Setelah asisten rumah tangga itu pergi, Sehun menyesap pelan teh hangatnya, "Aku butuh hiburan. Bisakah aku menginap disini untuk satu malam? Aku tidak bisa terus menerus berada di rumah. Karena rumah itu terus mengingatkanku pada Yoona,"

Sehun menangkap ekspresi terkejut Brian hanya untuk satu detik. Brian mengembalikan ekspresinya seperti biasa, "Uhmm.. Aku menyesal mengatakan ini, hyeong. Tetapi, temanku akan datang dan menginap malam ini. Kau tidak lupa bukan, jika aku hanya memiliki dua kamar?"

Pembual! Sehun menatap Brian dengan ekspresi dinginnya.

Sehun sudah tahu, jika Yoona berada di tangan Brian. Ia hanya bersandiwara, mengikuti adiknya yang beberapa hari lalu mengunjunginya dan bersimpatik atas hilangnya Yoona.

Sehun sudah mengetahuinya, jika Irene yang telah menculik Yoona. Detektif yang ia sewa, telah menemukan pemilik van yang di beritahu oleh Adam. Irene dan Mr Lee yang mempunyai van itu. Mr Lee adalah seorang pemilik agensi kenamaan di Seoul. Wajar jika Mr Lee memiliki van yang bernilai miliyaran. Ia tidak ingin mengecewakan artis di bawah naungannya dengan fasilitas yang buruk.

Tetapi Irene? Untuk apa ia memiliki van? Ia bukanlah seorang idol atau aktris. Ia hanya seorang penerus perusahaan Bae.

Dari informannya —Lay, ia mengatakan jika perusahaan milik Bae 'Hangee Corporation' tengah di ambang collapse. Jelas, Sehun mengetahui niat Irene yang terobsesi pada dirinya yang merupakan darah daging Jae Joong, pemilik perusahaan Noble Co yang sudah mendunia. Apalagi jika bukan membantu bangkitnya Hangee Corporation?

Sehun menyandarkan punggungnya di kepala sofa. Ia menghela nafas. Ia sudah bersandiwara selama ini. Ia tidak mengatakan pada Irene, jika ia sudah mengetahui fakta yang sebenarnya. Ia akan memutuskan pertunangan jika ia sudah mendapatkan Yoona kembali.

"Baiklah. Aku hanya orang asing, right?" Sehun tersenyum mengejek pada Brian.

Brian memasang wajah menyesalnya. Kini Sehun tahu, bahwa adiknya memiliki banyak wajah, "Hyeong, jangan berkata seperti itu. Kita keluarga sejak ibu menikah dengan ayah,"

Mata Sehun menerawang ke jendela besar di apartemen Brian, "Aku menyesal tidak mengatakan pada Yoona," Brian menekuk keningnya dan menunggu agar Sehun kembali melanjutkan yang ingin ia katakan, "Aku ingin mengatakan padanya. Senakal apapun dia, aku tidak akan pernah marah padanya. Walau dia berbuat onar dengan mencuri, meminum alkohol, terbawa arus pergaulan bebas saat ini, dia tetaplah puteriku. Tanpa kusadari, ia telah membuka pintu semestaku. Yang aku fikir, semesta ini hanya ada aku dan ibu. Tetapi kehadiran Yoona membawa angin baru untukku. Ia adalah bagian dari semestaku. Aku hanya ingin dia baik-baik saja walau jauh dariku. Aku ingin ia makan dengan teratur. Jika benar Yoona korban penculikan, aku berharap sang penculik tidak menyiksanya. Ia hanya seorang gadis kecil yang sudah mendapatkan banyak kenangan buruk.."

"..Jika nanti aku bertemu kembali dengannya, aku ingin mengatakan; Kau tidak perlu khawatir dengan segala skandal buruk tentang daddy. Kau hanya perlu di sisi daddy dan menguatkan daddy,"

Sehun kembali menghela nafas. Ia beranjak untuk berdiri, "Baiklah. Aku terlalu banyak bicara. Semoga malammu menyenangkan dengan temanmu," Sehun tersenyum untuk terakhir kali, sebelum ia meninggalkan apartemen milik Brian, "Terima kasih atas jamuannya. Tehnya sangat enak, dan dapat membuatku tenang," Sehun memutar meja dan memberikan pelukan pada Brian, "Kuharap kita bertemu kembali,"

Brian mengerutkan keningnya, "Hyeong akan pergi?"

Sehun melepaskan pelukannya dan mengangguk, "Yeah. Aku akan kembali ke rumah. Berharap, Yoona sudah duduk manis di rumah, menunggu kepulanganku," Sehun tersenyum dan menepuk punggung Brian, "Jaga dirimu baik-baik,"

Pentofel Sehun mengetuk tegas di lantai, dan meninggalkan apartemen Brian. Ia ingin sekali membanting pintu yang tertutup itu. Hanya saja, belum saatnya. Saat ini, orang suruhannya tengah mengumpulkan bukti kuat untuk membawa kasus ini ke ranah hukum. Sehun bahkan mengetahui, jika dalam beberapa hari, Brian akan pergi ke Jepang. Ia pasti akan membawa Yoona.

Yoona-nya.

Sehun melempar kunci mobil ke udara, lalu ia tangkap kembali. Ia melakukannya berulang kali dengan berjalan dan satu tangan yang bebas ia masukkan ke dalam saku celananya.

"Aku tidak peduli jika kau adalah adikku, Brian. Siapa yang berani menyentuh milikku, akan berhadapan langsung denganku," Sehun menangkap kunci mobilnya untuk yang terakhir kali, dan berjalan tegas meninggalkan gedung apartemen megah ini.



Yoona menangis di balik pintu. Kata-kata Sehun terus berputar di kepalanya.

".. Kau tidak perlu khawatir dengan segala skandal buruk tentang daddy. Kau hanya perlu di sisi daddy dan menguatkan daddy,"

Benarkah? Ia tidak menyusahkan Sehun dengan skandal itu? Apa ia boleh kembali pada Sehun? Apa ia boleh kembali berada di atap yang sama dengan Sehun? Benarkah?!

Yoona menghapus cepat air mata dengan punggung tangannya. Ia menekan tuas pintu dan hendak keluar menyusul Sehun. Tetapi Brian menghalanginya dengan wajah dinginnya. Ia sudah berada di balik pintu kamar Yoona.

"Kau ingin pergi?" tanya Brian dengan datar dan terkesan dingin.

Yoona mengangguk pelan, "Aku ingin mengejar daddy,"

"Tidak, Yoona. Kau tetap disini,"

Yoona mencoba mendorong Brian agar memberikan jalan, "Paman, kumohon.. Aku ingin tinggal dengan daddy,"

Brian menahan Yoona agar tidak pergi. Karena Yoona tidak menyerah, Brian mengambil tindakan cepat. Ia memukul tengkuk leher Yoona, membuat gadis itu terkejut dan pandangannya semakin lama semakin kabur. Lalu, semuanya terlihat gelap. Yoona jatuh pingsan karena pukulan tengkuk yang dilakukan oleh Brian.

"Jika kau menurut padaku, aku tidak akan berbuat kasar seperti ini padamu, Yoona," Brian memeluk Yoona, menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Yoona dan menghirup aroma gadis itu dalam-dalam. Brian puas hanya dengan menghirup aroma yang sama dengan tubuhnya. Yoona di berikan perfume yang sama dengan yang Brian gunakan. Ia merasa seperti Yoona telah menyatu dengannya.

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now