"Aigoo, menantuku yang malang," gumamnya sembari menutupi tubuh si mungil dengan selimut. Ia memberikan kecupan kasih sayang dipipi Taeyong lalu bergumam, "Tetap sehat bersama bayimu, nak," katanya sembari menatap wajah damai si mungil.

***

Taeyong menggeliat tak nyaman, membuka matanya perlahan lalu menoleh ke arah jendela. Sontak ia terbelalak "Sudah sore?!" pekiknya sebelum beranjak dari tempat tidur.

Baru saja ia ingin membuka pintu namun seseorang membukanya dari luar, "Jaehyun!" teriaknya antusias membuat sang suami terlonjak.

"Kau mau kemana, Tae?" Pria berlesung pipi yang tengah membawa nampan berisi buah, segelas susu dan bubur itu menutup pintu kamar dengan kakinya.

Sang istri menggeleng sembari memamerkan gigi rapihnya. "Ingin mencarimu," katanya penuh semangat sebelum merebut nampan yang dibawa Jaehyun, "Biar aku yang membawanya."

"Jangan, Tae. Biar aku saja," Jaehyun kembali merebut nampan itu. Namun melihat sang istri memberinya tatapan tak suka, ia kembali menyodorkan benda itu pada Taeyong. "Baiklah, biar kau saja."

Berbalik, pria mungil itu merenggut. "Tidak mau! Kau menolaknya tadi," ia berkata sebelum mendaratkan bokong di atas tempat tidur dengan punggungnya bersandar pada kepala ranjang. "Kenapa kau masih disitu? Aku lapar," Ia melempar tatapan kesal pada Jaehyun yang masih berdiri dibdepan pintu.

Menghampiri sang istri, Jaehyun meletakkan nampan di atas nakas dan mengambil segelas susu khusus untuk Ibu hamil. Ia menyodorkannya pada Taeyong, tersenyum tipis melihat si pria mungil hampir meneguk habis minuman tanpa rasa itu.

"Sudah?" tanyanya ketika sang istri menjauhkan wajah dari bibir gelas.

"Hm," Taeyong bergumam lalu mengusap perutnya yang terasa begah, "Aku sudah kenyang," Ia menyengir pada sang suami.

Jaehyun tersenyum tipis, menarik pelan lengan istrinya sebelum memeluk Taeyong erat. "Eomma bilang kau tertidur sejak jam 9 pagi tadi," gumamnya lalu mengecup pundak si mungil. "Apa semuanya baik-baik saja?" Tanyanya, terselip nada kekhawatiran di sana.

"Iya, aku dan aegi baik-baik saja."

Taeyong mendorong pelan tubuh suaminya. "Sejak kapan kau datang?" Tanyanya sembari membuka dua kancing teratas kemeja Jaehyun. "Kau bahkan belum mengganti pakaianmu, dasar pemalas," cebiknya.

"Sejak... Satu jam yang lalu," Jaehyun menarik dagu sang istri hingga tatapan keduanya bertemu.

Ia memiringkan kepala, hendak meraup bibir tipis Taeyong yang tak semerah biasanya. Namun, belum sempat kedua anggota tubuh yang kenyal nan lembut itu bersentuhan, si mungil lebih dulu menahan pergerakan suaminya dengan meletakkan telunjuk pada permukaan bibir Jaehyun.

Menggeleng sembari memasang tampang memelas, Taeyong bergumam. "Jangan... Aku masih flu, kau bisa tertular."

"Tidak apa-apa," balas Jaehyun sebelum kembali mendekatkan wajah pada istrinya.

Tapi, Taeyong lagi-lagi menahannya, kali ini dengan menahan dadanya. "Jangan, Jaehyun," si mungil berkata penuh penekanan. "Jika kau sakit juga, siapa yang akan merawatmu?" Ia mendelik kesal.

"Sudah dua hari aku tak menciummu," Jaehyun menggenggam erat jemari istrinya, mengecup punggung tangan si mungil cukup lama sebelum kembali menatap langsung kedua netra legam Taeyong. "Boleh ya?"

Taeyong menggeleng tegas. "Tiㅡdak!"

Ia membentuk huruf X dengan lengan tepat di depan dadanya. Jaehyun yang melihat hal itu terkekeh. Ada-ada saja tingkah Ibu hamil ini, pikirnya. Jika kemarin Taeyong sangat aktif dan protektif, maka hari ini lain lagi. Istri mungilnya lebih tenang dan perhatian, juga semakin menggemaskan.

"Kau boleh menciumku," Taeyong mengetukkan telunjuk pada pipinya. "Tapi disini."

Mengangguk paham, Jaehyun pun mengecup pipi sang istri yang seputih dan selembut salju di luar sana. Namun tanpa sepengetahuan Taeyong, ia menyeringai sebelum menangkup wajah si mungil dan meraup rakus bibir tipisnya.

Ia tak peduli jika saja Taeyong akan memukulinya setelah ini. Sebab, dua hari tak menyesapi rasa manis dari bibir istrinya bagai memakan kimchi tanpa penyedap rasaㅡhambar, seperti hari-harinya saat tak menyentuh si mungil seinci pun.

"Hentikan, Jung!"

Taeyong meronta dalam ciuman tergesa-gesa suaminya, jika boleh jujur ia pun tak ingin menolak. Hanya saja, kesehatan Jaehyun lebih utama. Ia terkena flu berat, dan akan sangat mudah bagi virus nakal itu menulari si pria berlesung pipi.

Namun bukannya berhenti, Jaehyun jsutru semakin memperdalam ciumannya. Ia menahan tengkuk sang istri sembari memiringkan kepala ke kiri dan kanan bergantianㅡagar Taeyong tak kehabisan napas tentunya.

Lenguhan-lenguhan pelan keluar begitu saja dari mulut si mungil. Mau tak mau Jaehyun melepas pagutan sebelum mendorong pelan tubuh istrinya hingga berbaring terlentang di atas ranjang.

"J-Jae, apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Taeyong malu-malu sebelum menggigit kuku tangannya dan menghindari tatapan Jaehyun.

Membungkuk lalu mengecupi hidung bangir sang istri, pria berlesung pipi itu berbisik. "Kau cantik, Tae," sebelum kembali meraup bibir tipis si mungil, kali ini dengan lumatan lembut dan tak tergesa-gesa seperti sebelumnya. Jika boleh jujur ia amat ingin menyentuh istrinyaㅡdalam artian berhubungan intim.

Sudah hampir sebulan ia dan Taeyong tak bercinta, sebab pria mungil itu selalu saja menolak tanpa alasan. Jaehyun pun hanya bisa menahanan hasratnya, sebab meminta berulang kali sama saja jika ia mencari mati. Mungkin hal itu termasuk efek dari kehamilan pertama sang istri juga, pikirnya.

"Jaehyun..." Taeyong mengulum bibir, masih memerhatikan wajah Jaehyun yang berada tepat dihadapannya. Ia berdeham. "L-Lakukan saja," cicitnya malu-malu.

Mengangkat alis, pria berlesung pipi itu menggeleng sembari tersenyum lembut. Ia cukup paham maksud istrinya, "Kau masih sakit," Ia menggesekkan hidungnya dengan milik Taeyong. "Kau harus cepat sembuh."

"Tidak, lakukan saja."

Taeyong menarik tengkuk suaminya, memagut bibir penuh Jaehyun dan memberikan lumatan pelan. Seolah telah lupa jika ia sendirilah yang melarang pria berlesung pipi itu untuk menciuminya tadi.

Tak tinggal diam, Jaehyun membalas perlakuan istrinya. Ia memejamkan mata, menikmati deru napas hangat Taeyong juga kecupan-kecupan kecil yang diberikan pria mungil itu. Cukup lama saling memagut, keduanya beradu tatap sejenak.

"Aku mencintaimu, Jaehyun. Jangan tinggalkan aku."

Tanpa membalas ucapan sang istri, Jaehyun kembali memberikan kecupan ringan namun dalam intensitas waktu yang cukup lama pada permukaan bibir si mungil. Namun, suara pintu yang dibuka membuat keduanya sadar dan menoleh ke sumber suara.

"Yak! Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu, anak nakal?!"

Memasang tampang datar, Minho mengangkat spatula yang ia pegang. "Maaf mengganggu kegiatan kalian," Ia mengalihkan pandangan ke arah Jaehyun, pria berlesung pipi itu masih mengungkung istrinya dengan tatapan kaget. "Hyung, kau lupa membeli daun perilla tadi."

Mendesis, Taeyong melempar sebuah bantal kearah adiknya. "Belilah sendiri, kurang ajar!"

 "Belilah sendiri, kurang ajar!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now