Chapter Two: Mr. Troublemaker

Mulai dari awal
                                    

"Sepertinya pria itu yang digadang-gadang menjadi pengganti si tua Kay, " celetuk Gina. Kedua tangannya bersendekap di depan dada. Ia masih tidak melepaskan pandangan kagumnya dari sosok Dave.

"Apa yang kau katakan barusan?" selidik Charlotte penuh rasa ingin tahu. Sorot matanya mendadak jadi tidak bersahabat pada Gina.

"Hah? Apa?" Gina menoleh ke arah Charlotte. Entahlah dia pura-pura tidak dengar atau ia dengar tapi tidak begitu peduli. Sepertinya Dave lebih menarik perhatian Gina daripada Charlotte. "Aww...look at him. Don't you think he has that big candy?" bisik Gina. Ia membicarakan sesuatu yang tidak suka didengar oleh Charlotte.

"Ugh, for God's shake... Gina Rafaela!!!!" teriak Charlotte. Terkadang Gina bisa bersikap sangat menyebalkan. Ia tidak segan melupakan dunia tempatnya berpijak kalau sudah bertemu dengan pria tampan meski dirinya sudah bertunangan.

"Astaga!" Gina mengusap-usap telinga kirinya yang mendapat serangan telak teriakan Charlotte. "Perlu banget kau teriak di telingaku seperti itu?" sungutnya kesal. Ada dengingan di telinganya yang mulai merambat ke kepala.

Charlotte mengalihkan pembicaraan ke topik awal, "Kau tadi mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan Mr. Kay..." Charlotte menunjukkan gaya khasnya ketika menginterogasi seseorang. Kedua tangannya bersendekap di depan dada. Ia duduk bagaikan seorang hakim yang menunggu penjahat mengakui kesalahannya. Dalam hal ini, Gina penjahatnya. Ini cara ampuh Charlotte mengorek informasi dari Gina, seorang tukang gosip yang memiliki banyak telinga dan mata di setiap sudut kantor.

"Mr. Kay dipindahkan ke cabang di Canada. Aku mendengarnya kemarin lusa, belum banyak yang tahu soal ini," jelas Gina. "But, no need to worry...aku yakin kau akan sangat betah jika mempunyai atasan baru seperti pemuda itu ketimbang si Tua Mr. Kay yang selalu berusaha menggodamu." Gina mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada Charlotte.

Charlotte tidak tahu, apakah dia benar-benar harus bersyukur atau tidak kali ini, yang pasti dia butuh penjelasan. Dave baru saja memasuki ruangannya, ini kesempatan yang bagus untuk ia bicara. Ruangan Dave terletak di bagian paling pojok sebelah kanan arah barat. Dia benar-benar menggantikan Mr. Kay seperti yang Gina katakan barusan. Mr. Kay adalah pimpinan divisi creative design, divisi tempat Charlotte bekerja. Paling tidak ia hanya mengemban tugas dari divisi ini sampai bulan lalu, ketika tiba-tiba Mrs. Halley menyuruhnya menjadi sekretaris Mrs. Halley untuk sementara sampai ia menemukan pengganti sekeretarisnya yang resign karena hamil.

Charlotte tidak perlu repot-repot mengetuk pintu ruangan Dave. Pintu itu terbuka lebar, dan Dave sedang duduk di kursinya yang menghadap langsung pada pintu. "Hai, manis," sapa Dave. Tingkahnya seolah menunjukkan ia sudah menduga Charlotte akan menemuinya. Kedua mata pria itu aktif memandangi penampilan Charlotte dari ujung kepala sampai ujung kaki, kala Charlotte melangkahkan kakinya yang dibalut pump shoes merah marun ke arahnya.

Kini mereka hanya dipisahkan sebuah meja. "Aku akan mengatakannya langsung...., ehem!" Charlotte berdehem pelan. Sepintas, adegan Dave dengan wanita berseragam pizza tadi malam membuatnya hampir lupa caranya berbicara. "Aku tidak suka kau berada di sini. Aku tidak berharap kita bisa berteman dengan baik, tapi jangan ragukan soal profesionalitasku. Kau tahu maksudku, kan?"

"Tenang saja. Aku tidak akan mendekati wilayah amanmu, Charly-"

"Charlotte."

"Um, Charlotte."

Charlotte menghela napas lega, "Baiklah, semua sudah jelas. Jangan tersinggung, ini tidak sepenuhnya salahmu sampai-sampai aku tidak menyukaimu. Aku hanya memperjelas batas antara kita berdua, paling tidak sampai aku benar-benar terbiasa denganmu di kantor ini."

Mr. TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang