Mengangguk pasrah, Jaehyun yang masih terisak mau tidak mau harus keluar dan membiarkan sang dokter dan pasien berbicara empat mata. Firasatnya tidak baik, ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada istri dan kedua bayinya.

"Bagaimana istrimu, nak?" Ucap Nyonya Jung yang telah menunggu di luar bersama suami dan orang tua Taeyong. Ia menatap anaknya khawatir saat melihat Jaehyun terus saja menangis tersedu-sedu.

Memeluk putranya, wanita itu membopoh Jaehyun menuju bangku panjang di depan ruang ICU. "Tenanglah, menantu dan kedua cucuku kuat," ucapnya sembari mengusap kepala Jaehyun yang bersandar pada bahunya.

"Aku takut, Eomma." lirihnya lalu memeluk erat sang ibu.

Tak berselang lama, dokter Shin Hye keluar dari ruang ICU. Sontak Nyonya Lee berdiri terlebih dahulu dan menghampiri wanita itu. "Bagaimana keadaan anakku, dokter?"

"Kami akan melakukan operasi beberapa menit lagi," kata sang dokter lalu melirik Jaehyun yang menatapnya penuh harap.

Mengulas senyum tipis, Shin Hye berjalan ke arah pria yang masih menitikkan air mata itu. "Temani istrimu, dia membutuhkan semangat dari suaminya saat melakukan operasi nanti," ucapnya lalu menepuk pundak Jaehyun. "Masuk dan berganti pakaian lah."

Berbalik, dokter itu membungkuk sopan pada orang tua Taeyong juga Jaehyun. "Doakan Taeyong agar operasinya lancar. Semoga dia dan anaknya selamat."

"Apa cucuku lahir prematur?" celetuk Nyonya Jung di samping Jaehyun.

Shin Hye menatap wanita itu diikuti gelengan pelan. "Tidak Bi, aku rasa saat di perjalan menuju rumah sakit tadi ketuban Taeyong pecah."

"Terkadang usia kandungan beberapa orang memang hanya sampai delapan bulan lebih," sambungnya lalu melirik Jaehyun. "Termasuk istrimu, Jaehyun. Jadi jangan khawatir, cukup berdoa agar Taeyong selamat."

Mengusap wajahnya, Jaehyun memejamkan mata sejenak sembari menenangkan pikiran. Kadar ketakutannya semakin bertambah karena operasi caesar mendadak yang harus sang istri jalani. Mungkin Taeyong lebih takut darinya, harus bertaruh nyawa demi melahirkan anak-anak mereka.

Tapi, apa yang Jaehyun rasakan saat ini bukanlah rasa khawatir biasa. Jika bisa, ingin sekali ia menyerahkan nyawanya kepada sang istri agar pria mungil itu baik - baik saja bersama kedua bayinya.

"Taeyong-ah, jangan takut. Oke?" Shin Hye kembali menyemangati sang pasien yang kini berada di dalam ruang operasiㅡtentu dengan pakaian serba hijau steril, begitupun orang lain di sana termasuk sang suami, juga dua dokter lain yang akan membantu jalannya pembedahan.

Jaehyun menggenggam erat tangan istrinya, mengecup pipi, hidung dan bibir Taeyong bergantian masih dengan air mata yang tak bisa ia tahan. "Kau harus kuat. Aku ada di sampingmu," bisiknya sebelum kembali mendaratkan kecupan pada kening si mungil.

"Hm," Taeyong mengulas senyum bak malaikatnya. "Kalau begitu jangan pernah menangis lagi. Aku tak suka melihat air matamu itu, sangat jelek."

Aku tak bisa, dadaku sesak, Taeyong-ah.

Setelah melakukan persiapan operasi kurang lebih dua jam, ketiga dokter berbeda spesialis itu mulai bekerja, menuntun Taeyong untuk bangkit sejenak sebelum diberi anestesi spinal. Pria mungil itu mendesis pelan ketika jarum suntik menembus ruas tulang belakangnya, Jaehyun yang melihat hal itu juga ikut menahan napas.

Taeyong-ah, kau kuat sayang.

Setelah pemberian anestesi, Taeyong dituntun kembali untuk berbaring pada ranjang operasi. Hanya butuh waktu tiga puluh detik untuk membuat bagian perut hingga kakinya mati rasa. Dalam operasi caesar seperti ini, bius umum memang jarang digunakan. Hal itu tentu menguntungkan bagi si Ibu hamil untuk menyaksikan langsung bayinya terlahir ke dunia.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now