"Baiklah. Maafkan aku, sayang." Ia memagut bibir tipis Taeyong sejenak lalu menatap lamat iris legam di hadapannya. "Jangan menangis lagi, cantikmu akan pudar jikaㅡ"

"Jadi maksudmu aku jelek sekarang?!"

Oh gosh, whats wrong with my tongue?

"Tidak, Tae. Tidak..."

Jaehyun menjatuhkan tubuh Taeyong di atas ranjang, mengungkungnya lalu menggelamkan wajah pada ceruk leher sang istri  "You're so beautiful, no matter what," ia berbisik sebelum mengulum daun telinga istrinya.

"Apa kau mabuk?!" Taeyong mendelik tajam, "Berbahasa inggris pula, kau kerasukan hantu Amerika?"

Pria mungil itu menoyor kepala sang suami sebelum memukuli dada bidang Jaehyun brutal. "Lepaskan! Aku mau mandi," katanya sebelum beranjak dari ranjang. Meninggalkan Jaehyun yang tengah menahan keterkejutan.

Ya Tuhan, apa semua ibu hamil mengerikan seperti ini?

Padahal, pria berlesung pipi itu hanya ingin belajar menjadi pria romantis yang mampu berkata manis. Tapi, belum sempat ia mengeluarkan frasa dari hasil researchnya pada buku-buku romansa, sang istri justru mengiranya mabuk bahkan kerasukan.

"Setelah ini kita ke rumah sakit ya?"

Jaehyun yang tengah memeluk Taeyong dari belakang mengusap perut buncit sang istri pelan. Pria mungil itu sedang mencuci piring bekas sarapan tadi. Meski suami dan adiknya telah meminta agar ia tak perlu membuang-buang tenaga, namun jika sang ibu hamil telah mengeluarkan death glarenya, maka kedua sosok itu hanya perlu diam dan pasrah.

"Besok saja," jawab Taeyong singkat masih sambil membilas piring.

Mendengus pelan, Jaehyun mengecupi pucuk kepala istrinya. "Tae, sejak minggu lalu kau terus mengatakan besok saja," ia meletakkan dagu di atas pundak Taeyong. "Kau tidak ingin tahu kabar aegy?"

Taeyong membuang napasnya pelan, benar ia harus tahu kabar kedua malaikat kecilnya. Apalagi, saat ini kandungannya telah berusia 30 mingguㅡtujuh bulan lebih.

Berbalik, ia mengalungkan lengan pada leher sang suami. "Jae... Aku takut," lirihnya.

"Takut kenapa?" Jaehyun mengecup hidung istrinya. "Semuanya akan baik-baik saja, percayalah."

Pria mungil itu menggeleng lemah. "Bagaimana jika nanti aku atau bayi kita tak bisa bertahan dan hidㅡ"

"Ssstt!" Jaehyun meletakkan telunjuknya pada bibir tipis sang istri.

Memiringkan wajah, ia mengecup bibir Taeyong sekilas. "Jangan berpikiran macam-macam," katanya pelan. "Istriku tidak lemah, Jung Taeyongku juga bukan orang pesimis seperti ini. Apalagi kedua anakku, kalian bertiga bisa melewatinya, sayang."

"Bukankah kau ingin memiliki empat anak?" Jaehyun terkekeh. "Setelah si kembar di dalam sini lahir, kita bisa membuat sepasang kembar lagi," ucapnya sembari menghapus cairan bening yang tiba-tiba lolos dari pelupuk mata Taeyong.

Mengangguk, pria mungil itu mendekap erat tubuh suaminya. "Tetaplah di sisiku, Jaehyun." katanya lirih. "Kau akan selalu menemaniku kan?"

"Tentu, sayang. Termasuk menemanimu bertemu dengan dokter Park hari iniㅡaduh!"

Jaehyun mendesis saat merasa kakinya sedikit kebas akibat injakan brutal dari istri tercinta. Tapi hal itu tak masalah, sebab penderitaan yang Taeyong rasakan saat ini jauh lebih besar, menyiksa dan menyakitkan. Mengalami morning sick, pusing, perut nyeri dan berbagai keluhan lain, Jaehyun sungguh tak bisa membayangkan betapa berat beban istrinya.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now