"Terima kasih."

"Kenapa kau malah berterima kasih, bodoh?!" Taeyong menyebikkan bibir. Mendorong kuat dada sang suami sebelum bangkit dari posisinya. "Kita pulang!" Namun, belum sempat ia berdiri tegak, Jaehyun lebih dulu menarik lengannya.

Pria mungil itu tersentak saat sang suami tiba-tiba berbaring di atas rerumputan. Ia yang kehilangan keseimbangan pun refleks menimpa tubuh atletis pria tinggi itu. "Y-ya, apa yang kau lakukan?" Taeyong menghindari tatapan Jaehyun.

Ia hendak bangkit dari posisi ambigu keduanya namun sang suami tak melepaskan dekapan pada pinggangnya. Menggigit bibir, Taeyong menenggelamkan wajah pada dada bidang sang suami. Terkekeh pelan diikuti Jaehyun yang sedang asik mengusap punggungnya.

"Jaehyun..." Taeyong merengek, "Aku malu."

Mengubah posisi, Jaehyun membawa tubuh ringkih Taeyong berbaring menyamping bersamanya di atas rumput; kepala pria mungil itu disanggah oleh bisep lengannya. Sedangkan satu tangan yang masih terbebas dimanfaatkan Jaehyun untuk memeluk pinggang sang istri.

"Harusnya kau melakukan hal seperti ini di depan teman temanku tadi." Taeyong berkata kesal lalu membalas dekapan JaehyunㅡIkut melingkarkan lengan pada pinggang sang suami sembari menatap wajah tampan sosok itu. "Oh Tuhan... Suamiku terlihat sangat sempurna, tapi kenapa ia bertingkah seperti seorang idiot." Gumamnya.

Terkekeh, Jaehyun menautkan keningnya dengan milik sang istri. Hidung mancung keduanya pun bersentuhan, tak lupa manik legam dan madu itu juga saling beradu. "Aku tak akan mengulanginya lagi."

"Membosankan," Taeyong menggigit pelan hidung suaminya "Aku hanya bercanda, bodoh. Jangan memaksakan dirimu jika kau merasa tak nyaman."

Membalas perlakuan sang istri. Jaehyun pun menggigit pelan hidung bangir Taeyong sebelum berucap. "Benar, aku membosankan." Tersenyum lembut, ia mengusap pipi pria mungil itu. "Lalu kenapa kau mencintaiku?"

"Omo?" Taeyong menatap kaget pada suaminya. Memamerkan gigi rapihnya saat mendengar Jaehyun bertanya sesuatu hal yang sangat jarang terucap dari bibir pria serius sejenis suaminya. "Apa kau ingin mendengar alasanku menyukaimu?" Tanyanya.

"Hm."

"Karena kau tampan." Taeyong berucap enteng. Terkikik geli melihat perubahan raut wajah Jaehyun. "Ya! Kenapa kau mengerutkan keningmu?" Tanyanya sambil tertawa.

Pria mungil itu memekik histeris saat sang suami tiba-tiba menggelitiki perutnya. Tidak, bukan karena merasa geli. Tapi ia berteriak karena merasa bahagia melihat Jaehyun semakin terbuka dan dekat dengannya. Bahkan pria itu telah mencoba untuk bercanda dengannya.

Haruskah ia membuat acara makan malam atas pencapaian sang suami? Pikir Taeyong.

"Tae..."

"Hm?"

Taeyong menggulirkan mata kearah tangan pria tinggi itu. Sang suami tengah mengusap perut ratanya sembari tersenyum tipis. Dalam hati ia telah berpikiran macam-macam. Sedikit tak percaya karena Jaehyun bisa berubah menjadi semesum ini, pikirnya.

"Jae, jika kau menginginkannya lihatlah situasi dan kondisi."

Menautkan alis, pria tinggi itu mengaitkan kakinya dengan milik sang istri. "Apa kau tak menginginkannya?"

"T-Tidak, bukan begitu." Taeyong mengulum bibir, "Aku juga menginginkannya, tapi jangan disini. Banyak yang melihat kita." Ucapnya malu-malu sebelum menutup wajah dengan kedua tangan.

Namun, pria tinggi yang masih berbaring di sampingnya semakin dibuat bingung dengan ucapan Taeyong barusan. Berdeham, Jaehyun kembali mengusap perut sang istri pelan. "Aku sangat menginginkan seorang bayi berada di sini."

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now