Gue natap dia, "Gakpapa biar gue aja, Kak. Kak Rosie pulang aja. Itu luka biar cepet sembuh."

"Tapi--"

"Udah dengerin aja apa kata Ryujin," potong Yoyo.

Ah, Yoyo emang pengertian banget.

Beberapa saat kemudian, Rosie udah pergi. Katanya udah dijemput sama sopirnya gitu. Tinggal gue dan Yoyo. Jam tangan gue udah menunjukkan pukul empat sore dan Jinan belum buka mata.

"Ini orang tuanya Jinan udah dikabarin?" tanya gue ke Yoyo.

"Udah. Tapi, kata Bang Jin, orang tuanya lagi di luar negeri gitu. Terus kakaknya lagi di Bali," jawab Yoyo.

"Hah? Aduh, gimana ya?" gue mikir. Apa gue di sini aja ngurus Jinan?

"Lebih baik lo balik deh, Yo. Ambil tas gue dan tolong ambil baju ganti gue ya," pinta gue ke Yoyo dan diakhiri cengiran khas milik gue.

"Iye-iye, untung gue sayang lo, Ryu," sahut Yoyo.

"Aaa, makasih Yoyo, tambah ganteng deh," ucap gue.

Yoyo? Cuman rolling eyes ke gue haha.

Yoyo pun balik dan gue duduk di samping Jinan.

Gue tatap mata sayu dia yang masih terpejam. Adem banget. Kayanya dia nyaman gitu meskipun gue tau ini tu pasti sakit banget.

"Permisi!" seorang suster masuk ke kamar.

Gue cuma senyum.

"Biar saya cek pasiennya dulu ya, dek," ucap suster itu.

Gue mah ngangguk bae. Gak ngerti suster meriksa apa aja. Yang gue tau dari penglihatan gue, suster ngecek infus dan dicatet, lainnya gue gak tau.

"Sus, ini kenapa gak bangun-bangun dari siang ya?" tanya gue, "Pasti dia belum makan sus, gimana kalo dia gak sembuh-sembuh?" pertanyaan gue memberondong.

Suster tertawa kecil, "Tenang ya dek, pacarnya gak papa kok. Dia cuma tidur karena dikasih obat penenang aja. Lagian di infus ini udah ada nutrisi yang ikut masuk ke dalam tubuh dia. Dia akan bangun tengah malam kalo gak pagi."

"Sus, ini lukanya parah enggak?" tanya gue lagi.

"Enggak kok. Dua minggu pasti sudah sembuh. Hanya sedikit retak saja lengan kanannya. Jangan terlalu khawatir," jawab suster sambil senyum.

Senyum jahil gitu ke gue. Astaga.

Setelahnya, suster itu keluar dan tinggal gue sama Jinan.

"Jinan, lo kapan sadar sih? Gue khawatir tau gak sih?" gue ngomong sama Jinan yang masih tidur.

Gue rapiin selimut dia. Gue liat mukanya lagi. Gue liat tangannya yang retak. Balik lagi rapiin selimut. Astaga gue.

Waktu berlalu. Udah jam tujuh malem dan gue masih pake seragam sekolah. Kalo Jinan mah udah pake piyama rumah sakit.

"Ujin?" panggil seseorang sambil buka pintu. Yoyo.

Sama Bang Jin.

"Nih ganti dulu terus makan," Yoyo menyerahkan papper bag isi pakaian gue.

Gue ambil dan gue ganti baju di kamar mandi kamar ini. Gue gak mandi. Udah malem dingin wkwk.

Setelahnya gue keluar. Bang Jin sama Yoyo duduk di sofa yang disediakan dan gue ikut gabung.

"Makan dulu! Jangan sampai telat makan," kata Bang Jin sambil meletakkan nasi padang di depan gue.

Asik nasi padang. Kebetulan gue juga laper dari siang belum makan.

You're My BoyWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu