• 17 •

2.4K 442 142
                                    

Seminggu berlalu. Yoona tetap berada di apartemen milik Brian Oh. Bahkan, Yoona harus rela absen sekolahnya menjadi kosong, karena Brian menyuruhnya agar ia tidak menunjukkan diri di public. Sebagai gantinya, Brian menyewa jasa guru panggilan untuk Yoona.

Satu lagi rencana Brian. Ia sudah berdiskusi dengan Yoona. Mereka akan ke Jepang. Brian yang mengurus cabang perusahaan di Jepang, menjadikan ini kesempatan emas untuk membawa Yoona pergi dari Sehun. Yoona bahkan tidak menolak, namun tidak meng-iya-kan. Yoona hanya diam, dan Brian menyimpulkan bahwa Yoona setuju dengan usulnya untuk pindah ke Jepang.

Tiga hari lagi mereka akan berangkat. Yoona mengalami perang batin. Ia tidak ingin meninggalkan Sehun. Tapi ia harus meninggalkan Sehun untuk kenyamanan pria yang sudah bertahun-tahun memberikan gelar 'anak angkat' padanya.

Yoona menangis terisak setiap malamnya. Di tambah, ketika ia mendengar Brian akan membawanya ke Jepang. Ia di landa insomnia. Fikirannya terus beradu. Menentang dan mendukung. Menentangnya untuk kabur dari Brian, dan memulai hidup sendiri. Atau mendukung mengikuti keinginan Brian.

Ia hanya gadis Senior High School yang baru saja memulai sekolahnya. Mendapatkan pekerjaan di kota sebesar Seoul, dengan hanya bermodalkan surat kelulusan Junior High School tidaklah mudah. Pilihannya hanya dua, menjadi gelandangan atau bekerja kotor.

Seoul bukan kota yang baik untuk anak seumurannya. Rata-rata pemilik kedai, pemilik restauran atau apapun usahanya, mereka menginginkan pekerja yang sudah lulus dari Senior High School. Peraturan baru, karena Perdana Menteri Seoul mengajukan undang-undang akan menghukum siapapun yang memperkerjakan anak yang belum memiliki surat kelulusan Senior High School. Perdana Menteri hanya ingin, generasi muda fokus pada studinya. Jika Yoona ingin bekerja, ia harus berpenampilan layaknya wanita dewasa dan bekerja di bar, menghibur para lelaki hidung belang. Ia tidak ingin. Lebih baik, menjadi gelandangan dan mati kelaparan daripada kehormatannya di renggut oleh para pria hidung belang.

Tidak ada pilihan lain. Ia mengikuti keinginan Brian yang ingin membawanya ikut serta ke Jepang.

"Hyeong.."

Yoona menghentikan isak tangisnya ketika ia mendengar suara Brian. Walau kamarnya kedap suara, Yoona masih bisa mendengar suara di luar.

'Hyeong?' batinnya. Satu yang ia fikirkan; Sehun tengah berkunjung ke apartemen Brian!

Yoona menutup mulutnya untuk menangis tanpa suara. Mencoba meredakan tangisnya. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju pintu, dan terduduk di belakang pintu. Ia hanya ingin mendengar suara Sehun terakhir kali sebelum ia pergi dengan Brian ke Jepang.

"Bagaimana kabarmu, hyeong?" Brian menyuruh Sehun untuk duduk di sofa, dan mereka saling berhadapan.

"Tidak terlalu baik," Sehun meneliti setiap sudut ruangan di apartemen Brian. Ia melihat sebuah pintu yang tertutup sempurna. Sedangkan pintu sebelahnya —yang merupakan kamar Brian, terbuka lebar. Entah mengapa, feeling-nya terasa kuat untuk tetap memperhatikan pintu itu sesekali.

Sehun yang menatap pintu itu dengan teliti, tidak di sadari oleh Brian yang tengah berbicara dengan asisten rumah tangga, memintanya untuk menyuguhkan minuman pada sang kakak. Brian kembali menatap Sehun dan memasang wajah sendunya, "Apa Yoona sudah di temukan, hyeong?"

Sehun menggeleng lemah, "Aku belum menemukannya. Entahlah. Beberapa informan dan detektif yang ku sewa, mereka mengatakan bahwa Yoona di culik oleh seseorang. Tetapi sampai saat ini, semua detektif dan informan yang ku sewa belum mendapatkan titik cerah. CCTV tidak menunjukkan adanya penculikan,"

"Aku akan membantumu menemukan Yoona, hyeong," Sehun menjawabnya dengan anggukan. Matanya mengikuti pergerakan asisten rumah tangga Brian yang sedang meletakkan dua cangkir teh hangat.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now