagus,  berangin dan turun hujan sejak pagi tadi. Namun Rina berkeras hati untuk tetap menempuh perjalanan berisiko demi segera membawa pulang sang putra. Kembali ke Irvine, sebuah kawasan perumahan kelas menengah atas di bagian Orange County, LA.

Rina seharusnya hanya berkosentrasi pada jalan tol di depannya. Akan berbahaya jika dia selalu melihat ke sebelah kanannya, di mana sang putra-- Dennis Purwoko duduk.

Jendela di sebelah Dennis tertutup rapat dan berembun pekat oleh hujan yang turun dengan lebat. Tidak ada pemandangan laut yang biasa dia lihat ketika melewati Long Beach highway, atau bukit hitam yang hangus terbakar bulan lalu.

Mata Dennis kosong, memandang lelehan air embun di jendela itu, entah menghitungnya, menyayangkannya, atau malah sama sekali tidak sadar jika ribuan bulir hujan telah jatuh begitu saja di depan mata coklatnya.

Terlalu sepele jika harus dibandingkan dengan musibah yang menimpanya dua bulan lalu. Bahala yang merenggut impiannya, petaka yang menjadi tembok besar kuat yang menghadang jalannya.

Jalan Dennis untuk menjadi Toy Designer di perusahaan mainan raksasa dunia-Hasbro harus dibuntukan oleh kecelakaan fatal yang merusak salah satu ginjalnya.

Impian Dennis waktu itu bagai balon udara yang meletus di tawang, dan hancur berceceran terombang-ambing oleh gelombang samudra. Bagaimana tidak, sebuah kursi di Hasbro yang sudah ada di genggamannya harus rela dia lepaskan kembali.

Pihak Hasbro dengan segala kebijakannya bersedia menunggu hingga Dennis pulih, tentu dengan ginjal baru yang lebih sehat. Namun, sudah lebih dari dua bulan sejak kecelakaan itu, Dennis belum mendapatkan ginjal yang cocok untuknya, dan Hasbro tidak bisa jika harus menunggu terlalu lama.

Ketika Dennis masih saja terpuruk dengan keadaannya, Rina datang, membawanya jauh dari Rhode Island, dari Hasbro yang selama ini jadi impian Dennis.

Rina tahu betul bagaimana kerasnya perjuangan Dennis untuk menggapai tujuannya. Semangat Dennis dalam belajar saat itu bukan main-main. Walau bukan menjadi yang terbaik, Dennis lulus dari Liberal Arts dengan predikat yang memuaskan.

Belum cukup sampai di sana, untuk menjadi Toy Designer, Dennis tahu, penting untuk menguasai CAD System dan Hand Design, karena itu dia pergi dari Irvine dan mengambil beberapa pekerjaan magang di berbagai bidang, yang memanfaatkan pengaplikasian CAD System tentu saja.

Waktu, harta, dan banyak tenaga Dennis korbankan. Tidak pelak jika dia kehilangan arah sekarang, bahkan setelah dua hari dalam pengawasan sang Ibu. Tidak banyak yang berubah.

Sama seperti dua hari sebelumnya, Dennis lebih banyak mengurung diri di kamarnya. Ruangan yang dulunya penuh dengan berbagai robot mainan, GI Joe, dan action figure Marvel buatan Hasbro dalam segala ukuran kini bersih tidak tertinggal satu pun.

Kumpulan Cerpen Si Gajah Where stories live. Discover now