Taeyong menguk ludahnya kasar. Nada suara sang mertua sarat akan keseriusan dan ia pun masih menerka-nerka apa maksud Nyonya Jung mengatakan hal itu padanya. Sepertinya sikap kejam dan selalu memarahi suaminya terekspos secara tidak sengaja, hingga Nyonya Jung menangkapnya dengan baik.

"A-apa Eomo-nim?"

Nyonya Jung menipiskan bibir sejenak. Mengusap surai Taeyong pelan lalu berkata, "Jangan pernah meninggalkannya," Ia tersenyum tulus pada sang menantu, "Kau tahu bukan, jika Jaehyun sangat mencintaimu, nak?"

Pria mungil itu mengangguk paham. Dalam diam, ia menerawang apa yang baru saja didengarnya.Sama sekali tak tahu mengapa Nyonya Jung tiba-tiba mengatakan hal itu padanya. Mungkin saja karena sikapnya pada Jaehyun, atau bisa jadi ada sesuatu hal yang disembunyikan darinya.

Pikiran-pikiran negatif mulai menggerayangi otak si mungil, namun hal itu tak berlangsung lama. Sebab sang mertua kembali bersuara.

"Aku tahu hubungan kalian baru membaik beberapa bulan belakangan."

"Darimana Eomma mengetahuinya?" Jaehyun mengangkat alis.

Heran darimana sang Ibu tahu jika hubungannya dengan Taeyong tak berjalan harmonis di awal-awal pernikahan mereka. Padahal, ia pun tak pernah menceritakan hal itu pada Nyonya Jung.

Sebab, ia lebih memilih menyalurkan kesedihannya lewat tulisan saat Taeyong marah ataupun mengabaikannya, ketimbang menceritakan hal itu berlarut-larut pada orang lainㅡtermasuk Ibunya sekalipun. Pengecualian bagi Bambam dan Dukyeom, sebab sepasang amoeba itu memang selalu memaksanya untuk bercerita, katanya agar ia tak terkena penyakit tekanan batin hingga berujung menjadi orang gila.

"Dari adik kalian."

"Adik?!"
"Adik?!"

Wanita paruh baya itu bergumam, "Hm," menunjuk Minho yang tengah mematung di tempat sembari melebarkan mata dan menatap kosong kearah Nyonya Jung.

Oh, ia sudah sangat tahu jika hidupnya berada di ujung tanduk setelah ini. Minho sudah mengambil tindakan yang salah saat membohongi mertua Taeyong tadi.

"Benar kan, Minho-ya?" Nyonya Jung bertanya pelan pada pria bersurai hitam itu.

Eomma, tamatlah riwayatku.

***

"Hati - hati Eomonim," Taeyong membungkuk sopan pada sang mertua yang telah duduk di bangku penumpang mobil keluarga Jung. Wanita itu memamerkan gigi putih dan rapihnya, mengangguk pelan pada menantu kesayangannya sebelum menginstruksikan sang supir pribadi untuk menjalankan kendaraan beroda empat itu.

Melihat mobil yang ditumpangi sang mertua perlahan semakin menjauh, Taeyong menghembuskan napas pelan lalu berbalik. Hendak masuk kembali ke dalam rumah namun Jaehyun memalang pintu utama.

Ya, ia tak tahu mengapa suaminya justru terlihat seperti anak tiri tak tahu diri. Disaat Nyonya Jung akan pergi pria tinggi itu justru memilih untuk mengamatinya dari kejauhan. Tak seperti Taeyong yang mengantar sang wanita paruh baya hingga ke halaman depan rumah.

"Minggirlah, aku mengantuk."

Menggeleng pelan, Jaehyun merentangkan kedua tangannya ke samping, tak membiarkan si pria mungil menyelinap masuk dan kembali mendiaminya.

"Kau marah padaku kan?" Tanyanya pelan.

"Marah? Untuk apa aku marah?" Taeyong menyela sebelum menghindari tatapan suaminya.

Ia melipat lengan karena hembusan angin musim gugur seolah telah meraung dan meminta untuk digantikan posisinya oleh angin musim dingin. Ia mencuri pandang ke arah sang suami, melirik pria berlesung pipi itu lalu mendengus kasar.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now