Pria mungil itu amat murung ketika mendengar Shin Hye berkata, "Janinmu sangat rentan, pria yang mengandung anak kembar jauh lebih berisiko dibanding wanita."

Dokter itu menenangkan Taeyong, "Kau bisa melakukan operasi tutup kandungan setelah melahirkan nanti. Sebab, jika kau ingin hamil untuk kedua kali, maka aku takut sesuatu yang tak terduga akan terjadi."

"Sayang, kau baik-baik saja?" Jaehyun merebahkan tubuhnya di atas ranjang, beruntung tempat tidur ruangan VIP itu cukup untuk dua orang. Ia berbaring menyamping, tangannya bergerak mengelus perut berisi sang istri lalu mendaratkan kecupan ringan pada bibir, pipi dan kening Taeyong bergantian.

Menatap lamat wajah sang suami, Taeyong memainkan jari telunjuknya pada bibir penuh pria dibsampingnya. Ia menghela napas berat lalu bergumam. "Aku tidak ingin menutup kandunganku."

"Tae, kita sudah memiliki dua bayi di dalam sini," Jaehyun kembali mengusap perut buncit sang ibu hamil yang berbalut kemeja khas rumah sakit.

"Aku juga ingin kau bisa hamil lagi suatu saat nanti, tapi mendengar ucapan dokter Park..." Ia memeluk erat bahu istrinya dari samping. "Aku tak ingin kehilanganmu, sayang."

Mendecak kesal, Taeyong menatap suaminya datar. "Itu hanya perkiraan dokter, meskipun mereka berkata jika aku akan mati besok, toh siapa yang tahu? Tuhan menentukan segalanya."

"Taeyong-ah," Jaehyun menopang kepala dengan satu tangannya di bawah telinga. Ia menatap sang istri lekat-lekat sebelum mengunci pergerakan bibir si mungil dengan miliknya.

Taeyong memejamkan mata, menikmati betapa lihai lidah Jaehyun dalam memainkan goa hangatnya. Dua minggu bersikap dingin pada sang suami membuat ia tak pernah lagi mendapat french kiss seperti iniㅡtepatnya ia yang tak mau. Hanya kecupan kecil dan lumatan pelan, Jaehyun mencuri hal itu ketika hendak berangkat ke kampus atau malam hari sebelum tidur.

"Dengarkan aku kali ini saja," Jaehyun berbisik tepat di depan bibir istrinya yang memerah dan bengkak karena ulahnya.

Tapi, bukannya mengiyakan, Taeyong justru menggeleng tegas. Sikap keras kepalanya kembali mengambil alih. "Aku ingin memilik empat anak," pria mungil itu merengek sebelum menenggelamkan wajah pada dada bidang suaminya. "Membuat mereka seperti grup KARD pasti menyenangkan," gumamnya lalu terkekeh pelan.

Ya Tuhan, semoga istriku hanya sedang mengada-ngada.

Mengecup puncak kepala Taeyong, pria berlesung pipi itu menepuk pelan punggung istrinya. "Tidurlah, besok pagi kita pulang ke rumah."

"Hm," gumam si mungil lalu mendongak dan menatap bareface suaminya. Jaehyun nampak kelelahan, terlihat dari kantung mata juga tatapan sayunyaㅡseksi namun membuat ia tak enak sendiri. "Ngomong-ngomong... Apa hari ini kau tak ada jadwal mengajar?" tanyanya pelan.

Si pria berlesung pipi menggeleng, "Ada, tapi aku izin absen."

"Apa?!" Taeyong memekik dengan tampang tak percaya. "Kenapa kau absen? Bagaimana jika kau dikeluarkan huh? Mau makan apa anak-anakku jika kau hanya seorang pengangguran," cebiknya kesal sebelum menghindari tatapan Jaehyun diikuti senyum tipis.

Jika Jaehyun rela tak berangkat ke kampus demi menjaganya, maka Taeyong sangat ingin berteriak sekencang-kencangnya.

Andai saja posisi Taeyong saat ini sebagai Jaehyunㅡyang selalu diabaikan dan menerima sikap dingin, maka Taeyong yakin ia akan menyerah dan ikut mendiami suaminya.
Tapi pria itu berbeda, meski tak sepenuhnya bersalah Jaehyun tetap menunjukkan empati dan kasih sayang pada sang istri.

"Aku ingin berdua denganmu," Jaehyun mengusap pipi kanan istrinya. "Kau terus mengabaikanku dan meminta apapun pada Eomma, padahal aku masih ada."

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now