Part 1: Paris

4.7K 275 8
                                    

***

Kini gadis bermata coklat itu sedang terduduk sendirian di sebuah cafe terkenal yang ada di dekat menara Eiffel. Ia memandangi keindahan menara itu dari sini melalui kaca besar di sebelahnya sambil menyesap kopinya. Alice memang tidak suka meminum kopi. Tapi kali ini dia merasakan perasaan yang beda ketika meminum kopi di kota impiannya.

Alice memang sudah sejak lama ingin pergi ke kota romantis itu. Dan akhirnya pria yang dicintainya membawanya ke sana untuk yang pertama kalinya ketika liburan tiba. Justin dan Alice masih punya waktu 2 minggu untuk liburan.

Dan baru tadi malam Alice dibuat sangat senang sekaligus kaget oleh Justin. Jantungnya hampir saja lepas dari tempatnya saat itu. Malam hari tepat pukul 9 malam di atas menara Eiffel. Pria itu mengajaknya untuk makan malam dengan lilin yang sangat romantis. Ternyata Justin memang tidak bohong malam tahun baru itu. Dia telah melamar Alice tadi malam.

Sampai sekarang pun senyuman dibibir gadis itu belum bisa hilang. Dia menatap cincin yang dipakainya dijari manis tangan kirinya. Sangat indah. Apa ini terlalu cepat? Tapi bagi mereka tidak. Cinta bisa datang kapan saja, dan mungkin Justin adalah orang yang tepat bagi gadis itu. Bukan hanya untuk saat ini, tapi selamanya.

"Hey." Suara seseorang mengagetkan gadis itu yang juga menepuk pundaknya dari belakang.

"Oh hey," balas Alice dengan nada yang sedikit kaget. "Bagaimana kamu bisa sampai di sini?"

"Aku dan Derek memang berencana ingin pergi ke Paris menemui ibuku. Lagi pula ini liburan kan?" tanya pria itu lalu duduk di seberang Alice.

"Ya, kamu benar," balas Alice, setelah itu semuanya menjadi hening. Alice hanya menyeruput kopinya sedangkan pria itu terus menatap Alice.

"Cincinmu bagus," puji Jason.

"Oh thanks."

"Dari Justin kan?" Alice mengangguk. Sebenarnya Jason sudah tahu kalau Justin sudah melamar gadis itu. Sebentar lagi dia sudah bisa memilikinya. Tapi rasanya sangat berat untuk melepas gadis yang masih sangat dicintainya itu.

"Selamat ya," ucap Jason sambil mengulurkan tangannya. Alice hanya membalasnya sambil mengatakan terimakasih lagi. Tangan Jason dingin, wajahnya pun terlihat tidak menyenangkan. Mungkin bibirnya tersenyum, tapi matanya tidak bisa berbohong.

"Maaf Jas. Aku yakin pasti masih banyak gadis yang lebih baik dariku di luar sana yang menginginkanmu," kata Alice, Jason mengangguk. "Kamu tetap sahabat sejatiku."

**

Alice sudah kembali ke hotelnya lagi. Justin tidak ada di sana. Pria itu bahkan tidak memberitahu kalau ia akan pergi saat itu. Atau mungkin Justin sedang mencari udara di luar hotel. Tapi Alice mendapat sebuah note di atas meja di samping kasurnya.

"Baby, maaf aku pergi sebentar. Tolong jangan telepon karena aku mematikan ponselku. Aku sudah membelikanmu makanan, ada di atas meja. Jangan tunggu aku, makan dan istirahatlah duluan.

-Love, Justin."

Gadis itu hanya mengerutkan dahinya. Sebenarnya kenapa Justin harus mematikan ponselnya saat ia pergi. Dan dia menyuruhnya untuk makan dan tidur duluan. Apa Justin akan pulang semalam itu? Alice segera membuang semua pemikiran buruknya tentang Justin dan melakukan apa yang diperintahkan pacarnya itu. Alice percaya dengannya.

***

Matahari sudah muncul dari persembunyiannya. Pagi itu Alice merasakan tangan kekar yang memeluknya dari belakang. Ia yakin itu adalah Justin. Tapi jam berapa dia pulang semalam? Karena Alice baru tidur tepat jam 12 tadi malam. Gadis itu segera menyingkirkan tangan Justin yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik menatap pria itu. Dia sangat lucu saat sedang tidur. Tak lama kemudian matanya terbuka, seperti tahu ia sedang diperhatikan.

"Good morning baby," ucap Alice sambil tersenyum.

"Morning my baby," balas Justin masih dengan suara paginya yang terdengar seksi itu. Rambutnya yang berantakan membuatnya terlihat lebih seksi dan tampan.

"Kamu pulang jam berapa semalam?" tanya Alice.

"Uh itu..kamu nggak perlu tau." Alice merasa ada yang disembunyikan dari Justin. Atau jangan-jangan dia selingkuh? Tapi kan mereka baru saja pacaran dan Justin langsung melamarnya.

"Sebenarnya kamu dari mana sih Just? Tolong jujur sama aku."

"A-aku, aku nggak ke mana-mana. Aku cuma mencari udara segar lalu..." Justin masih menggantungkan kata-katanya. Alice menaikkan alisnya menandakan ia ingin tahu apa jawaban Justin.

"Aku pergi ke klub malam. Tapi jangan khawatir, aku nggak akan minum apalagi mabuk. Tiba-tiba aja ada hasrat yang mendorongku untuk mampir ke sana." Alice hanya diam mendengar celotehan Justin. Apa Alice sudah membuatnya stres padahal baru saja mereka berpacaran.

"Aku juga tidak bergaul dengan wanita-wanita jalang itu, sumpah. Kamu tau aku hanya mencintaimu," ucap Justin.

"Aku percaya padamu," balas Alice sambil mengangguk lalu memeluk Justin yang masih telanjang dada.

"Aku tidak mau kehilanganmu Alice, aku takut." Justin mengeratkan pelukannya. Mungkin sekarang matanya sudah memerah dan kantung matanya sudah menampung air mata yang banyak.

"Aku di sini selalu bersamamu Justin."

-To Be Continued-
---------------------
Walaupun ga ada yang minta sequel tapi otak udah ga kuat nampung ide huahh. Ya alhamdulillah kalo ada yg minat baca, kalo engga ya gapapa :') Buat yg belum baca Lovers, langsung baca sequelnya gapapa kok. Tapi kalo mau lebih ngerti baca Lovers juga boleh ehehe
Vote/komen kalo kalian suka atau mau lanjut :) #kodenih

Much love, alifa <3

Lovers 2 (Justin Bieber Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang