1

603K 27K 4.7K
                                    

Minggu (12.50), 19 Mei 2019

Republish tiap selasa, kamis, dan sabtu. Alasannya bisa cek pengumuman di wall-ku.

Sudah tersedia di playstore dengan kata kunci aya emily plus 10 extra bab.

----------------------------

Cerita lama yang iseng aku post sambil nunggu selesai nulis part Dennis. Genrenya misteri/fantasi.

Happy reading!

------------------------------

Aku menyeret tas besarku ke dalam apartemen yang baru kusewa dengan harga murah. Ini langkah besar bagiku. Memutuskan hidup terpisah dari orang tua saat pikiran kami tentang masa depanku tak lagi sejalan.

Sebenarnya aku hanya seorang gadis desa. Seumur hidup kuhabiskan dengan bermain di sawah dan pantai. Tapi aku suka berkhayal. Berharap suatu saat aku akan pergi jauh, berkeliling Indonesia dan bahkan dunia. Hidup berpindah-pindah dengan penghasilan tak seberapa dari hobiku, yaitu menulis.

Orang tuaku sama sekali tidak menyetujui impian itu. Menurut mereka anak gadis sebaiknya di rumah saja. Melakukan pekerjaan yang membuatnya tidak harus lepas dari rumah seperti mengajar, menjadi guru. Yah, wajar mereka menginginkan hal itu karena profesi mereka adalah guru dan tumbuh besar dengan lingkungan pedesaan yang begitu menjaga wanita.

Tapi itu bukan aku. Bukan apa yang kuinginkan.

Aku ingin berpetualang. Memperkaya imajinasiku dengan berbagai pengalaman untuk karyaku berikutnya-dan berikutnya lagi. Tidak berharap muluk akan mendapat cinta selama perjalananku-meski aku adalah penulis novel romantis. Yang kuinginkan hanya pengalaman, lebih banyak teman, dan kisah-kisah yang mungkin mereka bagi.

Meminta izin pada orang tuaku adalah yang paling sulit. Aku menyampaikan keinginanku dengan tertunduk dan bercucuran air mata. Kutahan kekecewaan mereka karena aku tidak melakukan seperti yang mereka inginkan. Dan akhirnya setelah satu jam mendapat nasihat, ceramah, dan bentakan namun keputusanku tidak berubah, mereka memberi izin dengan syarat aku hanya pergi selama dua tahun. Setelahnya aku harus pulang dan mulai memikirkan untuk membangun rumah tangga.

Dua tahun jelas sebentar bagiku. Tapi itu sudah cukup. Dan aku sama sekali tidak menyia-nyiakannya. Dengan berbekal uang yang kukumpulkan dari penjualan novelku, aku mulai berburu apartemen di ibukota. Tempat yang bahkan belum pernah kudatangi.

Apartemen yang kudapat memang bukan apartemen kelas atas. Tapi bagiku sudah sangat mewah. Bahkan harga sewanya amat murah jika dibandingkan harga sewa apartemen kelas menengah pada umumnya.

Awalnya kukira akan mendapati ruangan kosong. Atau fasilitas yang menyedihkan. Tapi ternyata tidak. Tempat itu sudah siap dihuni dengan fasilitas lengkap, rapi, dan bersih. Satu kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu lengkap dengan tv serta dapur. Tempat yang nyaman dan tenang bagi seorang penulis. Aku yakin pasti betah meski hanya akan menyewanya sekitar dua bulan sebelum pindah ke kota lain.

Yah, setidaknya itu rencanaku.

Barangku tidak banyak. Hanya butuh dua tas besar untuk menampungnya. Semuanya adalah keperluan sehari-hari seperti pakaian, peralatan kosmetik, dan perlengkapan mandi. Lalu tentu saja, laptop, ponsel, serta buku-buku catatan yang tidak boleh tertinggal.

Satu jam di dalam apartemen, aku sudah menata semua barangku lalu menghempaskan diri di ranjang berukuran king size yang empuk. Bahkan seprai dan selimutnya wangi dan lembut yang menandakan baru diganti. Semakin lama, kelopak mataku semakin terasa berat dan alam mimpi berhasil menarikku.

BRAKKK!

Suara keras itu mengagetkanku dari tidur yang belum sepenuhnya lelap. Aku terperanjat bangun lalu duduk di tengah ranjang, menatap sekeliling untuk mencari tahu asal suara keras tadi.

My Ghost (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang