Two

10.3K 444 4
                                    

Satria menatap bingung ke arah gadis yang tertidur pulas di mobilnya. Apa dia bawa pulang saja? Tapi, malam ini ia janji akan pulang ke rumah Maminya. Apa yang akan dikatakan Mami kalau tahu dirinya membawa gadis asing dalam keadaan bau alkohol seperti ini? Aish, menyusahkan saja.

Satria lalu menghubungi temannya  mungkin bisa sedikit membantu. Tapi ia lalu urungkan. Ia tidak bisa menjamin kalau Yoga sahabatnya itu bisa mengembalikan gadis ini dengan utuh. Yah, Yoga memang sebadung itu.

Baiklah, akhirnya ia berubah pikiran.

"Hallo, Mi?"

"Hallo, kamu masih di mana, Satria? Mami sama Papi nungguin kamu lho dari tadi."

"Ah, itu, Mi. Ada sesuatu yang harus Satria selesaikan. Jadi, maaf banget, Mi. Satria gak jadi pulang ke rumah hari ini."

"Oh gitu toh? Kenapa gak ngasih tahu dari awal? Kasihan lho Papi kamu bela-belain pulang awal dari rumah sakit biar bisa makan bareng sama putranya yang udah jadi Bang Toyib."

Duh, jadi gak enak hati begini. Tapi mau bagaimana lagi, Satria tidak bisa membayangkan kagetnya Mami sama Papi kalau dia yang terkenal hidupnya lurus sesuai aturan, tak pernah main club apalagi perempuan, lalu tiba- tiba saja membawa seorang gadis belia dalam keadaan pingsan begini. Mana bau alkohol lagi.

Satria melajukan mobilnya menuju rumahnya sendiri. Yah, Satria memang belum menikah. Tapi dia sudah hidup reprisal dari orang tuanya sejak kuliah. Dan tentu saja dengan professing sekarang yang berhasil menjadi seorang dokter dan berhasil mendirikan beberapa apotek miliknya, Satria mampu membeli rumah mewah di kawasan ibukota ini.

Saat ia membunyikan klakson, Mang Jaja dengan sigap membukakan pintu gerbang untuk majikannya.

"Bisa bantu saya, Mang?"

"Tolong angkat gadis ini ke kamar tamu."

Mang Jaja melongo melihat majikannya membawa pulang seorang gadis. Mana masih muda lagi! Apa gadis ini pacarnya Tuan ya?

"Maaf, Tuan. Tapi kamar tamu ada yang ngisi."

"Lho, siapa yang datang?"

"Tuan Kevin tadi siang datang kemari."

"Oh, ya udah. Bawa ke kamar saya saja."

"Baik, Tuan."

Meski dengan sejuta pertanyaan di hatinya, Mang Jaja membopong tubuh Vivian ke kamar Satria.

"Makasih, Mang."

Mang Jaja hendak berbalik. Satria menatap punggung Mang Jaja.

"Tunggu, Mang!"

"Iya, Tuan?"

"Mengenai gadis ini, aku harap Mang Jaja jangan beritahu Mami sama Papi."

"Oh, siap Tuan! Kalau Tuan Kevin tahu bagaimana?"

"Kevin biar nanti aku yang beritahu."

"Baik, Tuan."

Mang Jaja menghilang dibalik pintu kamarnya. Satria menatap Vivian yang masih terlelap.

"Memangnya seberapa banyak gadis ini minum? Sampai tak sadarkan diri seperti ini?"

Satria menggelengkan kepalanya dan and bergegas pergi ke kamar mandi.

The Doctor's ProtectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang